Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Luar Negeri RI mengatakan, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dijadwalkan akan bertolak ke kota Naypyitaw, Myanmar.
Kunjungan Menlu Retno ke ibu kota Myanmar tersebut dalam rangka pertemuan Asia-Europe Meeting atau ASEM yang akan berlangsung pada tanggal 20 hingga 21 November 2017.
"Pada tanggal tersebut, akan ada pertemuan para menteri dari Asia dan Eropa. Pertemuan ASEM akan berfokus pada kerja sama konektivitas dan people to people contact," ujar Hendra Halim, pejabat Direktorat Kerja Sama Intrakawasan Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri RI pada Jumat, (17/11/2017) di ruang Palapa Kemlu.
Advertisement
Baca Juga
"Akan ada beberapa isu yang dibahas. Seperti bidang politik serta keamanan," tambahnya.
Hendra mengatakan, pertemuan tersebut sangat penting. Pasalnya, ASEM adalah satu-satunya platform pertemuan antara negara-negara di Asia dan Eropa pada tingkat tinggi.
Selain politik dan keamanan, isu konektivitas juga akan dibahas. Ia menuturkan, pihak Indonesia akan menyampaikan konsep yang bisa dilakukan dalam konteks internasional maupaun ASEAN.
"Cakupan kerja sama ASEM begitu luas. Sebagai negara maritim, kita juga ingin promosikan rencana pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia," ujar Hendra.
Hendra menambahkan, isu mengenai terorisme juga akan diangkat dalam pertemuan tersebut.
Proyek Rumah Sakit Indonesia di Myanmar Akan Kelar Medio 2018
Sebelum bertolak ke Naypyitaw, Retno Marsudi dijadwalkan akan berangkat ke Rakhine pada tanggal 19 November 2017. Kunjungan Menlu Retno ke Myanmar dalam rangka pembangunan rumah sakit di wilayah Rakhine.
Kunjungan tersebut secara resmi disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir.
Proses perencanaan pembangunan rumah sakit sudah dibicarakan sejak April 2017. Pada tanggal 19 November mendatang, Menlu Retno akan melakukan peletakan batu pertama di atas tanah seluas 12 ribu meter per segi.
"Total biaya pembangunan rumah sakit memakan biaya sekitar US$ 1,8 juta," ujar Arrmanatha Nasir.
"Kami berharap rumah sakit tersebut akan selesai pada pertengahan tahun 2018," tambahnya.
Arrmanatha menegaskan, pembangunan rumah sakit dengan fasilitas lengkap itu didanai oleh pemerintah RI yang juga dibantu oleh lapisan masyarakat.
"Dari dana tersebut, ada bantuan Palang Merah, pihak swasta dan sumbangan masyarakat," ujar Arrmanatha.
"Nantinya, rumah sakit yang dibangun di wilayah Rakhine ini diperuntukkan kepada siapa saja. Tak memandang suku, ras dan agama," tambahnya.
Kementerian Luar Negeri pun menjelaskan, ketersediaan bahan bangunan akan diperoleh dari wilayah Myanmar. Sebut saja semen, besi, cat bahan-bahan lainnya.
Advertisement