Gerhana Matahari 21 Agustus dan Ramalan 'Kehancuran' Donald Trump

Gerhana matahari total yang terjadi di AS pada 21 Agustus 2017 diprediksi berkorelasi dengan nasib politik Presiden Donald Trump. Benarkah?

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 01 Agu 2017, 21:25 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2017, 21:25 WIB
20160303-Gerhana-Matahari-Total-iStockphoto
Ilustrasi Gerhana Matahari Total (iStockphoto)

Liputan6.com, Washington, DC - Gerhana matahari adalah peristiwa alam ketika posisi Bulan terletak di antara Bumi dan Matahari -- sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Sang Surya, yang kemudian menuntun dunia sesaat dalam kegelapan. 

Namun, para astrolog meyakini bahwa gerhana merupakan sebuah peristiwa surgawi yang monumental dan memiliki konsekuensi pada dunia nyata.

Dan gerhana matahari total --yang merupakan salah satu fenomena langka-- dipercaya memiliki implikasi besar bagi kehidupan manusia di Bumi.

Para ahli nujum juga meyakini bahwa gerhana yang terjadi dapat berkorelasi dengan nasib seseorang, seperti karier, keberuntungan, hingga bencana.

Dan, jika disangkut-pautkan dengan konteks politik global, konon segala hal yang terjadi dalam pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah 'digariskan'. Para astrolog pun mengaitkan nasib miliarder nyentrik itu dengan gerhana matahari yang akan terjadi di sebagian wilayah Negeri Paman Sam pada Senin 21 Agustus 2017.

Apalagi, seperti yang dilansir dari Newsweek, Selasa (1/8/2017), presiden ke-45 AS itu lahir di kala gerhana bulan tengah berlangsung --  sementara, ada keyakinan bahwa individu yang lahir pada masa itu lebih rentan dan sensitif pada fenomena gerhana. 

Ditambah lagi, kemunculan fenomena alam itu datang di saat situasi politik dan kepresiden Donald Trump di AS tengah memanas akibat sejumlah terpaan isu dan dugaan skandal.

"Telah banyak pembicaraan mengenai gerhana matahari dengan apa yang akan terjadi pada Donald Trump. Bahkan dunia astrologi telah ramai menghubungkan fenomena langit dengan sang presiden sejak ia dilantik," jelas Wade Caves pakar astrologi asal AS.

Pada 21 Agustus nanti, gerhana matahari akan terjadi saat bulan melintas di antara Bumi dan Matahari, menghasilkan bayangan sejauh 112 km di AS.

Gerhana matahari terjadi setiap satu setengah tahun di AS. Namun apa yang terjadi pada 21 Agustus nanti adalah pertama kalinya sejak 1918 -- ketika fenomena itu menghasilkan bayangan yang menutup seluruh daratan Negeri Paman Sam.

Ilustrasi Gerhana Matahari Total (iStockphoto)

Gerhana 21 Agustus 2017 nanti juga merupakan pertama kali sejak 1776, ketika seluruh bayangan mampu menutup seluruh daratan AS.

Bagi para astrolog, fenomena gerhana di masa kini hingga sekarang tetap menyimpan potensi ramalan dan misteri.

"Apa yang kita bicarakan adalah kemampuan sinar matahari untuk memberi cahaya dan menghasilkan panas, dan semua hal itu sebentar lagi diambil," kata Caves.

"Jadi ada simbolisme yang dibangun tentang fenomena itu, gerhana kerap dimaknai sebagai hal-hal yang mendekati akhir, dan seringkali terjadi dalam konteks yang sangat dramatis," tambahnya.

Gerhana Agustus tidak hanya unik karena kelangkaannya, tambah Caves, tapi juga karena aktivitas astrologi yang terkait dengannya terjadi seiring dengan keputusan presiden.

Fenomena tersebut terjadi di zodiak Leo, sesuai dengan periode kelahiran Trump. Singa adalah simbol Leo, dan dengan demikian tanda itu merupakan penguasa dan raja.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (AFP)

"Pada saat dia lahir, tingkat tertentu karakter Leo itu diaktifkan, seperti kebangkitan dan kejayaan. Akan tetapi, gerhana itu justru mengaktifkan derajat yang lain, yakni prediksi akan kejatuhan, kehancuran, hingga kesulitan," jelas Caves memprediksi nasib politik dan pemerintahan Presiden Trump menggunakan konstelasi bintang zodiak dan korelasinya terhadap gerhana matahari.

Ramalan Malapetaka Versus Fakta Ilmiah

Akan tetapi menurut Duncan Steel penulis buku Eclipse: The Celestial Phenomenon that Changed the Course of History, hal-hal prediksi dan ramalan terkait gerhana dan nasib manusia, seperti yang disebutkan oleh Caves, sudah tidak relevan dengan konteks Abad ke-21.

"Zaman dulu, ramalan dan prediksi tentang gerhana itu masih dipercaya oleh manusia. Tapi bagi orang masa kini untuk membayangkan bahwa mereka adalah tanda malapetaka, adalah hal yang gila. Jika orang percaya bahwa gerhana matahari yang akan datang dapat berdampak sesuatu untuk AS, bagi Trump, bagi dunia, maka mereka jelas-jelas tertipu," ujar Steel.

Ketika gerhana terjadi, astrolog memiliki lebih banyak informasi untuk dianalisis sehingga mampu menghasilkan prediksi yang melebihi praduga horoskop biasa. Dan analisis itu mampu berkorelasi dengan apa yang terjadi dalam situasi politik

"Pada dasarnya, dari sudut pandang astrologi, gerhana merupakan ledakan energi yang besar, seperti serentetan cangkang senapan di seluruh peta negara atau individu, memberi energi, dan kekuatan," kata astrolog Debra DeLeo-Moolenaar.

"Pada saat ini, katanya, AS berada dalam periode dramatis, dan gerhana ini dapat memicu frustrasi lebih besar dan mungkin saja memicu untuk menghentikan segala konflik serta isu yang ada," tambah DeLeo-Moolenaar.

Sementara itu, astrolog lain, Eugene Johnson, meramalkan pada bulan April lalu bahwa gerhana AS 21 Agustus 2017 nanti mampu memicu sejumlah peristiwa krusial bagi Negeri Paman Sam.

Dua Rockwell B-1 Lancer terbang bersama F-2 Fighter Jet Japan Air Self Defense Force (bawah) (US Air Force)

"Gerhana itu mungkin tidak menunjukkan bahwa AS dalam bahaya langsung untuk perang. Namun fenomena itu mengingatkan kita untuk bersiap menghadapi kejadian genting semacam itu yang berpotensi membawa kehancuran bagi AS," jelas Johnson.

"Saya dapat dengan aman mengatakan bahwa fenomena gerhana nanti akan menandai perkembangan penting di pentas dunia karena tingginya jumlah planet luar yang terlibat," tambahnya yang menjelaskan bahwa gerhana tersebut melibatkan posisi planetarium Jupiter, Uranus, Pluto, dan Neptunus.

Sementara, seperti dikutip dari Time, jutaan manusia akan menjadi saksi peristiwa astronomi yang terhitung langka.

Apalagi, gerhana matahari total hanya terjadi pada suatu titik di Bumi setiap 375 tahun sekali. 

Saksikan juga video berikut ini

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya