Liputan6.com, Washington, DC - Duta Besar PBB untuk Amerika Serikat Nikki Haley menyatakan, pihaknya telah kehabisan opsi untuk menghadapi Korea Utara melalui jalur diplomasi di PBB. Menurut Haley, tidak menutup kemungkinan pihaknya akan mengambil tindakan sendiri.
Dalam program "State of the Union" yang tayang di CNN, Haley mengatakan bahwa DK PBB tidak mampu mengekang program nuklir Korut. Opsi militer pun terbuka lebar.
"Pada titik ini, kami cukup lelah dengan berbagai hal yang telah kami lakukan di Dewan Keamanan. Kami mencoba setiap kemungkinan yang kami miliki, tapi seluruh opsi militer ada di atas meja," ujar Haley seperti dikutip dari news.com.au pada Senin (18/9/2017).
Advertisement
Diplomat perempuan berusia 45 tahun tersebut pun mengungkapkan bahwa ia sangat senang untuk menyerahkan urusan Korut ke Menteri Pertahanan AS James Mattis.
Haley juga menekankan bahwa ancaman Presiden Donald Trump yang akan mengirimkan 'api kemarahan' ke Korut bukan sekadar gertakan.
Baca Juga
"Jika Korut terus melakukan tindakan sembrono, sementara AS harus membela diri dan sekutunya, maka Korut akan hancur dan kita semua tahu tidak seorang pun menginginkan itu terjadi," ungkap Haley.
Dilanjutkan Haley, "Tak satu pun dari kita menginginkan perang. Namun, kita juga harus melihat kenyataan bahwa Anda berurusan dengan seseorang yang sembrono, tidak bertanggung jawab, dan terus mengancam tidak hanya AS, namun seluruh sekutu. Jadi, sesuatu harus dilakukan".
Pernyataan Haley tersebut muncul setelah Trump, melalui akun Twitter pribadinya @realDonaldTrump menyebut pemimpin Korut sebagai "Rocket Man".
Trump sendiri dijadwalkan akan menghadiri dan berpidato dalam Sidang Majelis Umum PBB di New York. Fokus utamanya diperkirakan adalah Korut dan Iran.
Ambisi Mencapai Target
Beberapa hari lalu, pemimpin Korut Kim Jong-un berjanji akan membawa negaranya mencapai target pengembangan nuklir. Menurut laporan media Korut, KCNA, langkah ini bertujuan untuk membangun keseimbangan kekuatan militer dengan AS.
"Kita harus secara jelas menunjukkan kekuatan besar bagaimana negara kita berusaha mencapai tujuan untuk menyelesaikan kekuatan nuklirnya meski terdapat sanksi dan blokade tanpa batas," ujar Kim Jong-un seperti dikutip dari KCNA.
"Tujuan Korea Utara adalah untuk membangun keseimbangan kekuatan militer yang nyata dengan AS dan membuat penguasa AS tak berani membicarakan opsi militer untuk DPRK (Korea Utara)," imbuh dia seperti dikutip dari BBC.
Kim menyampaikan pertanyaan tersebut setelah Korut meluncurkan rudal pada 15 September 2017, di mana misil itu melintasi daratan Jepang untuk kedua kalinya.
Rudal jarak menengah, Hwasong-12, diketahui meluncur di ketinggian 770 kilometer dan menempuh jarak sekitar 3.700 km sebelum akhirnya jatuh di Samudra Pasifik.
Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan darurat, di mana para anggotanya dengan suara bulat mengutuk peluncuran tersebut dan menyebutnya sangat provokatif.
Advertisement