Semenanjung Korea Memanas, Bagaimana Nasib 39 Ribu WNI di Korsel?

Ketegangan terjadi di Semenanjung Korea usai Korut kembali melakukan uji coba rudal balistiknya.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 29 Agu 2017, 15:43 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2017, 15:43 WIB
Rudal Korea Utara Lintasi Langit Jepang
Seorang wanita berjalan melewati sebuah layar TV yang menyiarkan peluncuran rudal Korea Utara di Tokyo, Jepang, Selasa (29/8). Sejak Kim Jong-un berkuasa pada akhir 2011, Korut telah melakukan lebih dari 80 kali uji coba rudal. (AP/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Seoul - Kondisi Semenanjung Korea semakin memprihatinkan. Uji coba rudal Korea Utara pada Selasa 29 Agustus 2017 dianggap sebagai ancaman serius oleh sejumlah negara. 

Korea Selatan pun membalas dengan melakukan uji coba bom di perbatasan dan meluncurkan misil. 

Kondisi tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai nasib WNI berada di Semenanjung Korea. Di Korsel saja dari catatan KBRI Seoul, terdapat 39.200 warga Indonesia yang bermukim.

Kepala Fungsi Penerangan KBRI Seoul, M Aji Surya kepada Liputan6.com menjelaskan, saat ini walau ada ketegangan antar Korsel dan Korut, namun kondisi di Negeri Gingseng relatif aman.

"KBRI tetap dalam kondisi aman. Sejauh ini masih kita nilai relatif kondusif. Belum ada langkah yang bisa dikatakan ekstra," sebut Aji, Selasa (29/8/2017).

Untuk memastikan keadaan WNI di seluruh Korsel, beberapa langkah telah dilakukan. Termasuk, menjalin komunikasi intensif.

"Komunikasi dengan warga tetap dilakukan setiap saat melalui berbagai saluran, khususnya via aplikasi yang kita bangun, namanya M-KBRI Seoul," ucapnya.


Siaga Penuh Korsel

Pasca-Korut meluncurkan misil, Seoul menerapkan siaga penuh. Presiden Moon Jae-in memerintahkan agar militer Korea Selatan bersiap untuk menghadapi provokasi Pyongyang.

Tak hanya bersiap, Presiden Moon Jae-in memerintahkan militernya untuk menunjukkan kemampuan yang dinilai bisa membumihanguskan Korut, jika Pyongyang nekat untuk menyerang. Hal tersebut disampaikan lewat pernyataan kantor kepresidenan Cheong Wa Dae, atau nama lain dari Blue House-- tempat resmi kediaman Presiden Moon.

Sang presiden meminta militer unjuk gigi dengan menjatuhkan delapan bom Mark 84 atau MK84 dekat perbatasan antar dua Korea di Taebaek.

Sekretaris pers Presiden Moon, Yoon Young-chan mengatakan, bom dijatuhkan oleh empat jet tempur F15K.

Sementara itu, Dewan Keamanan Nasional Korsel (NSC) mengadakan pertemuan darurat menyusul peluncuran rudal Korea Utara, yang dilakukan sesaat sebelum pukul 06.00 waktu Jepang.

"NSC mengecam Korea Utara yang telah melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dengan meluncurkan rudal balistik, meski sebelumnya telah menerima peringatan keras (untuk tidak melakukannya)," kata Yoon dalam sebuah konferensi pers.

 

Simak video berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya