Liputan6.com, Seoul - Perempuan ini merupakan salah satu anggota girl band Korea Utara, pernah dikabarkan menjadi pacar pemimpin Korut Kim Jong-un, dan sempat diduga tewas ditembak oleh algojo rezim.
Ia adalah Hyon Song-wol, perempuan yang kerap jadi bahan spekulasi, namun kini muncul di hadapan puluhan kamera pers saat tiba di Seoul, Korea Selatan pada Minggu, 21 Januari 2018. Demikian seperti dikutip dari Telegraph (22/1/2018).
Hyon Song-wol, yang juga merupakan pentolan girl band populer Korea Utara Moranbong -- menurut kabar, personelnya dipilih langsung oleh Kim Jong-un -- hadir di Seoul untuk melakukan inspeksi menjelang seremoni pembukaan Olimpiade Musim Dingin di PyeongChang 2018 bulan depan.
Advertisement
Baca Juga
Tampil langsung via televisi Korea Selatan, Hyon hanya diam seribu bahasa saat dirinya melewati kerumunan reporter dan fotografer, sebelum akhirnya naik ke sebuah kereta cepat, untuk meninggalkan Seoul menuju Gangneung.
Kedua kota itu menjadi lokasi seremoni pembukaan PyeongChang 2018, di mana Hyon dan rombongan dari Korea Utara akan tampil mementaskan kesenian Korea.
Sebelumnya, penyanyi tersebut juga telah intens menjadi subyek perhatian media Korea Selatan, dimana ia turut menghadiri perundingan Utara - Selatan di Peace House, di Joint Security Area (JSA), Demilitarized Zone (DMZ), yakni area perbatasan kedua negara.
Lantas, siapakah Hyon Song-wol, perempuan yang penuh spekulasi dari Korea Utara itu?
Masa Lalu Hyon Song-wol
Hyon Song-wol, yang kini tampil sebagai quasi-diplomatic atau duta untuk Korea Utara, punya masa lalu yang penuh warna.
Dan, salah satu yang paling mencolok adalah kabar yang menyebut bahwa ia pernah menjadi salah satu mantan pacar Kim Jong-un.
Badan Intelijen Korea Selatan percaya bahwa Hyon dan Kim pernah merajut hubungan romantis sekitar tahun 2002, usai sang pemimpin Korut itu kembali ke tanah kelahirannya setelah menempuh pendidikan swasta elite di Swiss.
Namun, hubungan itu tak direstui oleh Kim Jong-il, ayah Kim Jong-un. Sang ayah memerintahkan anaknya untuk memutuskan hubungan dengan Hyon Song-wol.
Selepas itu, Hyon dikabarkan menikahi seorang perwira tentara Korea Utara dan dikaruniai seorang anak.
Sang pentolan girl band Korut itu kembali ke pusat perhatian pada awal tahun 2012, saat dikabarkan tampil di Pyongyang dalam acara perayaan Hari Perempuan Internasional -- di mana Kim Jong-un turut hadir dalam gelaran tersebut.
"Keduanya saling mengenal sejak remaja dan rumor tentang keduanya berselingkuh juga telah beredar di kalangan elite Pyongyang," kata seorang pejabat intelijen Korea Selatan kepada Harian JoongAn di Seoul saat itu.
Usai tampil dalam perhelatan itu, spekulasi soal Hyon Song-wol mendadak berubah drastis. Ia dilaporkan termasuk di antara 12 artis Korea Utara terkenal yang dieksekusi oleh regu tembak rezim.
Saat itu, surat kabar Korea Selatan Chosun Ilbo melaporkan bahwa Hyon Song-wol menjadi bagian dari kelompok yang ditangkap pada 17 Agustus 2013 karena tuduhan pelanggaran terhadap undang-undang anti-pornografi di Korea Utara.
Salah satu teori yang melatarbelakangi eksekusi Hyon Song-wol adalah karena rasa cemburu dari Ri Sol-ju -- istri Kim Jong-un -- yang tidak senang dengan publisitas sang pentolan girl band Moranbong itu.
Kantor berita KCNA yang dikelola pemerintah Korea Utara membantah teori tersebut dan mengklaimnya teori itu sebagai sebuah 'karya psikopat' dan 'maniak konfrontasi' dari Korea Selatan.
Kemudian, pada 2014, Hyon Song-wol mendadak kembali tampil di depan umum dengan mengenakan seragam dan lencana kolonel. Ia kemudian mengucapkan terima kasih kepada 'Kim Jong-un atas kepercayaan surgawi dan perawatannya yang hangat dalam mempromosikan seni'.
Pada bulan Oktober, Hyon kemudian terpilih sebagai anggota Komite Sentral Partai Pekerja Korea Utara yang berkuasa.
Advertisement
Berlaga di Olimpiade Korsel, Korea Utara Kirim 22 Atlet
Usai pertemuan antara Komite Internasional Olimpiade (IOC) di Lausanne, Swiss, Korea Utara dan Selatan menyepakati jumlah atlet yang akan dikirim oleh Korut untuk berlaga di Olimpiade Musim Dingin pada Feberuari mendatang.
Presiden IOC Thomas Bach mengumumkan, kedua negara akan long march bersama pada upacara pembukaan pada 9 Februari.
Menggambarkan kesepakatan tersebut sebagai "tonggak sejarah dalam perjalanan yang panjang", Bach juga mengonfirmasi Korea Utara dan Korea Selatan akan diizinkan untuk membuat tim hoki wanita bersatu di Olimpiade. Demikian seperti dikutip dari BBC pada Minggu 22 Januari 2018.
Untuk pertandingan hoki perempuan, di mana dua Korea bersatu, 12 pemain dan satu pejabat dari Korea Utara akan ditambahkan ke skuad Korea Selatan yang ada sebanyak 23 pemain.
Pelatih Korea Selatan akan bertanggung jawab, tapi setidaknya tiga pemain dari Korea Utara harus dipilih dalam tim.
Korea Utara juga diperbolehkan untuk berlaga menampilkan atlet skating dan ski.
Pasangan pemain skating dari Korea Utara, Ryom Tae-ok dan Kim Ju-sik diperbolehkan berlaga meski terlambat pada waktu pendaftaran.
Short track speed skating, Korea Utara diberikan dua tempat tambahan, memungkinkan Jong Kwang-Bom untuk bertanding di 1500m dan Choe Un-song untuk ambil bagian dalam 500m.
Cross-country skiing, dua atlet pria - Han Chun-gyong dan Pak Il-chol - akan berkompetisi di gaya bebas 15km, sementara satu atlet wanita Ri Yong-gum berada di gaya bebas 10km.
Alpine ski, tiga tempat telah diberikan - Choe Myong-gwang dan Kang Song-il bergabung dengan kompetisi pria dan Kim Ryon-hyang akan berkompetisi di acara wanita tersebut.
Kedua negara juga setuju untuk berkompetisi di bawah bendera unifikasi Korea Utara.
"Semangat Olimpiade adalah tentang rasa hormat, dialog dan pemahaman," kata Bach menambahkan setelah pengumuman di Lausanne, Swiss.
"Pertandingan Musim Dingin Olimpiade PyeongChang 2018 semoga membuka pintu menuju masa depan yang lebih cerah di Semenanjung Korea, dan mengundang dunia untuk bergabung dalam sebuah perayaan pengharapan," ucapnya lagi.
Delegasi Korea Utara yang beranggotakan ratusan orang akan pergi ke Korea Selatan melalui jalur darat -- delegasi Korut termasuk 230 pemandu sorak, 140 musisi orkestra, dan 30 atlet taekwondo.
Jika hal tersebut terjadi, maka itu menjadi pembukaan jalur lalu lintas perbatasan untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun.
Selain itu, Korea Utara juga telah sepakat untuk mengirim delegasi dengan jumlah anggota sebanyak 150 orang ke Paralimpiade pada Maret 2018.
Sebagai tuan rumah, Korea Selatan juga perlu menemukan cara agar tak melanggar sanksi Dewan PBB. Sanksi tersebut berupa melarang adanya pembayaran tunai ke pihak Korut dan adanya daftar hitam pejabat senior Korea Utara tertentu.