Militer Zimbabwe Tangkap Menkeu, Dugaan Kudeta Menguat

Militer Zimbabwe dilaporkan menangkap Menteri Keuangan Ignatius Chombo. Kabar itu menambah kencang dugaan kudeta yang terjadi di sana

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 15 Nov 2017, 18:08 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2017, 18:08 WIB
Menteri Keuangan Zimbabwe Ignatius Chombo (AFP)
Menteri Keuangan Zimbabwe Ignatius Chombo (AFP)

Liputan6.com, Harare - Militer Zimbabwe dilaporkan telah menangkap Menteri Keuangan Ignatius Chombo. Peristiwa itu dilaporkan oleh sumber dari pemerintah Zimbabwe pada 15 November 2017.

Informasi ditangkapnya Menkeu Chombo muncul beberapa saat setelah kabar tentang dugaan militer Zimbabwe menangkap Presiden Robert Mugabe mencuat ke permukaan publik. Demikian seperti dikutip dari Independent, Rabu (15/11/2017).

Tentara dan kendaraan lapis baja memblokir jalan ke kantor pemerintah pusat, parlemen, dan pengadilan di Ibu Kota Harare pada 15 November 2017 waktu setempat. Papar seorang saksi kepada Reuters seperti dikutip dari Independent.

Peristiwa itu diduga oleh beberapa media asing sebagai langkah awal kudeta yang dilakukan oleh militer di Zimbabwe.

Meski begitu, militer mengaku bahwa pengerahan personel untuk menduduki gedung pemerintahan dan menangkap sejumlah pejabat merupakan upaya guna menangkap 'kriminal' yang dekat dengan Presiden Mugabe. Termasuk salah satunya, Menkeu Chombo.

"Kami hanya menargetkan penjahat yang dekat dengannya (Presiden Mugabe). Mereka melakukan kejahatan yang menyebabkan penderitaan sosial dan ekonomi di Zimbabwe. Kami menangkapnya untuk membawa mereka ke pengadilan," kata Mayjen SB Moyo, Kepala Staf Logistik Angkatan Bersenjata Zimbabwe.

"Setelah misi itu selesai, kami berharap situasinya akan kembali normal," tambahnya.

Menkeu Chombo merupakan kepala faksi 'G40' -- salah satu faksi unggulan dalam Partai Zanu-PF yang dipimpin oleh Grace Mugabe, istri Presiden Mugabe. Saat ini, Zanu-PF merupakan salah satu partai yang berkuasa di Zimbabwe.

Grace Mugabe juga diduga kuat tengah berusaha mendulang dukungan demi menjadi suksesor suaminya sebagai Presiden Zimbabwe.

Seperti dikutip dari Independent, operasi penangkapan tersebut didukung oleh kelompok oposisi, Movement for Democratic Change yang mengingingkan perdamaian dan demokrasi yang konstitusional di Zimbabwe.

Mereka juga berharap agar intervensi militer akan mengarah pada "pembentukan negara yang stabil, demokratis, dan progresif."

Berbagai pihak juga mendorong agar berbagai negara dapat melakukan intervensi ke Zimbabwe yang menurut mereka mengalami krisis ekonomi dan sosial selama di bawah kepemimpinan Presiden Mugabe.

Dugaan Kudeta di Zimbabwe

Seperti dikutip dari The Guardian, Presiden Robert Mugabe dan keluarganya telah menjadid tahanan militer di Zimbabwe selama 12 jam terakhir, setelah tentara mengumumkan di televisi nasional untuk mengambil alih negara itu untuk sementara.

Pengambilalihan itu juga dilakukan agar militer mampu menangkap sejumlah pejabat yang dekat dengan Mugabe.

Langkah yang dilakukan oleh tentara, menurut The Guardian, merupakan upaya untuk menyelesaikan sengketa politik kekuasaan antara Presiden Mugabe dan istrinya, Grace dengan Wakil Presiden Mnangagwa.

Pekan lalu, Mnangagwa  sempat dilengserkan oleh Mugabe, sebuah langkah yang sengaja dilakukan oleh sang presiden agar sang istri, Grace mampu menjadi suksesornya. Usai dilengserkan, sang eks Wapres melarikan diri ke Afrika Selatan.

Namun, pada Rabu 15 November, Mnangagwa dilaporkan telah kembali ke Zimbabwe, bertepatan dengan mencuatnya kabar penangkapan Presiden Mugabe beserta pejabat yang dekat dengannya.

Pengambilalihan militer dilakukan dua hari setelah kepala angkatan bersenjata Zimbabwe -- yang didesak oleh perwira senior lain -- memperingatkan bahwa dirinya siap untuk "mengintervensi" guna mengakhiri kekacauan di partai Zanu-PF yang berkuasa di pemerintahan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya