Eskalator Emas Macet di Rusia, Raja Salman Kebingungan

Eskalator emas di bandara Rusia ini mendadak tak berfungsi dan membuat Raja Salman bersama beberapa orang pendampingnya kebingungan.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 06 Okt 2017, 12:25 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2017, 12:25 WIB
Raja Salman menuruni eskalator emas yang macet di Vnukovo International Airport, Rusia. (AP/ Ivan Sekretarev)
Raja Salman menuruni eskalator emas yang macet di Vnukovo International Airport, Rusia. (AP/ Ivan Sekretarev)

Liputan6.com, Moskow - Pemimpin Arab Saudi, Raja Salman kembali melakukan perjalanan bersejarahnya. Kali ini Raja Salman menuju Rusia, menggunakan pesawat yang sama ketika bertandang ke Indonesia dan sejumlah negara lain sebelumnya.

Namun, pada kunjungan hari Rabu 5 Oktober 2017 waktu setempat, seperti dikutip dari Business Insider, Jumat (6/11/2017), eskalator emas yang membawa Raja Salman turun dari pesawat macet setelah bergerak beberapa saat.

Eskalator emas tersebut mendadak tak berfungsi dan membuat Raja Salman bersama beberapa orang pendampingnya kebingungan. Pemimpin Arab Saudi berusia 81 tahun itu kemudian menuruni tangga tangga selangkah demi selangkah menuju landasan di Vnukovo International Airport, Rusia.

Raja Saudi berada di Rusia untuk membahas pasar minyak global dan krisis Suriah dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Beruntung bagi pemimpin Arab Saudi itu, pertemuan tersebut tampaknya berjalan lebih baik daripada eskalatornya, karena dia dan Putin pada Kamis 5 Oktober menyatakan sepakat dengan sistem pertahanan rudal S-400 Rusia yang canggih.

Berikut ini rekamannya:

Kunjungan Bersejarah

Raja Salman dari Arab Saudi melakukan kunjungan bersejarah ke Rusia. Orang nomor satu di negeri kaya minyak itu tercatat sebagai raja Saudi pertama yang menjejakkan kaki di Negeri Beruang Merah.

Seperti dikutip dari ABC News pada Kamis (5/10/2017), sebagai bagian dari perjalanan empat hari tersebut, Raja Salman dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Vladimir Putih pada Kamis. Perbincangan keduanya diperkirakan akan berfokus pada pasar minyak global dan konflik Suriah.

Hubungan kedua negara kerap diwarnai ketegangan di masa lalu. Selama Perang Dingin, Saudi membantu mempersenjatai pemberontak Afghanistan berperang melawan invasi Uni Soviet.

Rusia diketahui mendukung rezim Suriah pimpinan Bashar al-Assad, dan Saudi beserta sekutunya menyokong kelompok oposisi.

Namun, belakangan hubungan Rusia-Arab Saudi membaik seiring dengan intensnya pertemuan antara Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman dengan Presiden Putin.

Mencairnya hubungan kedua negara telah membantu terwujudnya perjanjian pada November lalu, di mana OPEC dan 10 negara penghasil minyak lainnya, termasuk Rusia, sepakat untuk memangkas produksi mereka dalam upaya mengatasi kekurangan pasokan dan menopang harga minyak mentah.

Membawa Rombongan

Dalam kunjungan bersejarahnya, Raja Salman membawa delegasi pengusaha Saudi dalam jumlah besar. Kedua pihak diharapkan akan menegosiasikan kesepakatan investasi baru, termasuk di sektor energi. Saudi dikabarkan telah mengincar teknologi nuklir Rusia dan diduga siap membuka keran impor makanan yang lebih luas dari Rusia.

Dilansir CNBC, dalam kunjungan ini, pemimpin kedua negara akan menandatangani kesepakatan investasi gabungan senilai lebih dari US$ 3 miliar, termasuk sebuah kesepakatan senilai US$ 1,1 miliar untuk pembangunan pabrik petrokimia di Saudi. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Energi Rusia Alexander Novak kepada Financial Times pada Rabu waktu setempat.

Sementara Riyadh terus menjaga aliansi strategisnya dengan Amerika Serikat, di lain sisi negara itu dinilai juga tetap berupaya memperbaiki hubungan dengan Rusia demi mencegah Moskow terlalu dekat dengan saingan beratnya, Iran.

Putin yang pernah ditanyakan terkait hubungan negaranya dengan Saudi menjelaskan bahwa ia tidak melihat faktor kedekatan Riyadh-Washington sebagai penghalang bagi kerja sama yang lebih erat dengan Saudi. Ia menegaskan bahwa aliansi cenderung bergeser.

"Apakah ada sesuatu di dunia ini yang tidak berubah? Saya rasa semua hal berubah," tutur Presiden Rusia itu.

Pendekatan 'tak terduga' antara Riyadh dan Moskow dikabarkan terjalin dalam satu tahun terakhir di tengah memburuknya hubungan Rusia dengan AS dan pergeseran kebijakan Presiden Donald Trump yang tidak dapat diprediksi.

"Harapan utama kami adalah bahwa kunjungan tersebut akan memberikan dorongan baru yang kuat untuk pengembangan hubungan bilateral karena potensi hubungan kami jauh lebih 'kaya' dibanding situasi de facto," ujar Juru Bicara Kremlin Dmitri Peskov seperti dikutip dari Al Jazeera.

Kedatangan Raja Salman di Moskow disambut dengan meriah. Sejumlah papan reklame memasang gambar sang raja berikut pesan selamat datang dalam Bahasa Arab dan Rusia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya