Terkuak, Rahasia Jaringan Bisnis Global Korea Utara

Biaya operasional untuk melakukan uji coba rudal dan nuklir tidak sedikit. Dari mana asalnya?

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 11 Sep 2017, 14:30 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2017, 14:30 WIB
Korea Utara Sukses Luncurkan Rudal Balistik Terbaru
Kim Jong-un saat melihat uji coba peluncuran rudal balistik di Korea Utara, Selasa (30/5). Korea Utara terus melakukan peluncuran ujicoba rudal balistik di tengah ketegangan dengan Korea Selatan. (AP Photo/KCNA)

Liputan6.com, Canberra - Banyak pihak bertanya-tanya, dari mana uang untuk uji coba nuklir Korea Utara. Dalam satu tahun 2017, Pyongyang sudah melakukan uji coba nuklir dan rudal sebanyak 21 kali.

Globaltimes mengestimasi, untuk menembakkan satu rudal, setidaknya biaya operasional yang dikeluarkan mencapai US$ 38 ribu atau sekitar Rp 507 juta.

Untuk rudal jarak menengah sejenis Tomahawk, The Economist melaporkan pemerintah Korut membutuhkan biaya US$ 1,5 juta.

Belum lagi gaya hidup mewah Kim Jong-un. Pakar menilai bahwa dana untuk itu berasal dari "celengan babi" pribadi Kim Jong-un. Tabungan itu diduga diisi dari sejumlah aktivitas ilegal di seluruh dunia, seperti peretasan rekening bank, menjual senjata di pasar gelap, peredaran narkotika, pemalsuan uang, dan penjualan spesies langka.

Keuntungannya dari aktivitas ilegal tersebut diduga mencapai ratusan juta dolar AS.

Sebagian keuntungan tersebut disisihkan untuk mendanai program pengembangan rudal jarak jauh dan hulu ledak nuklir.

Ada dugaan sejumlah aktivitas ilegal itu tak lepas dari peranan orang dekat Kim Jong-un di berbagai belahan dunia.

Dikutip dari News.com.au pada Senin (11/9/2017), ternyata di balik itu semua ada sebuah jaringan global rahasia bisnis Korea Utara di seluruh dunia. Perusahaan-perusahaan itu membawa miliaran dolar kepada Korut meski seberat apa pun sanksi dijatuhkan terhadap negara itu.

Terkuaknya jaringan itu diungkapkan setelah investigasi oleh program Four Cournes, Televisi ABC Australia. Menurut tim investigasi, entitas yang terkait dengan Korea Utara aktif di sebagian Asia, Afrika, Timur Tengah, bahkan Eropa.

Beberapa dana dari jaringan ini disalurkan melalui departemen pemerintah misterius, yang dikenal sebagai Office 39. Departemen ini beroperasi sebagai penyedia dana gelap bagi keluarga Kim Jong-un agar tetap bisa hidup bergelimangan harta.

Investigasi tersebut juga memeriksa kemampuan senjata kimia rezim tersebut dan motif di balik pembunuhan saudara laki-laki Kim Jong-un, Kim Jong-nam, di bandara Kuala Lumpur pada awal tahun ini.

"Banyak yang berpendapat bahwa Korea Utara sebenarnya sangat terisolasi dari masyarakat internasional, bahwa ia tidak memiliki hubungan dagang dengan dunia luar, selain dengan China, dan kenyataannya yang kita lihat selama ini memang tidak jauh dari itu," kata analis pertahanan Andrea Berger kepada ABC.

"Tapi, ternyata Korea Utara canggih dalam menyembunyikan fakta bahwa memang mereka melakukan bisnis di luar negeri," lanjutnya.

Berger mengatakan bahwa Office 39 di atas kertas hanyalah departemen lain di Korean Workers Party, tetapi dalam praktiknya mereka adalah "departemen penyedia dana gelap".

"Mereka bekerja mencampur aktivitas terlarang maupun tidak sah dan menciptakan dukungan secara internal di Korut untuk menjaga kepemimpinan elite Korut agar bahagia," tutur Berger. 

Dipercaya bahwa Office 39 menghasilkan US$ 1,6 miliar per tahun bagi

keluarga Kim.

 

Jaringan Global

Sementara itu, diduga bahwa aktivitas bisnis Korea Utara mencapai Eropa. Meski demikian, Malaysia diduga sebagai titik panasnya.

Pembunuhan Kim Jong-nam, kakak tiri Kim Jong-un, menguak adanya hubungan erat antara rezim Pyongyang dengan Malaysia. Apalagi ada seribu warga Korut tinggal dan kerja di Negeri Jiran.

Berger mengatakan kepada ABC bahwa militer Korut memiliki perusahaan komunikasi yang disebut Glocom.

"Glocom adalah jaringan yang menjual komunikasi militer dari Malaysia, memasarkan senjata dan materi terkait di luar negeri, berpura-pura menjadi produsen senjata Malaysia, namun di belakang layar adalah Korea Utara. Mereka menjual teknologinya ke beberapa wilayah di Afrika, yaitu Timur Tengah dan berpotensi Asia Tenggara," katanya.

Mantan Wakil Duta Besar Korea Utara untuk Inggris, Thae Yong-Ho, menggambarkan Malaysia sebagai "semacam surga" bagi Korea Utara untuk mengembangkan bisnisnya.

"Malaysia dianggap semacam jendela bagi Korea Utara untuk pergi ke luar negeri karena Malaysia adalah negara bebas visa untuk Korea Utara," kata Yong-Ho kepada ABC.

Seorang mantan pekerja keuangan Korea Utara di Singapura, Kim Kwang-jin, juga mengungkapkan perusahaan asuransi tempat dia dulu dia bekerja dengan mudahnya mengirim uang langsung ke keluarga Kim untuk mendanai gaya hidup mewah elite Pyongyang.

"Itu adalah ekonomi keluarga Kim. Mereka menghasilkan uang dari bisnis ini," kata Kwang-jin. 

"Kami menghasilkan uang dan menarik US$ 20 juta uang tunai setiap tahun untuk ulang tahun Kim Jong-il."

"Kami menyimpannya, menghitungnya dan memasukkannya ke dalam 20 kotak, masing-masing US$ 1 juta," bebernya.

Berger juga mengatakan kepada Four Corner Program bahwa rezim tersebut bahkan telah memiliki akses ke Inggris dan Amerika Serikat.

"Perusahaan asuransi nasional Korea Utara dapat beroperasi di Inggris," kata Berger.

"Ini tidak dapat dipercaya bahwa Korea Utara memiliki hubungan yang kuat secara konvensional dengan AS, tapi kita telah melihat bahwa Korea Utara dapat mengakses produk dari Amerika Serikat," tambahnya.

"Roda mobil Kim Jong-un dilapisi baja di Amerika Serikat dan kemudian diekspor kembali Korea Utara tanpa diketahui otoritas Bea Cukai AS."

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya