Ribuan Jemaah Paksa Masuk Masjid Al Aqsa, 113 Orang Luka-Luka

Keadaan semakin diperkeruh saat polisi Israel menggunakan granat setrum untuk mengendalikan ribuan orang yang memaksa masuk Masjid Al Aqsa.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 28 Jul 2017, 09:08 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2017, 09:08 WIB
Sedikitnya 113 orang terluka setelah bentrokan pecah dengan pasukan keamanan Israel di Masjid Al Aqsa, Yerusalem (AFP)
Sedikitnya 113 orang terluka setelah bentrokan pecah dengan pasukan keamanan Israel di Masjid Al Aqsa, Yerusalem (AFP)

Liputan6.com, Yerusalem - Sedikitnya 113 orang terluka dalam bentrokan yang terjadi di kawasan Masjid Al Aqsa Yerusalem. Insiden tersebut kian memanas setelah ribuan umat Muslim memaksa masuk ke dalam masjid setelah pasukan Israel mencabut tindak pengamanan yang sebelumnya diberlakukan di tempat suci tersebut.

Dikutip dari laman ABC News, Jumat (28/7/2017), adegan kacau-balau semakin memperkeruh keadaan setelah polisi Israel menggunakan granat setrum untuk mengendalikan ribuan orang yang memaksa masuk Masjid Al Aqsa.

"Kami akan mengorbankan diri untuk Al Aqsa," ujar salah satu pemuda Palestina.

Beberapa pemuda bahkan terlihat memanjat atap masjid untuk membentangkan bendera Palestina, yang kemudian disita polisi Israel.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memerintahkan pasukannya untuk menambah personel polisi yang berjaga di Yerusalem. Tujuannya, agar pihak pengamanan dapat mengantisipasi meningkatnya jumlah massa yang datang pada ibadah salat Jumat.

Dalam sebuah pernyataan, Amnesty Internasional (badan hak asasi manusia) mengatakan, pasukan Israel telah menyerang orang-orang yang tak bersalah. Pihaknya menganggap serangan itu dilancarkan tanpa ada alasan yang jelas.

Sementara itu, polisi Israel mengklaim para umat Muslim-lah yang terlebih dahulu memicu keributan dengan melempar batu.

Menanggapi insiden ini, para pemimpin Palestina mengutuk segala tindakan yang dilakukan oleh pasukan Israel.

"Akan ada masanya tindak kebaikan akan menang. Mereka adalah contoh orang yang tak mau menyerah pada hak-hak mereka," ujar Nour Odeh, seorang analis Palestina menanggapi banyak korban yang terluka.

"Ini bukan perjuangan tentang di mana seseorang harus berdoa. Ini adalah perjuangan tentang hak dan kebebasan nasional," ujarnya.

Penarikan perangkat keamanan Israel, termasuk detektor logam dan kamera CCTV, menandai kemunduran signifikan oleh Netanyahu terhadap lawan-lawan politiknya.

Pihak Israel mengatakan, langkah-langkah keamanan sangat diperlukan untuk mencegah lebih banyak serangan. Mereka juga mengklaim tindakannya ini merupakan prosedur dan standar dunia yang diberlakukan untuk memastikan keamanan sebuah lokasi.

Namun, warga Palestina mengatakan, Israel tengah berusaha memperluas kontrolnya atas lokasi tersebut.

Isu tersebut memicu beberapa bentrokan di jalanan yang dianggap sebagai insiden terburuk dalam beberapa tahun terakhir--yang kemudian menarik Israel dalam pusaran konflik dengan negara-negara Arab dan Muslim lainnya.

 

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya