Liputan6.com, Washington, DC - Donald Trump memerintahkan agar informasi rahasia yang terkait pembunuhan Presiden Amerika Serikat John F Kennedy dibuka. Titahnya itu dilaksanakan. Sudah 2.800 dokumen yang bisa diakses publik. Namun informasi yang termuat di dalamnya belum bisa menjawab misteri terbesar soal insiden pada Jumat 22 November 1963: siapa gerangan pembunuh JFK?
Jawaban atas teka-teki itu mungkin ada dalam sekitar 300 dokumen lainnya yang masih disimpan rapat-rapat oleh FBI dan CIA. Data-data tersebut belum diungkap dengan alasan membahayakan keamanan negara.
Lee Harvey Oswald, yang jadi satu-satunya tersangka pembunuh Kennedy, tak lagi bisa dimintai keterangan. Ia tewas sebelum dibuktikan bersalah di pengadilan. Sementara, petugas polisi bernama J.D. Tippit, yang menurut teori konspirasi juga menjadi kolaborator, ditembak mati 45 menit setelah peluru menembus kepala Kennedy.
Advertisement
Baca Juga
Melihat latar belakang Oswald yang adalah pendukung Marxisme dan pernah melakukan kontak dengan agen mata-mata KGB, kecurigaan pun mengarah ke Uni Soviet.
Namun, dalam dokumen dari tahun 1966 disebutkan bahwa KGB mengerahkan agennya untuk mencoba mengungkap misteri terkait kematian John F Kennedy yang tak wajar.
Menurut informasi, sejumlah lingkaran dalam Partai Komunis Uni Soviet yakin, kematian tragis Kennedy faktanya adalah 'kudeta' yang diluncurkan sayap ultra-kanan, atau bahkan ada keterlibatan wakil presiden kala itu, Lyndon B. Johnson.
Moskow khawatir, kosongnya kepemimpinan membuat sejumlah jenderal 'nakal' nekat menembakkan rudal ke Uni Soviet.
Di sisi lain, salah satu dokumen juga mengungkap, Lee Harvey Oswald menulis surat kepada Kedubes Uni Soviet di Washington. Informasi tersebut disadap oleh FBI.
Setelah mengirim surat, Oswald mengunjungi Kedubes Uni Soviet di Mexico City, seminggu sebelum pembunuhan Kennedy. Ia bicara dengan seorang pejabat bernama Valeriy Vladimirovich Kostikov, yang merupakan agen KGB yang tergabung dalam 'Divisi Ke-13', yang dikenal untuk kegiatan sabotase dan pembunuhan terencana.
Sejumlah memo juga menguak bahwa Direktur FBI, J Edgar Hoover mengkhawatirkan hal lain. Telepon dan kunjungan ke Kedubes Uni Soviet yang dilakukan Oswald -- yang pernah tinggal satu dekade di Rusia dan istrinya asli Negeri Beruang Merah -- memang mengindikasikan bahwa pria itu adalah mata-mata Moskow atau melakukan tindakan subversif terhadap AS.
Namun, FBI juga melakukan investigasi, jangan-jangan Oswald sejatinya adalah agen CIA.
Hoover menggagalkan upaya pembentukan komisi, yang dibentuk presiden dan mendapat mandat penuh untuk menyelidiki kematian JFK. Ia khawatir akan dampaknya pada publik dan sebaliknya menyarankan agar laporan dibuat secara tertutup yang ditujukan pada pengganti Kennedy, Presiden Lyndon B. Johnson.
"Saya merasa, itu lebih baik karena ada beberapa aspek yang akan menyulitkan hubungan luar negeri kita," tulis Hoover dalam memo, seperti dikutip dari News.com.au, Sabtu (28/10/2017).
Direktur FBI itu tak mau, dugaan keterlibatan Uni Soviet dalam pembunuhan Kennedy akan menjerumuskan Amerika Serikat dalam kemelut level global.
Setelah insiden penembakan Oswald oleh Jack Ruby, Hoover mengerahkan agennya ke rumah sakit, berharap mendapatkan pengakuan tersangka di saat-saat terakhirnya. Namun, tak ada informasi yang didapat. Hal itulah yang membuat Hoover menulis, "Sekarang adalah saatnya untuk meyakinkan masyarakat bahwa Oswald adalah pembunuh sebenarnya."
Di sisi lain, pihak Uni Soviet khawatir bukan kepalang, jangan-jangan ada sejumlah pihak berkepentingan yang memanfaatkan pembunuhan Presiden John F Kennedy dan memainkan sentimen anti-komunis di AS.
Balas Dendam atau Kutukan?
Pengganti Kennedy, Lyndon Johnson ternyata juga punya teori sendiri soal siapa di balik pembunuhan Kennedy. Ia mengklaim, sang presiden dihabisi sebagai balas dendam atas pembunuhan seorang pemimpin Vietnam.
"Presiden Johnson beberapa kali mengatakan bahwa alasan Presiden Kennedy dihabisi adalah karena ia membunuh Presiden Diem," demikian penuturan Direktur CIA, Richard Helms pada 1975, seperti dikutip dari situs Politico.
Nama Presiden Diem mengacu pada Ngo Dinh Diem, Presiden Republik Vietnam yang tewas pada eksekusi 2 November 1963. AS mengetahui upaya kudeta terhadap Diem, namun tak melakukan apa pun.
Tak hanya Johnson yang berasumsi, sejumlah orang Vietnam yakin, John F Kennedy, yang terbunuh 20 hari, kemudian adalah korban balas dendam 'arwah' Diem. Menjadi korban kutukan.
Sejauh ini, pengungkapan 2.800 dokumen soal pembunuhan Kennedy belum memberikan titik terang, justru teori-teori konspirasi yang makin bersinar.
Data-data tersebut dianggap justru kian menyoroti soal dunia mata-mata, plot, khususnya tentang operasi CIA pada saat itu -- apalagi jika isi dokumen dilihat secara sepotong-sepotong.
Butuh waktu berbulan-bulan bagi para ilmuwan untuk menelaah dokumen-dokumen tersebut, demi mendapat gambaran yang lebih rinci tentang hari-hari menjelang insiden yang menggegerkan AS dan dunia itu.
Sementara itu, Presiden Donald Trump memberikan waktu pada CIA dan FBI hingga April 2018, untuk menunjukkan mengapa mereka tak mau merilis sekitar 300 dokumen yang masih dirahasiakan.
"Setelah melakukan konsultasi ketat dengan Jenderal Kelly (Kepala Staf Gedung Putih John F. Kelly), CIA, dan badan lainnya, saya akan merilis semua dokumen tentang JFK, selain nama dan alamat dari seseorang yang masih hidup," tulis Trump dalam akun Twitter-nya.
"Saya melakukan ini dengan alasan keterbukaan penuh, transparansi dan untuk menyingkirkan semua teori persekongkolan," kata Trump. Ia ingin teori konspirasi tentang pembunuhan John F Kennedy selesai.
Advertisement