Mantan PM Inggris Sebut Afrika Selatan Harusnya Milik Kulit Putih

Konon, Perdana Menteri Margaret Thatcher berkeinginan agar Afrika Selatan khusus untuk masyarakat kulit putih.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 22 Jan 2018, 16:31 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2018, 16:31 WIB
Mantan Perdana Menteri Inggris, Margaret Thatcher
Mantan Perdana Menteri Inggris, Margaret Thatcher (Chris Collins of the Margaret Thatcher Foundation)

Liputan6.com, London - Perempuan perdana menteri pertama Inggris, Margaret Thatcher, pernah berkeyakinan bahwa Afrika Selatan (Afsel) seharusnya menjadi negara "khusus orang kulit putih".

Pendapat kontroversial tersebut terungkap dalam rangkuman buku harian milik mantan kepala Departemen Diplomasi Kerajaan Inggris, Sir Patrick Wright, yang dipublikasikan oleh Mail on Sunday beberapa waktu lalu.

Dilansir dari laman Independent, pada Senin (22/1/2018) Sir Patrick juga menyebut Margaret Thatcher "membenci" orang-orang Jerman dan berkeinginan "mendorong" manusia perahu asal Vietnam ke laut.

Dalam terbitan yang sama, Margaret Thatcher juga disebut merindukan masa-masa superioritas warga kulit putih sebelum penyatuan Afrika Selatan di tahun 1910 silam.

Di awal rangkuman buku harian tersebut, Sir Patrick menulis potongan pembicaraan saat ia diundang jamuan makan siang oleh Thatcher. "Dia membuka obrolan dengan melempar lembaran koran yang memuat berita tentang Oliver Tambo, cendekiawan Afsel kulit hitam penentang politik apartheid--di hadapan kami, dan bercerita panjang lebar tentang impian untuk kembali ke era sebelum 1910, dengan sebuah negara mini yang terpisah dari kawasan penduduk kulit hitam."

Ketika Sir Patrick mempertanyakan hal tersebut dan menyebut kekhawatiran kembalinya sistem apartheid, Thatcher langsung menghardik, "Tidakkah kamu memiliki perhatian terhadap kepentingan strategis kita?"

 

 

Margaret Thatcher Benci Isu Manusia Perahu Vietnam

Manusia Perahu Vietnam
Kamp Manusia Perahu Vietnam di Pulau Galang. (Liputan6.com/Ajang Nurdin)

Rangkuman buku harian Sir Patrick juga turut menyebut ketidaksukaan Thatcher terhadap pembahasan mengenai krisis manusia perahu Vietnam yang terjadi pada 1989 silam. Bahkan, Thatcher tanpa ragu kerap menunjukkan rasa muaknya ketika pembahasan mengenai hal itu mengemuka di sekitarnya.

Isu manusia perahu sendiri merupakan salah satu krisis kemanusiaan terparah di dunia. Akibat perang Vietnam yang berlarut-larut, sekitar 70.000 masyarakat Indocina memutuskan keluar dari Vietnam dengan menggunakan perahu kayu. Mereka mendarat di Hong Kong dan lima negara Asia Tenggara, temasuk salah satunya di Indonesia.

Media di Inggris pernah memergoki keberpihakan Thatcher pada seruan "mendorong" manusia perahu Vietnam ke laut dan menolak pendaratan mereka. Hal itu sempat menjadi pergunjingan luas di Inggris pada awal dekade 90-an, tapi berhasil diredam oleh sikap acuh Thatcher.

Disebutkan pula bahwa Thatcher termasuk seorang Germanophobia atau orang yang selalu merasa ketakutan akan eksistensi negara Jerman.

"Dia selalu berpikir bahwa orang-orang berbahasa Jerman akan mendominasi banyak hal," tulis Sir Patrick. “Segala pembicaraan tentang reunifikasi Jerman adalah kutukan baginya."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya