Liputan6.com, St. Petersburg - Lebih dari 250 orang kubu oposisi Rusia, ditangkap oleh otoritas setempat, setelah menggelar demonstrasi di 80 kota berbeda di Negeri Beruang Merah. Demonstrasi itu bertepatan dengan HUT ke-65 Presiden Rusia Vladimir Putin pada 7 Oktober 2017.
Para peserta demonstrasi yang merupakan simpatisan figur oposisi, Alexei Navalny, menuntut agar pria itu dapat menjadi kandidat presiden pada Pilpres Rusia 2018. Demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (8/10/2017).
Bentrokan antara aparat dengan peserta aksi, yang diikuti penangkapan peserta demo, dilaporkan terjadi di St Petersburg tempat demonstrasi utama tersebut berlangsung.
Advertisement
Laporan media setempat menyebut, ada 3.000 orang yang menjadi peserta aksi di kota kelahiran Putin itu. Banyak dari mereka membawa spanduk bertuliskan "Navalny 2018".
Baca Juga
Penangkapan di St. Petersburg terjadi setelah sejumlah demonstran mencoba menerobos barikade polisi. Menurut laman elektronik pegiat HAM setempat, OVD-Info, sekitar 62 peserta aksi ditahan aparat. Sebagian besar kemudian dilepaskan.
Sementara itu, beberapa kelompok oposisi lain --salah satunya adalah grup pro demokrasi Open Russia yang disponsori taipan minyak Mikhail Khodorkovsky-- juga menggelar aksi di St. Petersburg. Beberapa peserta juga mengalami bentrokan dengan aparat, menyebabkan sejumlah di antara mereka ditangkap.
Di Moskow, beberapa orang ditangkap saat ratusan orang menggelar demo bertajuk serupa tanpa izin di Lapangan Pushkin. Meski begitu, semua orang dilepaskan oleh aparat.
Penagkapan peserta aksi di Moskow terjadi setelah massa mengabaikan imbauan polisi untuk membubarkan diri dan tidak melakukan mobilisasi ke arah Kremlin.
Di tempat lain, demonstrasi berkisar belasan sampai lebih dari 100 orang juga terjadi di Novosibirsk, Siberia.
Aksi protes yang berujung penangkapan oleh aparat juga dilaporkan terjadi di Smolensk, Tver, Stavropol, Irkutsk, Yakutsk, Yaorslavl, Krasnodar, Lipetsk, dan Perm. Kata laporan media dan lembaga pemantau HAM setempat.
Seperti dikutip dari BBC, sebagian besar perhelatan aksi dilakukan tanpa izin, termasuk yang digelar di St. Petersburg dan Moskow.
Saat demonstrasi itu berlangsung, figur oposisi Alexei Navalny tengah menjalani hukuman penjara selama 20 hari, karena melakukan pelanggaran hukum berulang. Ia diketahui mengorganisir pertemuan massal tanpa izin pemerintah.
Jika tak dibui, ia dijadwalkan untuk hadir dalam demonstrasi di St. Petersburg.
Sepanjang tahun ini, termasuk penjara 20 hari itu, Navalny telah tiga kali mendekam di balik jeruji. Figur oposisi itu juga diketahui memiliki beberapa masa hukuman yang tertunda.
Masa hukuman yang tertunda itu dijadikan alasan oleh badan penyelenggara pemilu setempat bahwa Navalny tidak bisa maju sebagai kandidat dalam Pilpres Rusia pada Maret 2018 mendatang.
Navalny sendiri pantang menyerah. Sepanjang 2017, ia dilaporkan telah melakukan perjalanan ke penjuru Rusia untuk mendulang dukungan dan mengorganisir pertemuan massal --yang diduga aparat dilaksanakan tanpa izin.