Liputan6.com, San Jose - Sekitar 2000 tahun lalu, jasad seorang anak perempuan berusia lima tahun diproses menjadi mumi dan dimakamkan di Mesir.
Banyak organ dalam tubuhnya yang dikeluarkan, lalu jasad itu dibungkus dengan kain linen halus. Ia pun dirias dengan anting, kalung, dan gelang.
Sekarang, dengan adanya teknik baru yang memadukan pemindaian 3D berwarna dengan pemindaian CT, kita bisa melihat menembus ke dalam balutan kain pembungkus yang memungkinkan mempelajari mumi secara terperinci.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari Live Science pada Jumat (3/11/2017), teknik baru tersebut membantu menceritakan tentang anak perempuan tersebut.
Para peneliti berpendapat bahwa teknologi tersebut akan memiliki beragam aplikasi dalam arkeologi, biologi, geologi, paleontologi, dan manufaktur.
Mengintip Bagian Dalam Mumi
Pada 2005, para ilmuwan sudah pernah mengintip menembus pembungkus mumi menggunakan pemindaian CT.
Baru-baru ini, mereka menambahkan pencitraan tersebut dengan pemindai genggam 3D keluaran Artec Eva sehingga bisa mengambil citra bagian-bagian mumi tanpa perlu menyentuh mumi itu sendiri.
Memang benar, pemindaian CT lebih baik dalam menembus di bawah permukaan pembungkus mumi, tapi pemindai genggam 3D melakukan pemindaian secara berwarna dan menangkap perincian yang tidak terdeteksi oleh pemindai CT.
Dua cara pemindaian itu kemudian dikombinasikan menjadi suatu model 3D tunggal dengan menggunakan perangkat lunak buatan Volume Graphics.
Model yang dihasilkan memungkinkan para pengunjung Rosicrucian Egyptian Museum di San Jose, California, untuk melihat perincian luar biasa mumi tersebut hanya dengan menggunakan iPad.
Julie Scott, direktur di museum tersebut, mengatakan, "Pengunjung akan bisa menggerakan iPad di atas peti mumi untuk melihat pemindaian yang berkaitan."
Menurut Scott, "Harapan kami adalah agar teknologi baru ini memberi inspirasi para tamu untuk terlibat secara mendalam dengan si anak mungil yang hidup ribuan tahun lalu."
Nama sebenarnya anak itu tidak diketahui, tapi para ilmuwan masa kini memanggilnya "Sherit", suatu kata dalam bahasa Mesir Kuno yang berarti "Si Mungil."
Sherit diduga meninggal dunia karena disentri. Ia diduga hidup ketika Kekaisaran Romawi berkuasa atas Mesir. Si Mungil juga menjadi orang atau artefak pertama yang dianalisa dengan teknik baru ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement
Bukan Hanya Mumi
Teknik baru ini akan mempunya banyak aplikasi, demikian menurut para peneliti.
Teknik itu "memungkinkan representasi yang lebih seperti hidup dan akurat tentang semua benda sehingga memperbaiki pengertian kita tentang benda-benda yang dipindai," demikian menurut Christof Reinhart, CEO di Volume Graphics, kepada Live Science.
"Bayangkanlah bagaimana fungsi ini bisa dimanfaatkan. Aplikasi yang jelas dalam ilmu pengetahuan adalah dalam bidang arkeologi, biologi, geologi atau paleontologi."
"Aplikasi untuk industri misalnya untuk penjaminan mutu, misalnya agar tampilan optikal di permukaan benda disandingkan dengan tampilan di dalam benda," demikian ditambahkan oleh Reinhart.