Mengharukan, Ini Pesan Ibu kepada Anaknya Soal Kanker Payudara

Rebecca Pine, seorang penderita kanker payudara, merasa begitu emosional akan kehilangan payudara.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 01 Nov 2017, 06:27 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2017, 06:27 WIB
Rebecca Pine
Rebecca Pine, seorang penderita kanker payudara, merasa begitu emosional akan kehilangan payudara. (Sumber Miana Jun)

Liputan6.com, Long Island - Gail Pine adalah seorang wanita yang mengagumkan. Ia terlahir dengan spina bifida dan para dokter menjelaskan bahwa ia tidak akan bisa berjalan atau memiliki anak. Tapi ia menjalani keduanya.

Spina bifida adalah kelainan tabung saraf yang terjadi saat kelahiran. Kelainan ini mempengaruhi bayi karena tulang belakang tidak terbentuk dengan baik di sekeliling bagian tertentu dari saraf tulang belakang, menyebabkan tulang belakang menyembul pada beberapa titik tertentu.

Belakangan, ia mendapat diagnosa kanker payudara dan para dokter memperingatkan bahwa ia tidak punya banyak waktu. Ia mengalahkan penyakit itu dan terus hidup 12 tahun sesudah diagnosa, cukup waktu untuk bertemu dengan dua cucunya.

Pada usia 58, karena komplikasi penyakit ginjal dan semakin parahnya spina bifida, keadaan mulai suram. Ketika sedang menanti ajal di ranjang, ia meminta putrinya yang bernama Rebecca untuk berjanji serius.

Dikutip dari Today pada Selasa (31/10/2017), putrinya yang sekarang berusia 41 tahun mengatakan, "Ia meminta saya untuk menjalani bedah prophylactic untuk mengambil payudara saya yang tersisa dan indung telur."

Gail membawa mutasi gen BRCA dan selalu memperingatkan putrinya untuk menjalani screening dan ujian. Perhatian kepada putrinya membantu Rebecca mengetahui bahwa ia memiliki kanker payudara pada 2009, ketika masih berusia 33 tahun dan baru saja bertunangan.

Katanya, "Benar-benar mengejutkan…saya telah screening sejak dini dan lebih memperhatikan tubuh saya. Jika tidak demikian, saya kira saya akan mendapat diagnosa lebih awal."

Waktu itu, Pine menjalani mastektomi sebagian dan dilanjutkan dengan bedah rekonstruktif payudara. Ketika para dokter menganjurkan mastektomi penuh dan pengangkatan indung telur untuk mencegah kanker, ia menolak karena masih berharap memiliki anak lagi dengan suaminya.

Katanya, "Saya ingin memiliki kesempatan untuk menyusui putri saya."

Selama perawatan kanker dan mengupayakan mendapat anak sesudahnya, sang ibu memberikan penguatan kepada Rebecca.

Pine mengatakan, "Ia sudah melewati kanker payudara 12 tahun sebelum saya. Ia menjadi bagian besar dalam sistem dukungan."

Pada 2011, Pine melahirkan seorang putri yang diberi nama Nora. Ketika Nora berusia 5 bulan, Gail meninggal dunia pada usia 58.

 

Merasa Takut Tidak Utuh

Gail Pine, seorang penderita kanker payudara, rajin menasehati putrinya agar memeriksakan diri. (Sumber Rebecca Pine)

Pine menyetujui keinginan ibunya untuk menjalani bedah prophylactic, tapi ia ingin selama mungkin menyusui Nora. Pada 2013, ia mulai menyapih Nora dan bersiap melakukan bedah.

Pine mengakui, "Saya takut merasa kurang lengkap karena ada bagian tubuh yang hilang. Saya tidak menduga merasa begitu emosional akan kehilangan payudara saya."

Saat yang sama, ia mulai menulis blog tentang pengalamannya melalui "The Breast and the Sea". Nama blog itu berasal dari kekuatan yang ditemukannya dari samudra dekat rumahnya di Long Island, negara bagian New York.

Sebelum pembedahan, ia bertemu dengan juru foto Miana Jun, yang mengambil foto Pine masih berpayudara sedang menyusui sebelum ia dibedah. Melihat hasil fotonya membantu Pine memproses kejadian-kejadian yang berlangsung.

Katanya, "Saya merasa dikuatkan. Sungguh menyembuhkan."

Pine juga mencopot implan karena merasa benda itu tidak alamiah. Katanya, "Hasilnya tidak seperti payudara dan tidak terasa seperti payudara. Saya tidak merasa nyaman. Saya merasa telah lebih bisa menerima diri."

Setelah pembedahan, Pine dan Jun terpikir tentang caranya menggunakan lautan dan fotografi untuk membantu para wanita lain yang mengidap kanker payudara.

Pine memberikan lokakarya yang mengajak kaum wanita menggunakan tulisan, seni dan lautan sebagai cara menghadapi kanker, lalu Jun mengambil foto-foto mereka di lautan.

Katanya, "Kami benar-benar berkarya melakukan transformasi hal-hal terkait rasa tidak aman tentang tampilan kami dan bagaimana tubuh kami telah berubah. Laut mendukung kami dan kami mendukung satu sama lain."

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya