8 Fakta Mengerikan di Balik Penyelundupan Organ Tubuh

Banyak penyelundup organ merasa bahwa penyelundupan organ adalah kejahatan tanpa korban. Simak ulasan berikut ini.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 20 Okt 2017, 22:00 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2017, 22:00 WIB
Jantung manusia
Jantung manusia yang akan ditransplantasi. (Sumber Massachusetts General Hospital/Bernhard Jank)

Liputan6.com, Jakarta - Mungkin kita pernah mendengar cerita tentang seseorang yang kencan di suatu kota yang asing baginya, tapi ia kemudian terbangun dalam bak mandi penuh berisi es dengan luka toreh di tubuhnya. Ternyata, ia sudah dibius lalu dicuri ginjalnya ketika sedang tidak sadar.

Kedengarannya jarang terjadi, tapi transplantasi organ secara ilegal cukup tersebar dan menghasilkan uang bagi para penyelundup organ. Para pelakunya juga jarang diseret untuk diadili.

Sementara para penerima organ kerap memandang penyelundupan organ menjadi harapan satu-satunya.

Banyak penyelundup organ merasa bahwa penyelundupan organ adalah kejahatan tanpa korban. Alasannya karena yang sakit menjadi sembuh, yang miskin mendapat uang, dan para calo mendapat uang jasa.

Orang awam melihat donor yang tak mau sebagai korban dan seringkali para penerima mendapat organ yang kurang memadai sehingga menimbulkan risiko kesehatan.

Maraknya kasus tersebut membuat beberapa negara menerbitkan kebijakan untuk mengurangi kekurangan pasokan organ. Pada 2015, salah satunya, Wales menerbitkan peraturan yang menerbitkan 'opt out'.

Artinya, semua warga menjadi donor organ kecuali kalau dia menyatakan tidak ikut serta. Dengan demikian, para dokter bisa mendapat organ yang diperlukan tanpa menunggu lama yang seringkali justru merusak organ yang diperlukan.

Lebih dari 24 negara telah menerbitkan peraturan yang serupa, sehingga secara umum ketersediaan organ donor 30 persen lebih tinggi daripada negara-negara dengan pendekatan 'opt in'.

Di Iran, sejak 30 tahun lalu, pemerintah membayari para pendonor ginjal dan menanggung biaya operasinya di luar negeri.

Karena biaya semakin meningkat, pemerintah mendirikan pusat-pusat donasi organ, bahkan dari orang-orang yang bukan sekerabat dengan pasien.

Pada pendonor mendapat pembayaran dan asuransi kesehatan gratis. Orang asing dilarang datang ke Iran untuk mendapatkan ginjal dalam negeri, kecuali orang asing sesama pengungsi. Para dokter dan calo dilarang mendapat pembayaran.

Berikut ini 8 fakta mengerikan tentang donor organ tubuh, yang diringkas dari listverse.com pada Jumat (20/10/2017):

1. Transplantasi Ilegal

Serba-serbi Transplantasi Hati

Menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 100 ribu transplantasi organ dilakukan setiap tahun di seluruh dunia.

Tapi, karena kebijakan beragam antar negara dan pandangan pribadi tentang hal ini, kemampuan untuk panen organ secepatnya perlu dalam jumlah 10 kali lebih besar daripada kebutuhan.

Setiap kali pasokan tidak memenuhi permintaan, orang mencari cara ilegal. Karena angkanya jauh berbeda, WHO menduga 5 hingga 10 persen transplantasi organ seluruh dunia dilakukan secara ilegal.

Ginjal adalah yang paling banyak dicari – sekitar 75 persen dari tindakan.

2. Bernilai Besar

Ilustrasi Tindak Kejahatan dengan Menggunakan Senjata Api (iStockphoto)​

Sebagaimana halnya dalam pasar-pasar gelap, orang tidak sungkan membayar lebih mahal untuk transplantasi yang dilakukan secara ilegal, walaupun dengan risiko amat tinggi.

Alasannya, mereka amat membutuhkan dan benar-benar bisa mati jika terus menunggu antrean mendapatkan donor. Keadaan ini lah yang memungkinkan para penjual meminta pembayaran amat tinggi.

Keuntungan pasar gelap organ manusia berkisar antara US$ 600 juta hingga US$ 1,2 miliar.

Orang yang menjadi 'lumbung' organ cenderung berasal dari daerah-daerah miskin, misalnya kawasan miskin di sekitar Manila. Mereka cukup senang meski dibayar tak sampai US$ 5 ribu.

Setelah mengepul organ, para calo menjual kepada pembeli kaya di Amerika Serikat atau Jepang dengan harga rata-rata US$ 200 ribu per organ. Tentu saja untung yang mereka dapatkan tak sedikit.

3. 'Hukum' Pasokan dan Permintaan

Ilustrasi Gagal Ginjal (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Tak semua organ nilainya sama.

Harga sebuah organ bergantung kepada kerentanannya terhadap kegagalan, kemudahan untuk diambil dan ditransplantasi, dan apakah orang tetap hidup setelah memberikannya.

Yang paling banyak adalah ginjal. Organ itu gampang rusak karena gaya hidup, tapi juga gampang didapat karena orang masih bisa hidup dengan satu ginjal tersisa. Harganya sekitar US$ 150 ribu.

Harga hati juga serupa, walaupun permintaannya lebih sedikit. Hanya sebagian kecil hati yang diambil, dan kedua pihak --pendonor serta penerima -- sama-sama akan meregenerasi hati dalam 8 minggu.

Tulang dan ligamen umumnya berharga US$ 5 ribu dan kornea segar sekitar US$ 20 ribu.

Tak mengagetkan bahwa yang paling mahal adalah paru-paru dan jantung. Keduanya dibanderol seharga US$ 300 ribu dan US$ 500 ribu.

4. Orang Miskin Jadi Mangsa Empuk

Salah satu gang yang berada di kawasan Villa 31, Buenos Aires, Argentina (25/4). Wilayah ini terkenal sebagai kampung kumuh tertua, sekaligus simbol kemiskinan di Argentina. (AFP PHOTO/Eitan Abramovich)

Uang US$ 5 ribu mungkin tidak banyak untuk sebuah organ, tapi jumlah itu sangat besar bagi beberapa orang.

Tidak heran kalau para penyelundup mengincar mangsa-mangsa paling rentan dalam masyarakat, yaitu yang gampang dibujuk atau bahkan dicuri darinya.

Korban-korban yang lebih miskin dan rentan ini tidak memiliki kemampuan atau bantuan pemerintah untuk memastikan transaksi berlangsung adil.

Pada 2012, seorang wanita Spanyol yang tak disebut namanya mengiklankan ginjal setelah bicara dengan seorang dokter di Maroko. Tapi kemudian diganti dengan penawaran sebelah paru-paru, sebagian hati, dan dua kornea mata.

Walaupun dapat diancam 12 tahun penjara jika tertangkap, wanita Spanyol itu sangat memerlukan uang untuk membiayai putrinya. Ia merasa tunjangan pemerintah tidak cukup untuk sewa rumah yang dimiliki oleh mantan kekasih pelaku KDRT.

5. Kebutuhan Ilmu Hitam

Ilustrasi dukun Kenya tahun 1950-an. (Sumber Wikimedia Commons/University of Southern California. Libraries)

Pada 2013, salah satu rumah sakit terbesar di Swaziland terjerumus dalam masalah besar. Beberapa pegawai Raleigh Fitkin Memorial Hospital dituduh menjalankan pasar gelap organ untuk para pembeli dari negara-negara tetangga.

Ternyata, kebutuhan organ yang meningkat itu terjadi untuk memenuhi praktik muti, yaitu sejenis perdukunan tradisional di sub-Sahara.

Muti paling ampuh jika memakai bagian tubuh yang baru dilepas. Oleh sebab itu sering terjadi pembunuhan untuk mendapatkan organ, dan kasusnya tak pernah dilaporkan ke pihak berwenang.

Karena pembunuhan beruntun lebih menarik perhatian, para pegawai rumah sakit diduga panen organ-organ dari para pasien yang baru meninggal dan menjualnya untuk dijadikan krim, ramuan, dan bedak.

Permintaan bagian tubuh yang segar di kawasan itu juga menyebabkan peningkatan penjarahan makam. Jasad yang baru meninggal kerap dicuri bagian mata, tangan, dan kelaminnya.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: 

6. Penyelundupan Anak

Ilustrasi Foto Penculikan Anak (iStockphoto)

Kenyataannya, transplantasi organ bukan hanya berurusan dengan orang-orang yang bersedia menyumbangkan organ. Padahal organ itu sendiri harus berjodoh.

Donor yang cocok bukan hanya karena kesamaan golongan darah, tapi juga kemiripan usia dan ukuran tubuh. Demi persyaratan ini, anak-anak kerap menjadi korban perdagangan gelap organ manusia.

Penyelundupan anak terjadi di seluruh dunia, tapi situasi di Mozambique mungkin menjadi yang paling buruk dan terkenal.

Di Kota Nampula, para biarawati dari Sisters Servants of Mary Immaculate, mengaku melihat secara langsung dampak mengerikan penyelundupan anak selama menjalankan rumah yatim piatu selama lebih dari 30 tahun.

Menurut pengakuan para korban yang melarikan diri dan bukti foto, biarawati-biarawati itu mengaku menyaksikan upaya penculikan berkali-kali di wisma.

Mereka juga menangani beberapa korban perampokan organ, beberapa di antaranya kemudian meninggal.

Para biarawati juga menerima ancaman pembunuhan dari para penyelundup. Lebih parah lagi, warga lokal mengaku bahwa kepolisian pun ikut terlibat dan berusaha menutup-nutupinya.

7. Lingkar Kecil Kekerabatan

Ilustrasi operasi bedah (wikipedia)

Tidak semua penyelundupan orang melibatkan para pelaku internasional yang bertugas menculik target. Kalangan kerabat dekat juga patut diwaspadai sebagai 'dalang' pengambilan organ tanpa izin.

Karena sifatnya dalam lingkar kecil kekerabatan, kasus-kasusnya lebih sukar ditemui. Sebab umumnya tak ada laporan.

Satu contoh yang mengejutkan terungkap pada kasus Ruben Navarro.

Pada Januari 2006, Ruben yang masih berusia 25 tahun dibawa ke Sierra Vista Regional Medical Center in California. Ia didiagnosis mengalami gangguan syaraf yang dikenal sebagai adrenoleukodystrophy, yang menyebabkan keadaan mental serta fisiknya merosot.

Pada 29 Januari 2009, ia hilang kesadaran total. Sang ibu yang bergantung pada tunjangan sosial kemudian diberitahu bahwa putranya mungkin tidak akan pulih.

Pada malam harinya, ia mendapat telepon yang meminta putranya didaftarkan sebagai donor organ. Mengetahui peluang hidup anaknya tipis, sang ibu pun dengan berat hati menyetujuinya.

Beberapa hari kemudian, dibuat lah keputusan untuk mencopot mesin pendukung kehidupan sang anak. Dr. Hootan C. Roozrokh yang merawat pasien diduga memerintahkan juru rawat mencekoki Ruben dengan beberapa obat bius ketika pasien tetap hidup tanpa ventilator.

Saat itulah, pelanggaran protokol perawatan kesehatan terjadi.

Tim transplantasi kemudian bersiap mengambil 'target' organ segarnya. Sementara pasien dicekoki morfin, obat anti-cemas, dan antiseptik, agar ia cepat mati.

Tapi Ruben baru mati 8 jam kemudian, sehingga organ-organnya malah tak bisa 'dipanen'.

Walapun diseret ke pengadilan, Dr. Roozrokh lolos dari jeratan hukum.

Dalam banyak kasus, jasad korban dikremasi sehingga sukar menentukan penyebab kematian.

8. Korban Kejahatan Perang jadi Target

Warga Somalia mengungsi akibat kekeringan yang melanda kawasannya di daerah Tabelaha di pinggiran Mogadishu, Somalia (30/3). Dalam 25 tahun terakhir negara tersebut telah menghadapi bencana kelaparan ketiga. (AP Photo/Farah Abdi Warsameh)

Para penyelundup organ biasanya membidik yang termiskin dan paling rentan dalam masyarakat. Alasannya karena para korban mau dibayar murah dan polisi jarang mengetahui atau mau menangani.

Tapi ada situasi ketika begitu banyak orang miskin dan rentan sekarat dalam jumlah besar sehingga kejahatan penyelundupan orang mudah tertutupi. Misalnya dalam keadaan perang atau krisis pengungsi.

Pada 2015, ada 9 mayat anak warga Somalia ditemukan di pantai Mesir. Sekilas, mereka seperti para pengungsi yang tenggelam di lau, tapi luka di tubuh jelas menunjukkan bahwa organ mereka telah dicuri.

Setelah tsunami 2004, ada suatu kawasan kumuh India yang kemudian dikenal sebagai "Kidneyville" yang berarti "Kampung Ginjal." Para dokter menolak memberi perawatan tanpa imbalan organ sehat.

Contoh lainnya adalah yang dilakukan oleh Pasukan Pembebasan Kosovo yang diduga mencuri organ-organ dari lawannya, tentara Serbia, di akhir Perang Kosovo.

Setelah para jurnalis membongkar tuduhan itu dan Uni Eropa melakukan investigasi, dibentuklah pengadilan untuk menangani kasus ketika tersangka "memaksa orang yang ada di bawah kuasa pihak lawan untuk mutilasi fisik atau eksperimen medis ataupun ilmiah dalam bentuk apapun yang tidak dibenarkan menurut perawatan medis, gigi, ataupu rumah sakit.”

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya