Liputan6.com, Los Angeles - Akhirnya, Marilou Danley, kekasih pelaku penembakan massal Las Vegas berbicara tentang insiden yang mematikan itu.
Pernyataannya ia curahkan sesaat sampai di Amerika Serikat dari Filipina.
Perempuan yang sempat dikira keturunan Indonesia itu mengaku secara sadar ia kembali dari Manila ke Los Angeles karena ia tahu bahwa FBI dan polisi Las Vegas ingin berbicara dengannya terkait penembakan massal yang dilakukan oleh Stephen Paddock.
Advertisement
"Saya segera bersiap dan kembali pulang ke AS karena tahu FBI dan polisi ingin berbicara dengan saya terkait insiden ini," kata Marilou dalam pernyataan seperti dikutip dari CNN pada Kamis (5/10/2017).
"Dan saya ingin berbicara dengan mereka. Saya akan bekerja sama dengan mereka untuk investigasi ini. Apapun akan saya lakukan untuk membantu meringankan penderitaan dengan cara apa pun, saya akan melakukannya, "katanya dalam pernyataan yang dibacakan pengacara Danley, Matt Lombart.
Baca Juga
Marilou mengatakan bahwa benar Stepeh Paddock membeli tiket murah untuknya agar bisa pulang bertemu keluarganya di Filipina dua minggu lalu. Tak lama kemudian, ia mengaku menerima sejumlah uang dari kekasihnya itu.
Paddock mengatakan kalau uang yang ia kirimkan untuk dibelikan rumah bagi Marilou dan keluarganya.
"Ketika dia membelikan saya tiket, saya jelas bersyukur, seperti kebanyakan orang Filipina di luar negeri yang akan pulang kampung, tapi saya jujur bahwa saya khawatir. Ini sebuah perjalanan pulang yang tak terencana... lalu ada kiriman uang. Tak disangka ini caranya dia memutuskan saya," lanjut pernyataan perempuan 62 tahun itu.
"Saya seorang ibu dan nenek, hati saya hancur untuk semua orang yang kehilangan mereka yang dicintai. Saya hanya tahu bahwa Stephen Paddock adalah orang yang baik dan pendiam. Saya mencintainya dan berharap bisa menghabiskan masa depannya dengannya," lanjut pernyataannya.
"Dia tak pernah berbicara aneh-aneh atau bertindak membahayakan. Atau apapun tanda-tanda bahaya bahwa Stephen akan melakukan hal mengerikan seperti ini," ujar pernyataan Marilou.
"Saya percaya Tuhan, dan saya akan terus berdoa bagi mereka yang telah tersakiti..."
"Tidak pernah terpikir oleh saya dengan cara apa pun bahwa dia merencanakan kekerasan terhadap orang lain," tutup Marilou Danley, sang kekasih pelaku penembakan massal Las Vegas.
Motif yang Masih Jadi Misteri
Hampir tiga hari setelah penembakan massal yang paling mematikan dalam sejarah Amerika modern, penyidik belum menemukan titik terang untuk menjawab pertanyaan tersebut: Mengapa?
Mengapa Stephen Paddock, seorang pensiunan akuntan berusia 64 tahun menghujani peluru dari jendela hotelnya di lantai 32 ke kerumunan 22.000 penonton konser di jantung kota Las Vegas?
Mengapa dia terus menembaki senjata selama sembilan sampai 11 menit, menyebabkan setidaknya 58 orang tewas dan lebih dari 500 orang menderita luka tembak atau luka karena terinjak?
Pada titik ini, motif dan tujuan Paddock tetap menjadi misteri bagi penyelidik. Deputi Direktur FBI Andrew McCabe mengatakan kepada CNBC pada hari Rabu bahwa belum ditemukannya motif jelas adalah "kejutan" dalam penembakan massal kali ini.
"Yang satu ini agak berbeda dari kebanyakan penembakan massal yang pernah kita tangani di masa lalu, karena kita tidak memiliki sidik jari yang mudah diakses yang mengindikasikan ideologi atau motivasi si penembak, atau benar-benar memaksanya untuk sampai ke sana," kata McCabe.
Polisi yakin Paddock bertindak sendiri saat dia menghujani tembakan ke arah kerumunan di festival Route 91 Harvest.
McCabe mengatakan kepada CNN bahwa FBI akan mengecek saluran komunikasi Paddock, catatan keuangan, rekan kerja dan video surveillance - apapun untuk mencoba menyatukan teka-teki motifnya.
"Kami akan melihat setiap jalur itu, menarik setiap benang yang mungkin saling berhubungan," katanya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement