Presiden Moon Tolak Keberadaan Senjata Nuklir di Korea Selatan

Presiden Korsel Moon Jae-in telah berulang kali menolak gagasan agar negaranya memiliki senjata nuklir.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 01 Nov 2017, 14:05 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2017, 14:05 WIB
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in (Yonhap via AP)

Liputan6.com, Seoul - Presiden Moon Jae-in di hadapan anggota parlemen menegaskan bahwa Korea Selatan tidak akan berupaya memiliki senjata nuklir. Ia menambahkan bahwa Seoul juga tidak akan pernah menerima tetangganya, Korea Utara, sebagai negara yang memiliki senjata nuklir.

"Menurut kesepakatan bersama kedua Korea terkait denuklirisasi, keberadaan Korut sebagai negara bersenjata nuklir tidak dapat diterima atau ditoleransi. Kami juga tidak akan mengembangkan atau memiliki senjata nuklir," ujar Moon Jae-in dalam pidato kenegaraan keduanya di hadapan parlemen Korsel, seperti dikutip The Washington Post pada Rabu (1/11/2017).

Uji coba nuklir teranyar yang dilakukan Korut pada September lalu telah memicu perdebatan baru tentang senjata nuklir di Korsel. Sebenarnya, Korsel pernah berusaha mengejar kepemilikan atas senjata nuklirnya sendiri pada 1970-an, tepatnya pada masa kepresidenan Park Chung-hee. Namun, belakangan AS membujuk para pemimpin Korsel untuk meninggalkan ambisi tersebut.

AS menempatkan senjata nuklirnya di Korsel selama Perang Dingin hingga 1991, ketika Presiden George HW Bush menarik seluruh senjata nuklir taktis yang ditempatkan di luar negeri. Meski demikian, sampai saat ini Korsel tetap berada di bawah payung nuklir AS.

Pasca-uji coba nuklir terakhir Korut, sejumlah politikus Korsel menyarankan agar negara itu mempertimbangkan untuk kembali mengejar senjata nuklirnya sendiri. Sekelompok anggota parlemen dari partai oposisi Korsel bahkan sampai mendatangi Washington untuk meminta pemindahan senjata nuklir AS ke negara mereka.

Perdebatan juga muncul di tubuh Partai Demokrat yang merupakan asal Presiden Moon.

Sebelum terpilih, Donald Trump mengindikasikan bahwa ia terbuka terhadap kemungkinan negara-negara, seperti Korsel dan Jepang, memiliki senjata nuklir mereka sendiri untuk menghadapi ancaman Korut.

Kendati demikian, Moon bersikeras menentang senjata nuklir di negaranya dan ia berulang kali mengatakan bahwa pihaknya tidak akan mempertimbangkan pemindahan senjata nuklir, mengingat kemungkinan akan meningkatkan ketegangan yang tidak perlu dengan Korut.

Dalam kunjungannya ke Korsel belum lama ini, Menhan AS James Mattis dan mitranya, Menhan Korsel Song Young-moo, menolak gagasan pemindahan senjata nuklir.

"Ketika mempertimbangkan kepentingan nasional, jauh lebih baik untuk tidak memindahkannya," kata Song.

Sementara Menhan Mattis menyatakan bahwa aset strategis AS telah menyediakan pencegahan yang diperlukan.

Meski Moon tegas menentang keberadaan senjata nuklir, jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa mayoritas warga Korsel mendukungnya.

Demikian pula dengan jajak pendapat yang dilakukan Gallup Korea pada September lalu. Survei menemukan bahwa 60 persen warga Korsel menginginkan senjata nuklir bagi negara mereka.

Saat berpidato di hadapan parlemen, Moon juga menuturkan bahwa terdapat pilihan lain yang lebih untuk menyelesaikan krisis Korut dibanding opsi militer. "Sanksi dan tekanan adalah sarana untuk menggiring Korut ke meja perundingan dan membuat pilihan yang tepat".

"Tidak akan pernah ada konflik militer di Semenanjung Korea atau operasi militer tanpa persetujuan pemerintah Korsel," tegas Moon.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya