Liputan6.com, Madrid - Seorang hakim Spanyol telah memerintahkan dua anggota kunci gerakan kemerdekaan Catalonia untuk dipenjara. Mereka adalah Jordi Sánchez yang memimpin Catalan National Assembly (ANC) dan Jordi Cuixart, pemimpin Omnium Cultural.
Dalam sebuah video yang direkam sebelum ia hadir di pengadilan, Cuixart menginstruksikan para separatis untuk tak kehilangan harapan.
Para pendukung kemerdekaan juga menyerukan dilakukannya demonstrasi lebih lanjut untuk menuntut pembebasan dua pemimpin kemerdekaan Catalonia itu.
Advertisement
Baca Juga
Beberapa jam sebelum keputusan itu diumumkan, pengadilan tinggi membebaskan Kepala Kepolisian Catalonia, Josep Lluis Trapero. Pasukannya, Mossos d'Esquadra, dituduh gagal membantu polisi Spanyol dalam menangani ribuan pro-kemerdekaan di Barcelona menjelang referendum.
Dikutip dari BBC, Selasa (17/10/2017), Sánchez dan Cuixart dipandang sebagai tokoh yang berperan dalam menyelenggarakan referendum kemerdekaan Catalonia pada 1 Oktober lalu. Namun, Pemerintah Spanyol menganggap referendum itu ilegal.
Setelah hasil referendum mengungkap keinginan warga Catalonia untuk berpisah dari Spanyol, Pemimpin Catalonia Carles Puigdemont menandatangani sebuah deklarasi kemerdekaan.
Namun, ia menghentikan pelaksanaannya untuk memungkinkan adanya perundingan. Puigdemont telah meminta negosiasi tersebut untuk dilangsungkan selama dua bulan ke depan.
Sementara itu Pemerintah Spanyol telah memperingatkan bahwa Catalonia harus mencabut deklarasi kemerdekaannya. Puigdemont juga membuat marah Madrid dengan menolak menjelaskan sikapnya, apakah Catalonia ingin lepas atau tidak dari Spanyol.
Puigdemont yang telah diberikan waktu hingga 12 Oktober untuk menjelaskan posisinya, 'menyerang' Pemerintah Spanyol di Twitter menyusul penahanan Sánchez dan Cuixart.
"Spanyol memenjarakan pemimpin masyarakat Catalonia karena telah mengorganisasikan demonstrasi damai. Sayangnya, kita kembali memiliki tahanan politik," tulis Puigdemont.
Â
Spanyol Ultimatum Catalonia: Mau Pisah atau Tidak...
Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy makin bertindak represif terhadap Catalonia pasca-permintaan Pemimpin Catalonia, Carles Puigdemont, untuk menangguhkan deklarasi kemerdekaan. Saat itu, Puigdemont meminta jeda beberapa minggu untuk meminta dialog dengan Madrid.
Spanyol merespons sikap Catalonia dengan menggelar rapat kabinet luar biasa. Hasilnya, PM Rajoy menjatuhkan ultimatum kepada pemimpin Catalonia itu selama lima hari untuk menyatakan sikap apakah mereka ingin lepas atau tidak dari Spanyol.
PM Rajoy mengatakan pemerintahnya telah meminta pemerintah daerah untuk mengklarifikasi apakah akan mengumumkan kemerdekaan atau tidak.
Dia menuduh Puigdemont telah menciptakan "kebingungan yang disengaja" dan mengatakan bahwa Madrid ingin "kepastian".
"Ada kebutuhan mendesak untuk mengakhiri situasi yang dialami Catalonia - mengembalikannya ke keamanan, ketenangan dan melakukannya secepat mungkin."
Berbicara di parlemen, PM Rajoy mengatakan, Spanyol menghadapi ancaman paling serius terhadap demokrasi negara itu yang berusia 40 tahun.
Dia menuduh separatis telah membuat "rencana antidemokrasi terhadap rakyat Catalonia".
PM Rajoy mengatakan, pemerintah Spanyol tidak memiliki pilihan selain memulihkan ketertiban.
"Semua ini gara-gara pemimpin Catalonia, sekarang mereka wajib mengembalikan semuanya kepada konstitusional," kata Rajoy kepada para anggota parlemen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement