Liputan6.com, Teheran - Demonstrasi anti-pemerintah Iran semakin memanas. Memasuki hari kelima, pada Senin malam 1 Januari 2018, sejumlah peserta demo menyerang kantor polisi. Ini adalah unjuk rasa paling berani dalam menentang kepemimpinan negara itu semenjak kerusuhan yang pernah meletus pada 2009.
Video di media sosial menunjukkan bentrokan di pusat kota Qahderijan antara pasukan keamanan dan pemrotes yang mencoba menduduki kantor polisi. Sebagian bangunan itu telah terbakar.
Ada laporan yang belum dikonfirmasi tentang beberapa korban di antara para demonstran dalam insiden di Qahderijan.
Advertisement
Dikutip dari MSNnews pada Selasa (2/1/2018), di kota Kermanshah, peserta demo membakar sebuah pos polisi lalu lintas. Namun, menurut kantor berita Mehr, tak ada yang terluka dalam peristiwa itu.Â
Baca Juga
Unjuk rasa anti-pemerintah Iran telah memasuki hari kelima. Pada hari Minggu 31 Desember 2017 lalu, 13 orang dilaporkan tewas dalam gelombang protes terbesar sejak 2009 -- kala warga Iran memprotes terpilihnya kembali Presiden Mahmoud Ahmadinejad.
Para pengunjuk kali ini rasa memberikan tekanan paling keras bagi pemeritahan Iran yang dikuasai ulama semenjak Revolusi Islam tahun 1970.
Presiden Hassan Rouhani telah membuat pernyataan pada hari Minggu agar massa tenang.
"Warga Iran punya hak untuk mengkritik, namun jangan sampai menimbulkan keresahan seperti ini," kata Rouhani.
Di pusat kota Najafabad, seorang demonstran menembak polisi dengan senjata berburu. Peristiwa itu menewaskan satu orang dan melukai tiga lainnya, demikian dilaporkan televisi negara.
Sebelumnya, televisi pemerintah Iran itu juga melaporkan para demonstran yang dipersenjatai mencoba merebut kantor polisi dan markas militer.
"Namun, usaha itu digagalkan oleh aparat keamanan," lapor televisi milik pemerintah Iran itu. Meski demikian, tak ada rincian lebih lanjut dalam terkait itu. Juga, tak ada konfirmasi dari pihak independen.Â
Â
Tak Ada Toleransi
Menurut pejabat dan juga media sosial di Iran, ratusan orang ditahan. Sebuah video memperlihatkan polisi di Teheran menggunakan meriam air atau water cannon untuk menghalau peserta unjuk rasa. Rekaman itu diambil pada hari Minggu.
Awal muasal unjuk rasa terkait dengan kesulitan ekonomi dan korupsi pecah di kota kedua terbesar Iran, Mashhad pada Kamis 28 Desember 2017 lalu. Kemudian menyebar ke sejumlah kota, menuntut pemerintah yang didominiasi ulama itu untuk mundur.
Beberapa kemarahan demonstran ditujukan ke Ayatollah Ali Khamenei, memecahkan 'tabu' seputar pria yang telah menjadi pemimpin tertinggi Iran sejak 1989.
Video yang diposting di media sosial menunjukkan kerumunan orang di jalanan, beberapa meneriakkan "Kematian bagi diktator!"
Rekaman itu tidak bisa diverifikasi.
Kantor berita Fars melaporkan "banyak kerumunan yang tersebar" dari pemrotes di Teheran pada hari Senin dan mengatakan bahwa seorang pemimpin demonstran telah ditangkap.
"Pemerintah tidak akan menunjukkan toleransi bagi mereka yang merusak properti publik, melanggar ketertiban umum dan menciptakan keresahan di masyarakat," kata Rouhani dalam pidatonya pada hari Minggu.
Sebuah pernyataan yang tidak bisa diverifikasi beredar di media sosial mendesak warga Iran untuk terus berdemonstrasi di 50 kota.
Pemerintah mengatakan untuk sementara membatasi akses ke aplikasi komunikasi Instagram dan Telegram. Ada laporan bahwa akses mobile internet diblokir di beberapa daerah.
Advertisement