PBB: Yaman Terancam Alami Bencana Kelaparan Terbesar di Dunia

Jutaan warga Yaman terancam menderita kelaparan jika Arab Saudi bersikeras melanjutkan blokade darat, laut dan udara atas negara itu.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 09 Nov 2017, 12:05 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2017, 12:05 WIB
Ilustrasi Perang Yaman
Ilustrasi Perang Yaman (AP Photo/Hani Mohammed, File)

Liputan6.com, Sanaa - Yaman akan menghadapi bencana kelaparan terbesar di dunia jika pengiriman bantuan tidak dilanjutkan. Hal tersebut disampaikan Mark Lowcock, Wakil Sekjen PBB untuk Urusan Kemanusiaan.

Lowcock pun mendesak koalisi pimpinan Arab Saudi untuk mencabut blokade atas Yaman, negara yang tengah dilanda peperangan.

Pada hari Senin waktu setempat, koalisi pimpinan Saudi dilaporkan menutup rute darat, laut dan udara ke Yaman setelah sejumlah rudal ditembakkan ke Riyadh. Rudal tersebut berhasil dicegat Saudi.

Pihak Saudi mengatakan bahwa blokade atas Yaman diperlukan demi menghentikan Iran mengirimkan senjata ke pemberontak Houthi.

Di lain sisi, Teheran sendiri membantah mempersenjatai pemberontak yang telah berperang melawan koalisi pimpinan Saudi sejak tahun 2015.

"Saya telah mengatakan pada Dewan, kecuali kebijakan tersebut dicabut...Yaman akan dilanda kelaparan," kata Lowcock usai memberi penjelasan di hadapan Dewan Keamanan PBB seperti dikutip dari BBC pada Kamis (9/11/2017).

"Ini akan menjadi bencana kelaparan terbesar yang disaksikan dunia dalam beberapa dekade terakhir dengan korban menyentuh angka jutaan," imbuhnya.

Bergantung Kepada Bantuan

Awal pekan ini, PBB dan Palang Merah telah memperingatkan bahwa "bencana" mengancam jutaan rakyat Yaman yang sangat bergantung pada kiriman bantuan.

Palang Merah menegaskan bahwa pengiriman tablet klorin penting untuk memerangi epidemi kolera yang telah memengaruhi lebih dari 900 ribu jiwa. Adapun PBB menyebutkan bahwa jumlah warga Yaman yang berada di ambang kelaparan mencapai tujuh juta orang.

Yaman sangat bergantung dengan impor hampir pada semua kebutuhan. Namun, situasi konflik membuat pasokan makanan, bahan bakar atau obat-obatan tak dapat masuk.

Lebih dari 8.670 orang --60 persen di antaranya warga sipil-- terbunuh dan 49.960 lainnya terluka akibat serangan udara dan pertempuran di darat sejak koalisi pimpinan Saudi mengintervensi perang di negara tersebut pada Maret 2015.

Perang Yaman terjadi antara dua pihak yang masing-masing mengklaim sebagai pemerintah yang sah. Pihak pertama mendukung pemerintahan Abd Rabbuh Mansur Hadi dan berbasis di Aden, inilah kubu yang didukung sekutu pimpinan Saudi.

Sementara itu, pihak kedua adalah kelompok Houthi yang disokong mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh dengan dibantu sekutunya, Iran.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya