Dipecat, Steve Bannon Membenci Donald Trump?

Donald Trump memecat Kepala Strategi Steve Bannon. Mantan eksekutif media Breitbart itu terpaksa hengkang dari Gedung Putih.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 19 Agu 2017, 22:01 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2017, 22:01 WIB
Stephen Bannon ditunjuk menjadi kepala strategi dan penasihat senior Trump
Stephen Bannon ditunjuk menjadi kepala strategi dan penasihat senior Trump (Reuters)

Liputan6.com, Washington DC - Donald Trump memecat Kepala Strategi Steve Bannon. Namun, meski membuatnya terpaksa hengkang dari Gedung Putih, keputusan tersebut tak serta merta membuat pria itu benci terhadap orang nomor satu di Amerika Serikat tersebut.

Bannon menegaskan, akan terus berjuang bersama Trump. Dukungan pun pasti akan diberikannya meski sekarang sudah berada di luar pemerintahan.

"Jika ada kebingungan di luar sana, saya akan memperjelas ini," ucap Bannon seperti dikutip dari Evening Standard, Sabtu (19/8/2017).

"Saya telah meninggalkan Gedung Putih, tapi saya akan pergi berperang bersama Trump melawan musuh-musuhnya di Capitol Hill, di media, dan di perusahaan Amerika," ujar dia.

Bannon 'ditendang' Trump karena dituding terlibat gerakan anti-Semit dan menyuarakan pandangan supremasi kulit putih.

Saat ini Bannon, setelah keluar dari lingkaran dalam pemerintahan, memilih kembali ke menjadi Kepala Eksekutif media sayap kanan Breibart. Jabatan tersebut dipegangnya sebelum bergabung dalam tim kampanye Trump.

Sebelumnya, pemberhentian Bannon disampaikan oleh Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders.

"Kepala Staf Gedung Putih John Kelly dan Steve Bannon telah menyepakati bahwa ini adalah hari terakhir bagi Steve. Kami sangat berterima kasih atas pengabdiannya dan mendoakan yang terbaik," kata Sanders, seperti dikutip dari CNN, Sabtu (19/8/2017).

Dua sumber Gedung Putih mengatakan kepada CNN, Bannon awalnya diberi opsi untuk mundur. Namun belakangan ia dipaksa keluar alias dipecat.

Trump dikabarkan beberapa kali menjadikan Bannon sasaran kemarahannya. Pada Kamis malam lalu misalnya, sang miliarder nyentrik marah besar pada penasihat seniornya itu.

Pasalnya, dalam wawancara dengan American Prospect, Bannon mengeluarkan pernyataan yang bertentangan dengan apa yang diucapkan atasannya itu soal isu Korea Utara. Misalnya, ia menyebut bahwa opsi serangan militer ke Korut tak mungkin dilakukan.

Bannon dianggap sebagai salah satu staf Gedung Putih paling kontroversial. Ia dianggap sebagai sosok pendorong di balik ideologi 'nasionalis' Donald Trump.

Bannon bergabung dengan kampanye Trump tahun lalu, naik kelas dari sekedar pendukung menjadi tokoh yang dianggap berjasa di balik kemenangan sang miliarder nyentrik.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya