Liputan6.com, Manila - Meski dikecam dunia, Presiden Filipina Rodrigo Duterte berjanji melanjutkan perjuangannya dalam perang melawan narkoba dan militan di negara yang dipimpinnya.
Hal tersebut disampaikan dalam State of the Nation Address kedua dengan tema "kehidupan yang nyaman untuk semua". Menurut kantor komunikasi kepresidenan, ada tiga hal yang menjadi prioritas pemerintahannya, yakni kesejahteraan universal, hukum dan ketertiban, serta kedamaian.
Baca Juga
Quincy Kammeraad, Kiper Filipina yang Gawangnya Kebobolan 7 Kali oleh Timnas Indonesia 7 Tahun Lalu Kini Jadi Pahlawan di Piala AFF 2024
Harga Mentereng Kristensen, Pemain Filipina yang Pupuskan Asa Indonesia di Piala AFF 2024
Piala AFF 2024 Sedang Berlangsung, Tonton Live Streaming Pertandingan Timnas Indonesia VS Filipina di Sini
"Di luar sana adalah hutan rimba, ada monster dan burung bangkai yang menggerogoti orang tak berdaya, polos, dan tak menaruh curiga. Saya tidak akan membiarkan kehancuran kaum muda, disintegrasi keluarga, dan kemunduran masyarakat yang disebabkan oleh penjahat yang keserakahannya tidak terpuaskan karena tidak memiliki tujuan moral," ujar Duterte pada 24 Juli 2017 waktu setempat.
Advertisement
"Kamu menyakiti anak-anak yang mana masa depan negara ini ada di tangan mereka dan saya akan membawa Anda ke gerbang neraka," tegas Duterte.
Dikutip dari CNN, Selasa (25/7/2017), dalam masa kampanye, Duterte berjanji untuk menghentikan perdagangan narkoba di Filipina. Menurut Dangerous Drugs Board, terdapat 1,8 juta pengguna narkoba di negara tersebut.
Namun kritikus berpendapat bahwa dalam upayanya, Rodrigo Duterte membenarkan adanya pembunuhan di luar hukum terhadap terduga pengguna dan pengedar narkoba.
"Tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan, perang melawan obat-obatan terlarang akan terus berlanjut, karena itu adalah akar penyebab banyak kejahatan dan begitu banyak penderitaan," kata Duterte.
"Pertarungan tak akan berhenti, meski ada tekanan internasional dan lokal, pertarungan tak akan berhenti sampai mereka yang berurusan dengannya mengerti bahwa mereka harus berhenti, bahwa mereka harus berhenti karena pilihannya adalah penjara atau neraka," imbuh dia.
Pihak berwenang Filipina menuduh media internasional membesar-besarkan masalah tersebut. Duterte mengatakan kepada dunia internasional bahwa masalahnya adalah masalah nasional, dan sebagai Presiden ia berwenang untuk menangani krisis narkoba.
"Bagi para kritikus yang melawan perang (narkoba); usaha Anda akan lebih baik dihabiskan jika Anda menggunakan pengaruh, wewenang moral, dan penguasaan organisasi Anda untuk mendidik orang-orang tentang kejahatan obat-obatan terlarang daripada mengutuk pihak berwenang secara tidak adil, menyalahkan mereka untuk setiap pembunuhan di negeri ini," ujar Duterte.
Selain membahas soal perang terhadap narkoba, Duterte juga membahas soal konflik Marawi.
Pada Mei lalu, Duterte mengumumkan darurat militer saat kelompok Maute melancarkan serangan mereka. Sejak saat itu, pemerintah mengabulkan permintaan Duterte untuk memperpanjang status tersebut sampai akhir tahun.
"Jika Anda melakukan anarki, saya akan memerintahkan tentara dan polisi untuk menembak, bahkan jika saya harus mengubur seribu orang Filipina," ujar Duterte.
Ia menambahkan, "Marawi akan kita selesaikan, sampai teroris terakhir hengkang."
Pria yang akrab disapa Digong itu mengatakan, Angkatan Darat Filipina membutuhkan 35 ribu-40 ribu pasukan baru untuk menghadapi ancaman masa depan.
"Realitas hari ini mengharuskan angkatan bersenjata yang kuat. Saya akan membangun sebuah angkatan bersenjata yang dapat dipercaya dan bisa bertarung di semua lini," ujar Duterte.
Dalam pidato yang berlangsung selama dua jam itu, Rodrigo Duterte juga membahas soal perubahan iklim, korupsi, produksi pangan, hukuman mati, kedaulatan Filipina di Laut China Selatan, aborsi, pertambangan, dan penghindaran pajak.
Simak juga video berikut ini: