Liputan6.com, Jakarta - Tamara Bunke, yang juga dikenal sebagai Tania atau "Tania the Guerrilla" adalah seorang wanita revolusioner berhaluan kiri yang berjuang bersama Che Guevara ketika pria itu masih di Bolivia dan berupaya menggulingkan pemerintah demi menciptakan negara komunis.
Ia adalah satu-satunya wanita dalam Pemberontakan Bolivia. Ia kemudian tewas terbunuh oleh kesatuan Rangers yang diduga mendapat bantuan CIA.
Tania memainkan peranan penting dalam pemerintahan Kuba setelah peristiwa Revolusi Kuba dan terlibat dalam banyak gerakan revolusioner di Amerika Latin.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari The Vintage News, Selasa (1/8/2017), Tania dilahirkan pada 1937 dalam keluarga yang bersimpati kepada komunis.
Orangtuanya, Erich Bunke dan Nadia Bider, adalah anggota Partai Komunis Jerman yang kabur ke Buenos Aires ketika Nazi meraih kekuasaan pada 1933.
Segera setelah tiba di kediaman barunya, mereka segera bergabung dengan Partai Komunis Argentina dan bergaul hanya dengan orang-orang yang ideologi politiknya sehaluan.
Tania dan Olaf, saudara lelakinya, bertumbuh kembang dalam lingkungan sedemikian rupa sehingga mereka terlebih dulu belajar Marxisme sebelum belajar bicara. Tujuan orangtua mereka adalah agar membesarkan anak-anak dalam semangat dan ideologi yang mereka yakini.
Rumah keluarga Bunke di Buenos Aires juga menjadi tempat rapat-rapat, penampungan pengungsi, penyimpanan materi publikasi, dan – kadang-kadang – penimbunan senjata.
Tania mencintai olahraga dan amat baik melakukannya selama sekolah. Selain itu, ia dibesarkan mencintai lagu rakyat Amerika Selatan. Namun demikian, orangtuanya memutuskan untuk kembali ke Jerman Timur pada 1952 dan menetap di Stalinstadt yang sekarang disebut Eisenhüttenstadt.
Tania mendaftar di Humboldt University di Jerman Timur di jurusan Ilmu Politik. Ia bergabung dengan organisasi Pemuda Jerman Merdeka (FGY), bagian dari Partai Kesatuan Sosial Jerman.
Pada saat yang sama, Tania juga menjadi anggota Federasi Dunia Pemuda Demokratik sehingga ia bisa mengunjungi Festival Pemuda dan Pelajar Dunia yang pertama kalinya diadakan di Wina, lalu di Praha, Moskow, dan Havana.
Ia selalu tertarik dengan Amerika Latin. Karena kefasihan dalam bahasa Jerman, Spanyol, Inggris, dan Rusia, ia menjadi penerjemah di Departemen Internasional FGY bagi para tamu Kuba ke Jerman Timur. Jumlah pendatang Kuba meningkat setelah Revolusi Kuba pada 1959.
Selanjutnya:Â Penyamaran Mata-Mata Cantik...
Â
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Â
Penyamaran Mata-Mata Cantik
Pada 1960, ketika berusia 23 tahun, Tania ditugaskan menjadi penerjemah bagi Che Guevara yang dipandang sebagai pahlawan. Setelah pertemuan itu dan terilhami oleh Revolusi Kuba, ia pindah ke Kuba pada 1961.
Pada awalnya, ia melakukan kerja sukarela, mengajar, dan membantu pembangunan rumah-rumah serta sekolah-sekolah. Warga Kuba menyukai dan mempercayainya sehingga ia kemudian menjadi bagian dari milisi, brigade kerja, dan Kampanye Melek Huruf Kuba. Kemudian ia bekerja untuk Federasi Wanita Kuba dan Kementerian Pendidikan.
Tania dipilih secara pribadi oleh Guevara untuk ikut serta dalam "Operasi Fantasma"Â yang merupakan ekspedisi gerilya ke Bolivia. Pertama-tama, ia harus berlatih bela diri, cara menggunakan pisau, pistol, dan senapan mesin ringan.
Ia dilatih oleh Dariel Alarcón RamÃrez yang lazim dikenal dengan nama gerilya (nom de guerre) Benigno. RamÃrez juga melatih Tania untuk mengirim dan menerima pesan berkode serta transmisi telegraf menggunakan radio.
Pada masa itulah Tamara Bunke menggunakan nom de guerre "Tania."
Pelatihan awal berlangsung di Kuba dan kemudian dilanjutkan sebentar di suatu pertanian dekat Praha. Tania dinilai amat cerdas dengan kemampuan menonjol dalam spionase. Pihak Kuba amat terkesan dengan kejelian dan energinya.
Tania mudah bergaul dan cepat membentuk pertemanan. Benigno menyebutnya cantik, ramah, cerdas, dan sangat gigih.
Tania  juga senang memainkan musik rakyat Argentina menggunakan gitar atau akordion untuk menghibur warga Kuba dalam kamp pelatihan.
Selama melakukan tugasnya bagi pemerintah Kuba, perempuan itu menggunakan banyak penyamaran.
Salah satunya adalah sebagai Laura Gutiérrez Bauer yang pergi ke Bolivia pada 1964 sebagai pakar cerita rakyat dengan latarbelakang Argentina dan ideologi politik kanan. Padahal, ia sedang mengumpulkan informasi tentang elite politik dan angkatan bersenjata Bolivia.
Tak lama kemudian, Tania menanjak ke posisi tinggi dalam masyarakat La Paz. Ia bahkan berteman dengan Presiden René Barrientos di Bolivia dan berlibur bersama ke Peru. Pada saat bersamaan, ia berhati-hati menjaga penyamaran dan meluangkan waktu menjelajahi musik rakyat di negeri tersebut. Penelitiannya bahkan menghasilkan salah satu koleksi berharga musik Bolivia.
Ia pun menikahi seorang pemuda Bolivia demi mendapatkan kewarganegaraan.
Advertisement
Jasad Dimangsa Piranha
Tania amat berharga bagi Castro di Havana maupun gerilya Guevara. Ia mengirimkan pesan-pesan berkode menggunakan perangkat radio yang disembunyikan di belakang dinding kamarnya.
Pada 1966, ia terpaksa pergi beberapa kali ke kamp-kamp gerilya di Ñancahuazú karena tidak bisa mengandalkan sejumlah rekannya. Dalam salah satu perjalanan, identitasnya ketahuan setelah tertangkapnya seorang pendukung Komunis yang membocorkan lokasi rumah persembunyian tempat kendaraan Tania diparkir. Karena tak ada pilihan lain, ia bergabung dengan pasukan gerilya bersenjata.
Hutan hujan kurang cocok baginya. Awalnya, ia menderita demam tinggi, lalu cedera paha, dan kemudian tungiasis, yaitu infeksi parasit yang disebabkan oleh kutu Chigoe.
Pada 31 Agustus 1967, ketika sedang menyeberangi Rio Grande di Vado el Yeso, Tania dan delapan pemberontak lainnya disergap dan terbunuh. Ia ditembak pada bagian paru-parunya dan mati seketika.
Aliran sungai menghanyutkan jasadnya ke hilir dan baru ditemukan enam hari kemudian oleh angkatan bersenjata Bolivia. Ketika jasadnya ditunjukkan kepada presiden Bolivia, terlihat bahwa jasad itu sudah disantap ikan piranha.
Rencana awalnya adalah untuk menguburkannya tanpa tanda bersama-sama dengan jasad rekan-rekannya, tapi kaum wanita campesino (rakyat jelata berbahasa Spanyol) di sana menuntut penguburan secara Kristen karena Tania adalah seorang perempuan.
Berita kematiannya mengejutkan semua orang, terutama Che. Ada banyak spekulasi tentang kemungkinan hubungan khusus antara Bunked dan Che Guevara. Sebuah buku berjudul "Tania, the Woman Che Guevara Loved" karya penulis Uruguay bernama José A Friedl dihentikan penjualannya di Jerman setelah ada permintaan dari ibu Tania.
Ibunya menganggap ada tudingan mempermalukan oleh mantan pejabat Stasi yang mengaku bahwa dua revolusioner itu pernah memiliki hubungan khusus.
Di lain pihak, Benigno, pelatih Tania, menulis bahwa cinta mereka jelas terasa dari cara mereka bicara dan bertatapan.
Bahkan, jasad Tania dipindahkan ke Mausoleum Che Guevara di Santa Clara, Kuba, dan ditaruh berdampingan dengan jasad Che.
Meski sudah lama tiada, Tania menjadi inspirasi banyak perempuan lain yang sama-sama "kiri".Â
Seorang wanita lain, Patricia Hearst yang diculik oleh Symbionese Liberation Army (SLA) pada 1974 di Berkeley, California, juga menyebut dirinya "Tania."
Penerus keluarga kaya dalam dunia penerbitan itu kemudian setuju ikut dalam pergerakan aliran kirai itu dan menjelaskan melalui rekaman SLA, "Saya diberi nama Tania dari nama seorang kamerad yang bertempur bersama Che di Bolivia demi rakyat Bolivia."
Ketika pada 1974 Hearst ikut merampok bank bersama kelompok itu, ia berteriak, "Inilah Tania!"