Paus Fransiskus: Penolak Perubahan Iklim Itu Berjiwa Buruk

Paus mendesak para juru runding pada pertemuan COP23 di Bonn untuk mengambil tindakan bebas dari kepentingan khusus dan tekanan politik.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 17 Nov 2017, 17:32 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2017, 17:32 WIB
Imam Besar Al-Azhar Bertemu Paus Fransiskus di Vatikan
Pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus bertemu dengan Imam Besar Masjid Al-Azhar, Ahmed al-Tayeb di Vatikan, Selasa (7/11). Keduanya melakukan pertemuan secara pribadi dan tertutup di kantor Paus Fransiskus. (L'Osservatore Romano/Pool via AP)

Liputan6.com, Vatikan - Paus Fransiskus adalah salah satu sosok yang keras terhadap siapa pun yang menolak perubahan iklim. Namun, baru-baru ini, pemimpin umat Katolik terang-terangan menyebut mereka yang menolak percaya perubahan iklim memiliki jiwa buruk.

Paus, selama sambutan yang disampaikan kepada para perunding mengenai perundingan iklim di Jerman, menyebut perubahan iklim "salah satu fenomena paling mengkhawatirkan yang dihadapi umat manusia."

Dia menambahkan, upaya untuk memerangi perubahan iklim tertahan oleh orang-orang yang menyangkal ilmu pengetahuan, mereka yang tidak peduli atau pasrah terhadap isu itu hingga mereka yang berpikir bahwa hal itu dapat dipecahkan dengan solusi teknis.

"Kita harus menghindari jatuh ke dalam sikap buruk ini, yang tentu saja tidak membantu penelitian jujur dan dialog yang tulus dan produktif," kata Paus seperti dikutip dari Associated Press pada Jumat (17/11/2017).

"Jelas, mereka yang menolak perubahan iklim adalah mereka yang memiliki sikap dan jiwa yang buruk," lanjutnya.

Paus mendesak para juru runding pada pertemuan COP23 di Bonn untuk mengambil tindakan bebas dari kepentingan khusus dan tekanan politik atau ekonomi. Paus asal Argentina itu juga meminta adanya dialog jujur mengenai masa depan planet ini.

Negosiator di pertemuan COP23 Bonn sedang bekerja untuk mengimplementasikan Climate Change Paris 2015 yang bertujuan untuk membatasi emisi global.

Paus tidak menyebutkan nama negara mana pun. Namun, Presiden Trump sebelumnya mengumumkan bahwa Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan Paris.

Pada tahun 2016, Fransiskus mengatakan bahwa pemanasan global terjadi karena aktivitas manusia dan dia meminta bahan bakar fosil untuk secara bertahap dihapus tanpa penundaan.

 

'Surat Cinta' 192 Halaman Paus Fransiskus untuk Bumi

Pada Juni 2015, Paus Fransiskus membuat 'surat cinta' untuk melindungi Bumi. Dalam pesan tertulisnya itu, ia menuding keserakahan manusia sebagai penyebab pemanasan global dan perubahan iklim.

Dalam suratnya, Paus mendesak orang-orang kaya mengubah gaya hidup mereka untuk mencegah pengrusakan ekosistem.

Diberi judul Laudato Si (Be Praised), On the Care of Our Common Home, aims to inspire everyone - not just Roman Catholics - to protect the Earth. Atau berarti 'Laudato Si (Semoga Diberkati), Dalam Menjaga Rumah Kita Bersama', tujuannya adalah sebagai inspirasi bagi semua orang - dan bukan hanya umat Katolik - untuk melindungi Bumi.

'Surat cinta' setebal 192 halaman itu sebagian besar menuding kegiatan manusia sebagai penyebab pemanasan global.

"Kekerasan yang ada di dalam hati kita, yang dilukai oleh dosa, juga tercermin dalam gejala bukti-bukti kesakitan dalam tanah, air, udara, dan dalam semua bentuk kehidupan," tulis Paus seperti dikutip dari BBC.

Surat itu mendapat respons positif dari Sekjen PBB saat itu, Ban Ki-moon. Menurutnya, perubahan iklim merupakan isu moral yang membutuhkan dialog di semua kalangan masyarakat.

Namun, sebagian isinya dikritik sejumlah politikus Amerika Serikat beraliran konservatif, antara lain oleh dua mantan bakal calon presiden dari Partai Republik.

Jeb Bush -- yang ayah dan saudara laki-lakinya pernah menjadi presiden AS -- mengatakan dia tidak mendasarkan kebijakan ekonominya dari pemikiran uskup, kardinal atau paus.

Sementara Rick Santorum mempertanyakan kredibilitas Paus Fransiskus dalam ilmu iklim.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya