Liputan6.com, Jakarta - Mencari-cari cara untuk mempermudah tugas telah menjadi bagian pengalaman manusia dalam waktu yang panjang. Faktanya, inovasi adalah salah satu ciri utama yang membuat manusia berbeda dibandingkan dengan hewan.
Sebagaimana manusia memindahkan sebagian aspek pekerjaan manual kepada kuda, dan kemudian mengganti kuda dengan mobil dan kendaraan lain, maka sekarang malah menggeser peran manusia dan membiarkan mesin mengambil alih.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari toptenz.net pada Rabu (26/7/2017), semua transisi tersebut sudah lama terjadi, tetapi kali ini berbeda.
Berikut ini adalah 10 jenis pekerjaan yang diduga akan paling terdampak oleh para pekerja yang bukan manusia:
1. Transportasi
Industri transportasi menyentuh banyak aspek dalam kehidupan kita, mulai dari hal mendasar yang memindahkan benda atau orang dari satu tempat ke tempat lain.
Pengemudi truk, pilot penerbangan, pengemudi taksi, pengemudi kendaraan umum, operator kendaraan pertambangan, dan beberapa pekerja lainnya dianggap menjadi bagian dari industri transportasi.
Sekarang ini kita telah mendengar laporan adanya mobil-mobil tanpa pengemudi. Bagi sebagian besar di antara kita, sepertinya menyenangkan pergi ke tempat kerja tanpa harus mengemudi.
Tentu saja, mobil tanpa pengemudi bukan hanya fokus pada kendaraan pribadi dan akan menular ke seluruh industri transportasi. Beberapa pertambangan di Australia sudah menggantikan manusia yang bertugas.
Keseluruhan 73 truk yang masing-masing seberat 240 ton sudah otomatis. Demikian juga dengan rig pengeboran cadas dan lokomotif pengangkut bijih besi sejauh ratusan kilometer ke pelabuhan.
Pada 2016, Singapura sudah memiliki taksi yang mengemudi sendiri. Memang baru ada beberapa mobil karena perusahaan pemilik taksi masih menggunakannya lebih untuk mengumpulkan data. Tapi, jika tren ini meningkat, maka hal itu akan menjadi kelaziman.
Sementara itu, perusahaan penjualan daring Amazon telah menggunakan drone untuk mengirimkan paket-paket mereka.
Laporan Gedung Putih pada 2016 memperkirakan bahwa semua 3,5 juta pekerjaan terkait truk di Amerika Serikat (AS) terancam otomatisasi. Truk mengemudi sendiri sudah menjajal jalanan AS pada 2015 di Nevada.
Suatu teknologi mengemudi yang disebut platooning memungkinkan truk otomatis untuk membentuk iringan dan truk pemimpinnya menentukan kecepatan dan arah bagi truk-truk yang lain. Teknologi itu lebih terandalkan, kurang rentan terhadap kecelakaan, dan memangkas biaya.
Di sisi lain, pihak American Trucking Association berpendapat bahwa otomatisasi truk tidak akan hadir dalam waktu dekat dan manusia pengemudi lebih terandalkan dibandingkan komputer. Tapi sejumlah pihak lain lebih skeptis dengan pandangan itu.
Menurut beberapa perkiraan, industri transportasi barang akan menghemat sekitar US$ 168 miliar setiap tahun jika mereka menggunakan truk yang mengemudi sendiri.
Angka tersebut mencakup penghematan dari gaji senilai sekitar US$ 70 miliar, efisiensi bahan bakar senilai US$ 35 miliar, produktivitas senilai US$ 27 miliar, dan pencegahan kecelakaan sekitar US$ 36 miliar.
Advertisement
2. Pertanian
Di seluruh dunia, pertanian mengisi 40 persen keseluruhan tenaga kerja. Di negara-negara maju, angka itu hanya sekitar 4,2 persen, dan sekitar 50 negara mempekerjakan setengahnya atau mungkin 75 persen dari keseluruhan jumlah itu.
Menjelang 2050, kita diperkirakan harus menghasilkan setidaknya 50 persen lebih banyak pangan daripada yang sekarang kita hasilkan. Padahal, perubahan iklim mungkin mengurangi setidaknya seperempat angka produktivitas di banyak negara dunia.
Faktor-faktor itu mendorong peningkatan otomatisasi dalam industri pertanian. Di AS saja, pasar traktor dan kendaraan otomatis lain untuk pertanian diperkirakan bertumbuh dari US$ 817 juta pada 2013 ke angka US$ 16,3 miliar pada 2020.
Goldman Sachs memperkirakan angka itu akan lebih besar lagi dan memprediksi investasi senilai $240 miliar untuk otomatisasi dalam 5 tahun ke depan.
Di Inggris, ada sekelompok insinyur yang siap membuktikan melalui proyek Hands Free Hectare bahwa lahan bisa diolah dari awal hingga akhir tanpa campur tangan manusia. Proyek itu akan menggunakan serangkaian kendaraan yang dijalankan mandiri sepenuhnya dan tidak dikendalikan dari jauh oleh manusia.
Para peneliti lain mencari cara menerbangkan drone dan potensi pemanfaatannya dalam pertanian. Nantinya "sistem terbang tanpa manusia" itu akan dilengkapi dengan, antara lain, kamera dan sensor khusus lainnya untuk mendeteksi kesuburan tanah atau berapa banyak air yang diperlukan.
Data yang terkumpul dikirim ke kendaraan-kendaraan darat yang secara mandiri masuk ke ladang dan mengatasi masalah.
Sekarang ini, para petani mengandalkan citra-citra satelit untuk data tersebut, tapi keseluruhan prosesnya memakan waktu. Bisa 2 minggu hingga para petani mendapatkan informasi, padahal informasi itu bisa terhalang awan atau fenomena meteorologis lainnya.
Otomatisasi juga sudah merambah ke peternakan, misalnya mesin pemerah susu untuk masing-masing sapi. Hewan-hewan itu dilatih sebelumnya sehingga, setiap saat tergugah, ia akan mendekati mesin dan sistem otomatis itu menjalankan tugasnya. Dengan cara itu, produksi susu meningkat dari 7,4 galon per hari untuk tiap sapi menjadi 9,5 galon.
Sejumlah pihak lain menjalankan pertanian otomatis dalam ruang (indoor) melalui tanaman sayur yang tidak perlu dirawat manusia.
Secara keseluruhan, kemajuan teknologi itu menawarkan ketahanan pangan yang diperlukan di tahun-tahun mendatang, tapi berdampak pada tenaga kerja.
Manusia memang masih akan bekerja dalam bidang itu untuk mengawasi operasi dan melakukan tugas perawatan, tapi pekerjaan yang dulunya memerlukan 100 orang telah digantikan oleh beberapa robot.
3. Manufaktur
Sejak 1980, jumlah orang yang bekerja dalam industri manufaktur di AS berkurang dari 18,9 juta menjadi 12,2 juta orang pada 2014. Penyusutan itu, terutama di kawasan Rust Belt, membuat orang merasa diabaikan oleh para politisi.
Sebanyak 6,5 juta orang sedang mencari kerja dan sebagian merelakan pekerjaan senilai US$ 25 per jam yang dilengkapi dengan jaminan kesehatan dan mengambil pekerjaan US$ 12 per jam di sektor jasa.
Sebenarnya, dari 2010 ke 2014, jumlah pekerja manufaktur naik dari 11,6 ke 12,2 juta orang, tapi tidak bisa menggantikan raibnya pekerjaan dari dekade sebelumnya.
Yang mengejutkan, AS menghasilkan 1,5 kali lebih banyak daripada 1980, sekaligus yang terbanyak dalam sejarah. Semua itu terjadi saat tenaga kerja berkurang sepertiganya. Alasannya jelas karena otomatisasi.
Sekarang ini, biaya di sebuah pabrik adalah US$ 8 per jam untuk operasi satu robot, dibandingkan dengan US$ 25 per jam untuk pekerja manusia. Selisih itu diperkirakan akan semakin melebar.
Pada 1980, perlu 25 pekerja untuk menghasilkan keluaran senilai US$ 1 juta, padahal sekarang hanya perlu 5 orang untuk hasil yang sama.
Suatu solusi untuk masalah itu adalah pemberian pelatihan yang relevan kepada para pekerja agar berperan dalam pabrik digital dan menerima kenyataan bahwa hal ini tidak akan berubah dan kebanyakan pekerjaan itu tidak akan kembali lagi.
Advertisement
4. Kasir dan Peramu Minuman Bar
Di AS, sekarang ini ada 12,5 juta pekerja makanan siap saji. Dengan tuntutan kenaikan upah minimum menjadi US$ 15 per jam, kemungkinan besar jumlah pekerja itu akan berkurang. Karena kenaikan biaya-biaya, pemilik restoran dan bar mencari cara melakukan tugas-tugas secara otomatis.
Andy Puzder, CEO untuk perusahaan pemilik Carl's Jr. dan Hardee's, melalui suatu wawancara mengatakan bahwa robot-robot "selalu sopan, ceria, tidak pernah mengambil cuti, tidak terpeleset, atau mengajukan gugatan hukum tentang diskriminasi usia, jenis kelamin, dan ras."
McDonald’s telah mengganti sebagian kasir dengan Big Mac ATM. Konsumen tidak harus pergi ke kasir dan memesan, tapi melakukannya dengan panel otomatis.
Serupa itu, ada purwarupa restoran berbantuan robot hadir di San Francisco. Robot itu bertugas sendirian, dengan kemampuan memanggang roti, mengiris dan mencacah bahan, menambah topping dan menyusun serta membungkus hamburger hingga siap dijual.
Robot itu sanggup mengerjakan 400 hamburger per jam sesuai pesanan. Robot itu bisa menggantikan 3 koki penuh waktu dan menawarkan penghematan US$ 90 ribu per tahun.
Robot itu bukan satu-satunya. Di Mountain View, California, ada juga robot pembuat piza secara otomatis yang menghasilkan 200 piza per hari. Dengan demikian, si pemilik membayar hanya US$ 18 per jam untuk petugas pengantaran.
Untuk kopi, ada Briggo yang bahkan bisa menerima pesanan beragam racikan kopi melalui telepon, tanpa perlu keluar rumah. Aplikasi telepon pintar akan mengingat kegemaran kita. Dan, setiap kali bertemu mesin itu di manapun di seluruh dunia, ia akan membuatkan kopi sesuai keinginan kita.
5. Polisi dan Pemadam Kebakaran
Bicara soal polisi, sukar rasanya membayangkan robot berpatroli di jalan. Tapi, pada awal tahun ini, Dubai mengumumkan petugas robot pertama mereka. Tentunya bukan untuk membongkar organisasi bawah tanah seperti tugas Robocop, melainkan sekadar patroli di sejumlah mal dan tempat-tempat atraksi turis.
Orang bisa melaporkan kejahatan, membayar tilang, atau meminta informasi melalui layar sentuh. Pihak berwenang bertujuan mengganti seperempat anggota kesatuan dengan robot itu sebelum 2030.
Menurut penjelasan, dengan pertambahan populasi Dubai, maka tujuannya adalah memindahkan manusia anggota kepolisian ke daerah-daerah yang lebih memerlukan perhatian dan menempatkan robot-robot di kawasan yang aman. Sebetulnya bisa saja dilakukan dengan menambah jumlah anggota, tapi itulah yang dipilih sekarang ini.
Keunggulan utama polisi robot adalah kemampuan menyiarkan adanya ancaman atau situasi yang sedang berkembang secara segera, langsung ke pusat kendali dan dapat mengarahkan polisi ke tempat yang seharusnya.
Mengenai pemadam kebakaran, Angkatan Laut Amerika Serikat telah menciptakan robot bernama Shipboard Autonomous Firefighting Robot (SAFFiR) dalam bentuk humanoid (seperti manusia) agar bisa leluasa menelusuri koridor sempit geladak kapal untuk terus mengawasi potensi kebakaran.
Robot itu diperlengkapi dengan sejumlah kamera dan sensor canggih yang mampu memindai kawasan dengan panas berlebihan atau kebocoran gas.Robot itu nantinya mampu menuju ke area yang terlalu berbahaya untuk manusia anggota pemadam kebakaran dan bahkan mampu berinteraksi dengan manusia untuk koordinasi yang lebih baik.
SAFFiR masih dalam tahap uji dan secara khusus dirancang untuk tugas di kapal laut.
Advertisement
6. Manajemen
Menjadi manajer mencakup banyak tugas. Kemampuan melakukan banyak tugas sekaligus menjadi hal yang hakiki dan biasanya ada banyak hal yang harus ditangani agar semuanya berlangsung dengan baik.
Sekarang ini, bot yang paling cerdas pun belum mampu terlalu baik dalam melakukan tugas rumit seperti melakukan manajemen, tapi setidaknya bot itu sudah amat baik dalam melakukan tugas-tugas yang bisa diprediksi.
Tapi, kalau dipikir-pikir, pekerjaan kompleks seorang manajer bisa dipecah-pecah menjadi beberapa tugas kecil yang bisa dilakukan oleh bot. Pada 2015, para peneliti Harvard menerbitkan suatu perangkat lunak bernama iCEO yang berperan seperti sistem manajemen virtual dengan kesanggupan otomatisasi tugas kompleks yang dipecah-pecah menjadi tugas-tugas individual.
Pecahan-pecahan tugas itu kemudian disodorkan kepada para pegawai dengan menggunakan berbagai alat bantu seperti oDesk/Upwork, Uber, atau pesan teks dan surel.
Bot itu juga bisa menyusun laporan penelitian setebal 124 halaman dalam waktu yang amat singkat dibandingkan dengan yang dilakukan seluruh tim
Setelah beberapa kali dicoba, para peneliti mengatakan bahwa perangkat lunak mereka bisa disesuaikan untuk hampir semua industri, mulai dari manufaktur, penjualan, kendali mutu, dan bahkan penerimaan pegawai.
Secara rata-rata, perangkat lunak itu bisa memangkas biaya hingga 50 persen di tahun pertama dan penghematan 25 persen di tahun ke dua.
Jenis perangkat lunak itu memiliki kemampuan untuk belajar sehingga meningkatkan efisiensinya dan efisiensi perusahaan. Jadi, jika seseorang menjadi manajer yang baik sekalipun, ia mungkin tidak bisa mengejar perangkat lunak tersebut.
7. Ahli Farmasi
Di masa lalu, pekerjaan seorang ahli farmasi umumnya lebih rumit daripada sekarang. Sebelum obat diproduksi dalam jumlah besar, seorang ahli farmasi seringkali harus meracik sendiri obatnya.
Sekarang ini, tugas mereka kebanyakan sekedar menghitung, memasukkan dalam botol, memberi label obat, dan tentu saja mengerti tulisan dokter. Tapi sekarang ada banyak sekali merek dan jenis obat yang beredar sehingga para ahli farmasi dan dokter pun semakin kesulitan mengenali semuanya.
Di AS ada sekitar 7,000 kematian akibat kesalahan medis, yaitu ketika pasien diresepkan obat yang mengundang alergi atau tidak boleh dikombinasikan bersama obat lain. Kesalahan medis seperti itu menimbulkan kerugian sekitar US$ 16,4 miliar setiap tahun.
Di masa kini, banyak ahli farmasi di seluruh dunia terhubung dengan komputer. Perangkat lunak farmasi bisa melihat riwayat medis pasien, menghitung jumlah pil, menerbitkan label, menagih perusahaan asuransi dan memperingatkan si ahli farmasi tentang kemungkinan adanya pengobatan yang tidak konsisten.
Seiring berjalannya waktu, sistem-sistem seperti itu menjadi semakin baik. Perusahaan farmasi Swisslog, misalnya, telah menciptakan mesin bernama PillPick yang secara otomatis mengisi botol obat untuk setiap pasien di rumah sakit yang menggunakan sistem itu.
Dengan sistem itu, para jururawat memiliki akses 24 jam untuk mengetahui obat-obatan pasien, sehingga menurunkan risiko obat terlupa, mengurangi limbah maupun biaya operasional.
Advertisement
8. Pengacara
Tidak seperti dugaan banyak orang, kebanyakan tugas seorang pengacara bukan berkutat pada kehadiran mereka di ruang sidang untuk meyakinkan hakim atau juri.
Sebagian besar tugas kepengacaraan adalah penyusunan dokumen legal, menelaah kesuksesan suatu gugatan, dan menyusuri bertumpuk-tumpuk kertas dan dokumen demi mencari bukti.
Prosedur pra-peradilan seperti itu biasanya menjadi tugas bagi pengacara muda. Tapi, selama beberapa tahun terakhir, tugas itu diberikan kepada Ross, suatu perangkat lunak yang mampu menelisik ribuan dokumen legal dan mencari transaksi yang tidak pada tempatnya.
Ross juga diperlengkapi untuk bekerjasama dengan manusia dan mengerti ucapan bahasa Inggris, kemudian memberikan jawaban komprehensif dan analitis.
Lex Machina, suatu bot lain yang serupa, melakukan pengolahan statistik. Perangkat luank itu mengumpulkan semua jenis data, misalnya strategi legal pengacara lawan, kepribadian hakim, dan penelaahan sejarah kasus-kasus serupa untuk memperkirakan hasil persidangan.
Di lain pihak, beberapa hakim menggunakan algoritma yang dikenal sebagai COMPAS. Perangkat lunak itu seperti kuesioner berisi lebih dari 100 pertanyaan yang jawabannya dituliskan hakim, misalnya jenis kelamin terdakwa, usia, ras, hubungan pribadi, riwayat kriminal, dan informasi lain untuk memprediksi kemungkinan mengulangi pelanggaran atau kemungkinannya melarikan diri.
Para hakim menggunakan sistem itu untuk membantu menetapkan uang jaminan dan menjatuhkan hukuman.
Algoritma sebenarnya tidak dibeberkan, tapi, menurut suatu penelitian, perangkat lunak itu ditengarai amat bias terhadap para terdakwa berkulit hitam.
Bot-bot seperti itu diciptakan untuk membantu pengacara dan hakim, tapi seorang remaja Inggris berhasil menciptakan suatu bot bernama DoNotPay yang sepenuhnya menihilkan pengacara dan hakim.
Memang benar, teknologi bot itu mengurusi hal-hal remeh seperti karcis parkir, kompensasi keterlambatan penerbangan atau bantuan perumahan pemerintah, tapi bot itu telah membantu lebih dari 200 ribu orang.
Suatu kantor hukum bernama LawGeex mengkhususkan diri dalam pengurusan kontrak dan sepenuhnya otomatis. Klien akan menghemat waktu hingga 80 persen dan hemat biaya hingga 90 persen dari waktu dan biaya yang biasanya.
9. Jurnalisme
Beberapa jenis pekerjaan kreatif, misalnya menulis, seakan tidak akan terusik oleh proses otomatisasi. Tapi, ternyata tidak demikian karena robot-robot penulis sudah mulai mengejutkan industri pemberitaan.
Pada 2013, suatu jurnalisme berbantuan kecerdasan buatan (artificial intelligence, AI) memang masih pada tahap awal dan kebanyakan menulis tentang berita tentang saham dan olah raga yang padat dengan data dan informasi, namun tanpa narasi.
Tapi, tahun lalu, media seperti Washington Post dan Reuters mulai menggunakan bot penulisan generasi terbaru. Memang, hingga hari ini, cerita-cerita yang ditulis oleh perangkat lunak itu belum serunut karya para jurnalis kawakan, tapi itu pun sudah amat maju dibandingkan dengan 2013.
Para editor menggunakan template naratif dan istilah-istilah kunci untuk digunakan oleh bot tersebut. Ketika muncul cerita baru, bot itu melakukan korelasi antara informasi yang muncul dengan template yang ditetapkan, lalu menghasilkan suatu artikel.
Washington Post (WP) menggunakan teknologi AI untuk meliput Pilpres AS 2016. Dengan demikian, WP mampu menghasilkan laporan terkini di 500 daerah pemilihan. Dengan demikian, WP mampu menambah pembaca dengan membidik kelompok-kelompok kecil pembaca yang diberi sejumlah besar cerita otomatis.
Fokus bergeser dari jumlah besar pemirsa yang disuguhi cerita besar yang memerlukan penulisan oleh para jurnalis dalam waktu yang lama. Fokus baru adalah pada kelompok-kelompok kecil pemirsa dengan berita yang yang lebih banyak. Para editor bisa menyesuaikan cerita otomatis itu jika diperlukan, tapi sebagian besar sudah matang.
Untuk sementara waktu, para jurnalis masih aman dari bot-bot sejenis itu dan belum akan kehilangan pekerjaan karenanya. Yang jelas, bot-bot itu memberi lebih banyak kesempatan kepada para jurnalis untuk menuliskan laporan secara lebih baik. Tapi penting disadari bahwa, belum terlalu lama di masa lampau, laporan-laporan yang dituliskan oleh bot masa kini dulunya dikerjakan oleh para jurnalis muda.
Advertisement
10. Pekerja Seks Komersial
Dengan bangkitnya teknologi robotik, maka gencarnya persaingan ketat dalam industri prostitusi hanya tinggal menunggu waktu. Tidak main-main, industri teknologi seks memiliki volume sekitar US$ 30 miliar, sehingga jangan heran melihat perusahaan berlomba-lomba menciptakan boneka seks perdana.
Salah satu yang terlibat adalah RealDoll dengan purwarupa pertama bernama Harmony. Robot seks itu mampu berkedip dan senyum, mengobrol tentang film, buku, atau musik, dan bahkan menceritakan kelakar atau membaca puisi. Harmony juga mengingat hari ulang tahun, makanan kesukaan, dan posisi seks, demikian juga dengan nama-nama teman dan kerabat.
Harmony merupakan puncak dari upaya penciptaan dan perancangan selama 20 tahun, termasuk 5 tahun penelitian dan pengembangan. Tentu saja boneka seks itu masih harus dibuat tampak dan terasa semirip mungkin dengan manusia hidup.
Boneka itu bahkan memiliki bentuk tubuh dan kepribadian beragam, sesuai dengan selera pemakai. Oh, tentu saja ada robot seks pria.
Teknologinya masih pada tahap awal dan Harmony adalah satu-satunya boneka robot seks yang ada dalam koleksi California ciptaan perusahaan tersebut.
Di masa depan, perusahaan akan mengembangkan Harmony agar memiliki kemampuan berjalan dan mengenali bagian tubuhnya yang kita sentuh.Tapi, perusahaan RealDoll tidak sendirian. Suatu perusahaan robot seks di Selandia Baru menciptakan Roxxxy yang memiliki kemampuan mirip Harmony.
Teknologi yang sekarang memang belum matang untuk bersaing dengan pekerja seks komersial sesungguhnya, tapi para pakar menduga bahwa, menjelang 2050, seluruh industri seks akan mengalami revolusi yang dihadirkan oleh robot-robot sejenis itu.
Infografis Hidup Berdampingan dengan Covid-19, Kamu Sudah Siap?
Advertisement