Fenomena Misterius Wanita Italia Berkeringat Darah, Ada Apa?

Dokter tak dapat menjelaskan kondisi keringat berdarah wanita ini. Apa sebenarnya yang ia alami?

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 24 Okt 2017, 12:30 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2017, 12:30 WIB
Wanita yang berkeringat darah. (Canadian Medical Association Journal)
Wanita yang berkeringat darah. (Canadian Medical Association Journal)

Liputan6.com, Roma - Ada yang aneh dengan wanita muda ini. Ia mengalami kelainan misterius yang menyebabkan dirinya berkeringat darah dari wajah dan tangan.

Kondisinya pun membuat para ahli bingung.

"Dokter awalnya bingung ketika melihat pasien asal Italia berusia 21 tahun yang secara spontan berdarah meski tidak mengalami lesi atau luka," lapor CBC News yang dikutip dari News.com.au, Selasa (24/11/2017).

Menurut studi di University of Florence yang diterbitkan di Canadian Medical Association Journal, pasien tersebut telah mengalami episode perdarahan acak selama tiga tahun.

"Saya dapat mengatakan dengan jelas, saya belum pernah melihat kasus seperti ini," ujar Dr Michelle Sholzberg selaku co-direktur program Perawatan Komprehensif Hemofilia di Rumah Sakit St Michael.

"Saya pernah melihat beberapa gangguan pendarahan terburuk, tapi belum pernah seperti yang satu ini: berkeringat darah."

Berdasarkan studi tersebut, sejauh ini belum ada pemicu yang jelas yang menyebabkan terjadinya pendarahan pada wanita itu.

Pasien mengalami episode berdarah saat berolahraga, begitu juga saat dia sedang tidur. Tapi dia dilaporkan mengalami pendarahan yang lebih parah saat stres.

Para ahli mengatakan bahwa darah akan keluar dari pori-pori pasien dalam kurun waktu satu sampai lima menit.

Pada akhirnya, dokter mendiagnosisnya dengan hematohidrosis, kelainan di mana seorang pasien mengeluarkan darah atau keringat melalui kulit atau pori yang tidak terluka.

"Saya pikir orang ini mengalami kelainan anatomis yang sangat aneh pada tingkat mikroskopis, yang mengakibatkan gejala sangat tak biasa itu," tutur Sholzerbg.

Menurut penelitian tersebut, wanita itu merasa malu karena mengalami kelainan itu sehingga membuatnya menjadi pribadi yang tertutup.

"Pasien kami telah terisolasi secara sosial karena merasa malu akibat pendarahan, dan dia melaporkan gejala yang konsisten dengan gangguan depresi dan panik," papar studi tersebut.

Hingga kini, profesional medis belum bisa menyembuhkannya. Kendati demikian, mereka memberi resep obat dengan nama beta blocker yang disebut proletarian atau proletar.

Pengobatan itu akan membantu meringankan gejala yang dialaminya.

Balita Menangis Darah

Pendarahan tak biasa yang membuat bingung dokter juga pernah terjadi di India. Kala itu seorang bocah mengeluarkan air mata darah saat menangis.

Kondisi balita itu membuat dokter di India bingung bukan kepalang.

Ahana Afzal, nama bocah berusia tiga tahun itu, mengalami kondisi tersebut sejak dua tahun lalu. Kala itu, dokter menvonisnya mengalami demam tinggi akibat pneumonia dan mengalami pendarahan dari hidung.

Sekarang, tak hanya menangis darah, Afzal juga mengeluarkan cairan merah dari mulut, telinga, dan matanya hampir setiap hari. Padahal, ia sama sekali tak terluka atau tergores.

Setelah darah berhenti mengalir, ia akan mengalami kelelahan karena migrain yang menyerang setelahnya.

Orangtuanya yang putus asa, Nazima Begum (28) dan Mohammed Afzal (33), telah menghabiskan lebih dari 1.000 pound sterling atau sekitar Rp 17 juta untuk memeriksakan buah hatinya.

Namun, hingga kini mereka tak juga mendapat diagnosis pasti terkait kondisi sang anak.

Petugas medis menduga bocah itu mengalami hematodrosis ultra yang langka, di mana penderitanya mengeluarkan darah seperti berkeringat.

Dr Sirisha Rani, seorang dokter anak di rumah sakit Rainbow Children Medicare, tempat Afzal dirawat sebelumnya juga menduga anak itu mengalami hematodrosis.

"Anakku bertanya, mengapa dia terus mengeluarkan darah dari telinga. Aku tak tahu bagaimana menjawab pertanyaan itu. Aku tak mengerti kondisinya," kata sang ibu, Begum dari Hyderabad, dari negara bagian Telaba, India selatan seperti dikutip dari Daily Mail, pada 6 Juli 2017.

"Yang saya tahu, setiap kali dia berdarah, kadar hemoglobinnya turun drastis dan kami harus melakukan transfusi darah ke tubuhnya," imbuh Begum.

Penghasilan orangtua Ahana Afzal hanya 70 pound sterling atau sekitar Rp 1,1 juta sebulan. Sejauh ini, mereka telah menghabiskan 1.700 pound sterling berkisar Rp 29 juta untuk tes kesehatan sang anak, dengan harapan mendapatkan diagnosis tepat sehingga bisa mengobatinya secara tuntas.

Ayah Afzal, Mohammed, merupakan seorang pelatih kebugaran. Ia mengatakan bahwa masalah putrinya dimulai saat dia mengalami pendarahan hidung--ketika pneumonia menyerangnya pada usia 1 tahun.

"Dokter mengatakan kepada kami bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan karena pendarahan mungkin terjadi karena demam tinggi. Tapi ketika frekuensi perdarahan meningkat, kami memutuskan untuk membawanya ke fasilitas medis yang lebih baik."

"Dunia kami seolah runtuh saat mengetahui bahwa sang buah hati kemungkinan menderita penyakit langka."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya