Duterte Ancam 'Mengebom' Sekolah Berhaluan Komunis

Duterte menyebut sekolah suku Lumad di Filipina telah mengajarkan ajaran komunis kepada siswanya.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 26 Jul 2017, 16:42 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2017, 16:42 WIB
Lawan Ancaman Terorisme, Duterte Jajal Senjata Kiriman dari China
Presiden Filipina Rodrigo Duterte mencoba senapan sniper CS / LR4A buatan China di Clark Airbase di Filipina (28/6). Bantuan militer tersebut akan digunakan untuk melawan ancaman terorisme dan pembajakan dari kelompok militan. (AP Photo/Bullit Marquez)

Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte memancing kemarahan dunia. Ia mengancam akan mengebom sebuah sekolah yang dijalankan komunitas suku tertentu. Alasannya, sang penguasa menuding lembaga pendidikan itu telah mengajarkan paham komunis.

Keterangan tersebut disampaikan Duterte dalam konferensi pers nasional. Awalnya, dirinya mengecam tindakan pemberontak yang menghancurkan jembatan dan membakar sekolah.

Namun, Duterte menyatakan, siap melakukan tindakan yang dikecamnya itu kepada sekolah suku asli Lumad. Dia melihat, sekolah tersebut telah dikendalikan pemberontak.

"Aku bicara pada (suku) Lumad, keluar sekarang, aku punya bom yang akan kubawa ke sekolah itu," ujar Duterte, seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (26/7/2017).

Tak hanya menghancurkan bangunan sekolah, Duterte juga mengancam akan membinasakan struktur pengelolanya yang diduga kuat terbukti komunis. 

"Aku akan kerahkan angkatan bersenjata dan angkatan udara. Ini sungguhan, aku punya bom itu. Kalian sudah beroperasi secara ilegal dan mengajari anak-anak memberontak," tambah dia.

Pernyataan Duterte dikecam sejumlah kelompok HAM. Mereka menyatakan, ucapan tersebut sama saja sebuah ancaman.

"Ada larangan untuk tidak menyerang sekolah dan bangunan sipil lainnya, kecuali mereka menggunakan bangunan tersebut untuk tujuan militer," sebut pernyataan resmi Kelompok Pemantau HAM yang bermarkas di AS.

"Serangan yang disengaja terhadap warga sipil termasuk pelajar dan guru adalah kejahatan perang," sambung pernyataan tersebut.

Kecaman juga datang dari dalam negeri. Anggota parlemen sayap kiri, Emmi de Jesus, meminta Duterte menarik kembali perkataannya.

"Tentara pemerintah seperti digunakan untuk menjadi alasan untuk menyerang sekolah dan masyarakat adat di Filipina Selatan," sebut de Jesus.

Gerilyawan komunis menjadi satu dari banyak ancaman di Filipina. Baku tembak antar-pasukan pemerintah melawan militer menyebabkan lima tentara luka.

Duterte sempat membuka pintu untuk berdamai dengan kelompok komunis Maois.

Walau menyatakan, bersedia bernegosiasi, Duterte tetap mengancam siap membasmi seluruh pemberontak.

Simak video berikut:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya