Liputan6.com, Washington, DC - Seorang pakar astrofisika mengatakan bahwa perjalanan melintasi waktu (time travel) adalah sesuatu hal yang memungkinkan secara teoritis. Meski begitu, ada sejumlah hal krusial nan signifikan yang membatasi manusia untuk dapat melakukan time travel secara mumpuni.
Astrofisikawan Amerika Serikat Ethan Siegel berhipotesis, time travel dapat dilakukan, hanya jika perjalanan itu dilakukan untuk melintasi waktu menuju ke masa lalu. Demikian seperti dikutip dari Newsweek, Selasa (21/11/2017).
Siegel menyatakan bahwa perjalanan melintasi waktu menuju ke masa lalu -- dalam konteks Teori Relativitas Albert Einstein -- dapat dilakukan menggunakan konsep 'lubang cacing' (wormhole).
Advertisement
Baca Juga
Wormhole adalah sebuah portal atau struktur -- divisualisasikan sebagai terowongan dengan dua ujung dan arah yang berbeda -- yang terbentuk dari fluktuasi massa dan energi. Fluktuasi itu membentuk kutub positif dan negatif yang menciptakan ruang melengkung yang masing-masing sisinya berlawanan satu sama lain.
Sisi lengkungan itu, jika disatukan, akan membentuk portal atau struktur 'terowongan' wormhole.
Jika divisualisasikan menggunakan benda sehari-hari, ruang melengkung itu menyerupai kertas yang dilipat, mempertemukan kedua sisi yang semula berlawanan.
Kedua sisi itu seakan sebagai sebuah pintu penghubung antara dua ruangan yang berbeda, yakni 'masa kini' dan 'masa lalu'.
Dalam konteks Teori Relativitas Albert Einstein, wormhole yang efektif membutuhkan fluktuasi massa dan energi dalam jumlah besar serta harus dipertahankan secara konsisten. Tujuannya agar materi hingga bahkan manusia dapat melintasi lubang cacing tersebut, alias melakukan perjalanan waktu.
Namun, agar lubang cacing itu dapat dilintasi oleh manusia, dibutuhkan kalibrasi fluktuasi massa dan energi yang jauh lebih besar juga rumit.
Fluktuasi massa dan energi yang dibutuhkan adalah yang mengandung kutub positif serta negatif dengan kuantitas sebesar lubang hitam raksasa di angkasa luar (supermassive black hole).
Kalibrasi seperti itu memungkinkan wormhole yang terbentuk dapat dilintasi pulang-pergi oleh materi kompleks, semisal manusia.
Problematika Dilatasi Waktu
Jika hal sekompleks wormhole telah berhasil dibuat, langkah lain yang harus dilakukan agar dapat melakukan perjalanan waktu secara efektif adalah mengatasi masalah 'time dilation' atau dilatasi waktu.
"Perjalanan waktu membutuhkan kecepatan cahaya. Jika melakukan mobilitas dengan kecepatan cahaya, maka akan terjadi fenomena yang dikenal sebagai time dilation," kata Ethan Siegel.
"Jika sebuah materi bepergian menuju suatu tempat dengan kecapatan 40 tahun cahaya, maka ketika kembali ke posisi semula, lebih dari 80 tahun akan berlalu di titik sebelumnya. Jadi, dilatasi waktu itu tergantung seberapa cepat sebuah materi bergerak melintasi ruang angkasa," tambah Siegel.
Berarti secara teknis, rangkum Siegel, jika seseorang telah menciptakan lubang cacing tersebut pada 40 tahun yang lalu (terhitung pada tahun ini), maka perjalanan waktu ke masa lalu yang memungkinkan untuk dilakukan adalah kembali ke tahun 1970-an.
Skenario itu juga akhirnya menyelesaikan potensi permasalahan 'grandfather paradox' dari sebuah skenario time travel -- di mana seorang penjelajah waktu bisa kembali pada masa kakeknya hidup dan membunuhnya, sehingga menegasikan eksistensi si time traveler serta mekanisme perjalanan waktu itu sendiri.
"Bahkan jika lubang cacing itu dibuat sebelum orang tua si penjelajah waktu itu masih dalam rahim ibunya, tidak mungkin ia (si penjelajah waktu) akan tiba di ujung lubang cacing pada masa yang cukup awal untuk kembali dan menemukan kakeknya," papar Siegel.
Maka, berdasarkan hipotesis Siegel, perjalanan waktu ke masa lalu juga hanya dapat dilakukan dalam rentang periode yang terbatas pada beberapa tahun saja.
"Banyak hal yang tidak biasa menjadi mungkin di alam semesta kita. Namun, kembali ke masa lalu mungkin akan menjadi hal yang paling liar yang pernah manusia bayangkan."
Advertisement