Liputan6.com, Jenewa - Peperangan, kelaparan dan kekerasan ekstremis di seluruh dunia diprediksi akan terus meningkat hingga tahun 2018 mendatang. Sebuah lembaga think tank yang berbasis di Jenewa ramalkan hal tersebut lewat laporan terbarunya.
Dilansir dari laman Abcnews.go.com, Kamis (14/12/2017), laporan yang dikeluarkan oleh ACAPS -- sebuah lembaga nirlaba yang mendukung sektor kemanusiaan global terhadap 150 negara -- menyebut bahwa berdasarkan temuan mereka, tahun 2018 akan semakin suram.
Diduga akan terjadi krisis kemanusiaan pada tahun 2018.
Advertisement
Baca Juga
"Jika situasi 2017 terlihat tak begitu bagus, maka ramalan 2018 tak akan lebih baik. Kekerasan dan ketidakamanan cenderung memburuk di Afghanistan, Republik Demokratik Kongo, Libya, Ethiopia, Mali, Somalia dan Suriah pada 2018," ujar Direktur ACAPS, Lars Peter Nissen.
Laporan berjudul "Humanitarian Overview: An analysis of key crises into 2018," juga memprediksi ketahanan pangan akan menurun di Ethiopia, Nigeria, Somalia, Sudan Selatan dan Yaman.
Kelima negara tersebut diprediksi demikian karena memiliki kasus kelaparan yang tak berkesudahan.
Ramalan lain menyebut, pasokan air bersih, sanitasi dan diperburuknya kasus kolera juga akan berlanjut di beberapa negara lain seperti Kongo-Brazzaville, Republik Demokratik Kongo, Nigeria dan Yaman.
Prediksi lain juga menyebut, hilangnya tempat tinggal warga juga akan kian bertambah. Lagi-lagi, benua Afrika mendominasi. Beberapa negara tersebut meliputi Republik Afrika Tengah, Kongo-Brazzaville, Republik Demokratik Kongo, Irak, Mali dan Somalia.
Dari sisi politik, ACAPS juga memberi ramalan seputar agenda pemilihan umum yang berisiko konflik dan ketegangan juga akan terjadi.
Sebut saja ada beberapa negara yang akan melakukan pemilihan umum seperti Afghanistan, Irak, Libya, Sudan Selatan, dan Venezuela.
Negara-negara itu disebut rawan kekerasan pasca-pelaksanaan pemilu. Tentunya, hal ini akan mengarah kepada kestabilan negara.
Prediksi soal ISIS
Ada hal lain yang juga jadi sorotan ACAPS. Tahun 2017, permasalahan konflik sebuah negara yang mengakibatkan jumlah pengungsi yang ingin menyelamatkan diri juga dianggap kian terjadi.
Kelompok-kelompok teror masih akan merajalela melancarkan aksi bejatnya.
Misalnya ISIS, kelompok teror itu akan melakukan serangan improvisasi di seluruh Irak pada 2018, meski kelompok tersebut sudah kalah di Irak.
ISIS juga diprediksi akan memperkuat posisi kecilnya di wilayah Puntland di Somalia.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Advertisement