Indonesia Incar Penerbangan Langsung ke Rusia

Untuk pertama kali dalam sejarah, Indonesia akan menggagas penerbangan komersial langsung ke Rusia.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 05 Jul 2017, 19:58 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2017, 19:58 WIB
Garuda Indonesia Airbus A330
Pesawat Airbus A330 yang dipesan Garuda Indonesia tiba di Bandara Soekarno Hatta pada 23 Juli 2009. (AFP / Arif Ariadi)

Liputan6.com, Jakarta - Untuk pertama kali dalam sejarah, Indonesia akan menggagas penerbangan komersial langsung ke Rusia. Rencana itu disampaikan oleh Duta Besar RI untuk Rusia Wahid Supriyadi dan dikabarkan akan efektif pada 2017 ini.

Penerbangan langsung (direct flight) tersebut dicanangkan demi mendongkrak angka turisme Rusia yang berkunjung ke Indonesia dan meningkatkan relasi perdagangan antara kedua negara.

"Dalam waktu dekat ini, maskapai penerbangan komersial Indonesia berkomitmen akan membuka direct flight dari Moscow ke Jakarta. Nanti saya akan bertemu dengan Dirut Garuda untuk membicarakan secara teknis," jelas Duta Besar RI untuk Rusia, Wahid Supriyadi, dalam konferensi pers di Kementerian Luar Negeri, Rabu (5/7/2017).

Menurut sang duta besar, meski presentasi turisme Rusia ke Indonesia mengalami peningkatan, namun total kuantitas kunjungan wisatawan Negeri Beruang Merah ke Tanah Air masih relatif kecil jika dibandingkan dengan negara lain.

"Dari segi wisata, berdasarkan target pencapaian 75.000 turis Rusia pada 2016, Indonesia mampu melewati angka itu hingga 80.000 kunjungan wisatawan. Dan berdasarkan target pencapaian 100.000 turis pada 2017, hingga April 2017, angka wisatawan Rusia ke Indonesia sudah mencapai 45.000. Perkiraannya, jika angka itu stabil dan konsisten atau bahkan mengalami kenaikan, jumlah wisatawan Rusia yang datang ke Indonesia mampu melampaui target pencapaian 2017," papar Dubes Wahid.

"Namun, meski prosentase-nya besar, secara kasar, jumlah kenaikan itu kecil jika dibandingkan dengan kenaikan kunjungan wisatawan Rusia ke negara lain. Thailand misalnya, bisa menarik wisatawan Rusia hingga 500.000 turis per-bulan. Vietnam bisa menarik hingga sekitar 450.000. Diperkirakan dalam setahun, angka turis Rusia ke Thailand dan Vietnam bisa mencapai jutaan per-tahunnya," tambahnya.

Sang Dubes menambahkan bahwa, salah satu penyebab rendahnya kuantitas kunjungan turis Rusia ke Indonesia, adalah karena tidak ada penerbangan langsung (direct flight) dari Moskow ke Jakarta maupun Bali. Berbeda dengan Thailand dan Vietnam yang memiliki maskapai burung besi komersial langsung ke Moskow.

Mantan Dubes untuk Uni Emirat Arab tersebut juga menjelaskan bahwa sekitar jutaan turis Rusia tengah mengalami pergeseran destinasi wisata.

"Turis Rusia ke Turki dan Mesir saja dulu sempat mencapai jutaan. Dan kini angka itu mengalami penurunan sejak sejumlah konflik dan isu global beberapa waktu terakhir. Indonesia harus mampu memanfaatkan peluang tersebut untuk menarik wisatawan Rusia ke Tanah Air. Kuncinya adalah dengan melakukan direct flight," ujar Wahid.

Wahid Supriyadi optimis, jika direct flight Indonesia - Rusia berhasil dicanangkan, tak hanya sektor turisme yang dapat didongkrak, namun juga sektor perdagangan.

"Kalau Garuda terbang, bukan hanya sektor turisme yang akan diuntungkan, namun juga sektor ekspor tropical fruit, sayur-sayuran, dan produk olahan susu sapi dari Indonesia ke Rusia. Barang-barang itu merupakan produk eksotis bagi Rusia," jelasnya.

"Buah-buahan tropis Indonesia di Rusia, harganya sangat mahal. Rambutan, 1 - 3 butir, harganya bisa mencapai Rp 20.000 ribu di sana. Mangga dan manggis, per-buahnya, bisa mencapai Rp 150.000 ribu," tambah sang dubes.

Mahalnya harga komoditas tersebut di Rusia disebabkan oleh embargo yang diterapkan sejumlah negara Barat terhadap Negeri Beruang Merah. Dan menurut Dubes Wahid, pasar komoditas tersebut --yang kini telah jarang dipasok oleh sejumlah negara Barat-- memiliki nilai yang cukup besar, mencapai Rp 160 miliar.

"Tidak memungkinkan jika ekspor menggunakan kapal, karena akan cepat busuk. Produk itu harus diangkut dengan air cargo. Satu pesawat air cargo Garuda bisa mengangkut sekitar 5.000 ton komoditas tersebut," tambahnya.

Menurut rencana, penerbangan komersial dengan frekuensi terbang 3 kali per-minggu itu akan efektif pada Agustus 2017 atau akhir tahun ini. Pesawat komersial itu akan memulai rute di Jakarta (1 penerbangan) serta Bali (2 penerbangan) menuju Moskow.

Saksikan juga video berikut ini

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya