Liputan6.com, Jakarta - Generasi 1990-an pasti mengenal bahkan memiliki celengan berbentuk babi, kendil, atau ayam yang terbuat dari tanah liat. Namun, tahukah Anda asal-usul celengan (piggy bank)?
Rupanya, celengan babi berasal dari abad pertengahan. Orang-orang zaman itu menciptakan celengan untuk menyimpan uang, dan menamainya "pygg" atau "kendi babi", seperti dikutip dari The Vintage News, Rabu (17/1/2018).
Selama abad pertengahan, harga logam amat mahal sehingga orang-orang lebih suka menggunakan tanah liat untuk membuat gerabah, termasuk celengan babi.
Advertisement
Tanah liat merupakan bahan yang murah. Karena itulah, gerabah bisa dipadupadankan dengan bahan lain, seperti plester, plastik, dan kaca.
Celengan tertua di dunia berasal dari abad ke-2 sebelum Masehi (SM), ditemukan di Priene, Yunani, dan memiliki bentuk miniatur kuil Yunani kuno, dengan celah kecil di bagian pedimen (bagian berbentuk segitiga yang berada di bawah atap kuil Yunani).
Celengan tanah liat juga ditemukan di Pompeii, Herculaneum, Romawi Inggris, dan sepanjang Sungai Rhine.
Zaman Kerajaan Majapahit
Orang-orang Eropa Barat bukanlah satu-satunya yang mencoba menghemat uang dengan menyimpannya dalam sebuah benda.
Di Trowulan, Jawa Timur, Indonesia, sebuah celengan babi ditemukan dengan bahan dasar terakota. Benda itu memiliki sebuah lubang kecil di punggung bagian tengah. Diperkirakan, celengan ini berasal dari abad ke-14.
Istilah celengan dalam bahasa Jawa diambil dari kata "celeng" yang berarti babi hutan. Sebutan inilah yang kemudian digunakan untuk untuk menamai piggy bank.
Istilah lain yang memiliki makna serupa adalah "tabungan", yang berasal dari kata "tabung" atau "silinder".
Istilah ini muncul dari metode lain pembuatan kotak uang berbahan bambu yang diberi sedikit celah untuk memasukkan uang itu.
Di Inggris Raya, sebuah celengan babi berusia 650 tahun dijual seharga US$ 10Â ribu. Adapun di Indonesia, sebuah celengan babi kuno yang berasal dari Kerajaan Majapahit disimpan di Museum Nasional.
Celengan itu ditemukan dalam kondisi pecah berkeping-keping, lalu direkonstruksi oleh arkeolog.
Beragam bentuk celengan pun ditemukan pada era kejayaan kerajaan tersebut seperti tabung, kendi, dan kotak yang diberi celah untuk koin.
Advertisement
Lekang oleh Waktu...
Semakin berkembangnya waktu, celengan babi dianggap tak lagi mampu bertahan, karena seperti yang diketahui, sebagian besar celengan tanah liat itu perlu dipecahkan setelah terisi penuh.
Meski masih ada yang memanfaatkan celengan di era modern ini, bentuk celengan telah berubah.
Media alternatif penyimpanan uang tersebut kini dominan berbahan dasar plastik, kayu, aluminium, atau keramik.
Di tempat-tempat peribadatan, sebuah kotak penyimpanan uang biasanya disediakan.
Kotak itu dikunci menggunakan gembok khusus dan hanya dibuka secara berkala, setelah uang di dalamnya dihitung dan dicatat oleh pengurus rumah ibadah.