Liputan6.com, Manila - Presiden Indonesia Joko Widodo berharap kemitraan strategis ASEAN dan Amerika Serikat dapat lebih memberikan kontribusi bagi perdamaian dan kesejahteraan dunia.
Apalagi mengingat kemitraan strategis ASEAN dan AS meliputi sejumlah bidang, mulai dari politik, keamanan, hingga perekonomian.
Harapan tersebut disampaikan Presiden Jokowi saat menghadiri KTT Peringatan 40 Tahun Kerja Sama Kemitraan ASEAN-AS, yang digelar Senin, 13 November 2017, di Philippine International Convention Center (PICC), Manila, Filipina.
Advertisement
Baca Juga
"Bagi ASEAN, Amerika Serikat merupakan salah satu mitra penting kita. Saya yakin Amerika Serikat juga memandang penting ASEAN, baik dengan alasan politik, keamanan, maupun dalam kaitan dengan kerja sama ekonomi," ujar Presiden Jokowi seperti dikutip dari rilis Sekretariat Kepresidenan yang diterima Liputan6.com pada Senin (13/11/2017).
Lebih lanjut, menurut Presiden Jokowi, ASEAN juga memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan dengan kawasan lain. Dengan penduduk sekitar 640 juta jiwa, kawasan yang cukup stabil, dan pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas pertumbuhan ekonomi dunia, maka ASEAN akan dapat menjadi mitra strategis AS.
"Saya yakin Presiden Donald Trump akan melihat kerja sama ekonomi dalam konteks yang lebih luas dengan hasil win-win cooperation," ungkap Presiden.
Jokowi: ASEAN dan Myanmar Tak Boleh Diam atas Krisis Rohingya
Di hadapan para pemimpin ASEAN dan beberapa negara mitra, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyinggung krisis kemanusiaan Rohingya sebagai salah satu topik bahasan pidatonya.
Pidato yang disampaikan Presiden Jokowi merupakan bagian dari rangkaian Pleno KTT ASEAN ke-31 yang diselenggarakan di Manila, Filipina, pada Senin, 13 November 2017.
"Kita semua sangat prihatin dengan krisis kemanusiaan di Rakhine State dan juga paham akan kompleksitas masalah di Rakhine State. Namun, kita juga tidak dapat berdiam diri," ujar Presiden Jokowi seperti yang dikutip dari rilis resmi Istana Negara, Senin, 13 November 2017.
"Krisis kemanusiaan itu tidak saja menjadi perhatian negara-negara anggota ASEAN, tapi juga dunia," katanya.
Jokowi melanjutkan, untuk mengatasi krisis kemanusiaan tersebut, harus ada kepercayaan dan solidaritas di antara negara-negara anggota ASEAN.
Pembiaran krisis Rohingya akan berdampak pada keamanan dan stabilitas kawasan, termasuk munculnya radikalisme dan perdagangan manusia.
"Kita harus bergerak bersama. Myanmar dan ASEAN tidak boleh tinggal diam," tutur Presiden ke-7 RI tersebut.
Advertisement