Mundur dari TPP, AS Incar Kerja Sama Bilateral Ekonomi di Kawasan

Meski telah mundur dari TPP, Trump memiliki strategi lain untuk tetap mempertahankan presensi ekonomi AS di kawasan Asia - Pasifik.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 01 Nov 2017, 17:06 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2017, 17:06 WIB
Trump Pimpin Upacara Peringatan Tragedi 11 September
Presiden AS Donald Trump dan Ibu Negara, Melania Trump mengheningkan cipta untuk korban serangan 11 September 2001 dalam acara peringatan di Pentagon, Senin (11/9). Trump untuk pertama kalinya sebagai Presiden memimpin peringatan 9/11. (AP/Evan Vucci)

Liputan6.com, Washington DC - Pada 23 Januari 2017, Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang baru beberapa pekan menjabat, menarik keanggotaan AS dari kerjasama ekonomi multilateral lintas Pasifik (Trans Pacific Partnership).

Meski dinilai mengecewakan, langkah itu telah lama diprediksi oleh berbagai pihak, sejak dirinya masih berkampanye pada Pilpres AS 2016.

Selama kampanye, Trump mencerca berbagai kesepakatan perdagangan internasional -- salah satunya TPP -- yang ia nilai justru merugikan perekonomian domestik AS di berbagai sektor.

Penarikan diri AS dari TPP dianggap mengecewakan. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe -- yang negaranya merupakan anggota -- mengatakan, "Tanpa AS, TPP tak bermakna apa-apa."

Namun, hampir 11 bulan berlalu, meski menarik diri dari TPP, Presiden Trump justru nampak memiliki strategi lain untuk tetap mempertahankan presensi ekonomi AS di kawasan Pasifik.

Strategi yang diambil Trump adalah menggencarkan hubungan bilateral ekonomi AS dengan beberapa negara anggota TPP secara terpisah. Langkah strategi itu tergambar dalam rencana lawatan sang presiden AS ke Asia-Pasifik pada 3 - 14 November 2017 nanti.

Pada kunjungannya nanti, Trump -- secara berurutan -- akan menyambangi Hawaii, Jepang, Korea Selatan, China, Vietnam, dan Filipina. Ia juga akan berpartisipasi dalam konferensi Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Da Nang dan KTT- ASEAN di Manila.

Menurut keterangan resmi dari pejabat senior Gedung Putih, selama lawatannya ke Asia - Pasifik, Trump akan intens membahas kerja sama ekonomi dengan beberapa negara anggota TPP, yakni Jepang dan Vietnam.

"Di Jepang, Trump akan bertemu dengan Perdana Menteri Shinzo Abe guna membahas tentang aliansi politik-ekonomi AS-Jepang serta kerja sama kedua negara dalam mempromosikan kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," jelas keterangan resmi dari pejabat senior Gedung Putih yang diterima Liputan6.com via e-mail, Rabu (1/11/2017).

Pejabat Gedung Putih itu melanjutkan, "Jepang merupakan salah satu mitra dagang utama kami. Presiden telah mendemonstrasikan komitmen itu dengan membentuk US - Japan Economic Dialogue serta kemitraan ekonomi kedua negara."

Selama di Negeri Sakura, Trump mungkin akan mendorong Jepang untuk menanamkan modal investasi pengembangan proyek infrastruktur AS.

Terkait pembahasan ekonomi dengan Vietnam, si pejabat senior Gedung Putih itu membeberkan bahwa Presiden Trump berencana untuk, "Menghapus hambatan perdagangan yang tidak adil. Kami juga akan mencari cara untuk meningkatkan dialog ekonomi AS - Vietnam.

"Kami pikir Vietnam adalah mitra yang sangat baik di kawasan dan bahwa ada banyak kesempatan bagi kami untuk terlibat dalam menemukan cara untuk bekerja sama secara bilateral dan regional untuk mendorong pertumbuhan di seluruh wilayah ini."

Sejatinya, sejumlah proyek kerja sama ekonomi yang direncanakan Presiden Trump dalam lawatannya ke Jepang dan Vietnam -- yang termasuk rangkaian kunjungan ke Asia Pasifik -- dapat dibahas melalui mekanisme TPP.

Namun, pejabat senior Gedung Putih mengatakan, "TPP menetapkan sejumlah standar pencapaian tertentu di kawasan. Namun dalam perkembangannya, pencapaian itu sulit untuk dicapai."

"Kenyataannya, ada prospek yang lebih besar dan standar lebih tinggi yang dapat dicapai melalui keterlibatan bilateral."

Terkait kekosongan kawasan Asia - Pasifik di kawasan usai AS menarik diri dari TPP, sang pejabat senior Gedung Putih itu mengatakan, "Saya pikir kami terus mendiskusikan semua area yang ada di negara-negara ini. Jadi kami pasti akan tetap terlibat dalam ruang itu."

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya