Liputan6.com, Washington DC - Suatu hari nanti, manusia disebut mampu hidup di dalam balon-balon yang mengapung di atmosfer planet Venus.
Dilansir dari laman Mirror.co.uk pada hari Selasa (23/1/2018), meski ramalan itu terdengar mustahil lantaran kondisi iklim yang kurang ramah bagi manusia, namun seorang pengusaha asal Belanda bernama Bans Lansdorp, yakin bisa mewujudkannya.
Advertisement
Baca Juga
"Mars tidak akan menjadi tujuan akhir manusia untuk membangun pemukiman di luar Bumi," jelas Bans yang mewujudkan hal tersebut via kerja sama dengan NASA.
Bans mengklaim penciptaan koloni manusia akan mulai dapat digunakan pada 2031 mendatang.
"Setelah itu, para penjelajah luar angkasa akan berpikir untuk mengembangkan lebih jauh balon-balon tersebut agar bisa terbang mengikuti asteroid, hingga mungkin bisa mencapai salah satu bulan milik Jupiter," lanjutnya.
Venus sendiri diklaim memiliki jarak yang lebih dekat ke Bumi, yakni sejauh antara 26 hingga 37 juta kilometer. Bandingkan dengan Mars yang jarak terdekatnya lebih dari dua kali lipatnya jarak terdekat Bumi ke Venus, yakni sejauh 56 juta kilometer.
Selain itu, Venus juga disebut memiliki radius ukuran yang tidak jauh berbeda dengan Bumi, yakni berdiameter hampir 6.100 kilometer. Beberapa kepadatan material dan komposisi kimianya juga serupa dengan Bumi, kecuali rasio karbon dioksida yang lebih tinggi tinggi dari oksigen.
Hidup di Mars Berisiko Ganggu Psikologis
Menurut Bans, kini tercatat lebih dari 200.000 orang mengajukan diri untuk ambil bagian dalam eksperimen hidup di Mars, meskipun sedikit kemungkinan untuk bisa kembali ke Bumi.
Kurang dari setengah pelamar tersebut sedang menyiapkan diri untuk menghabiskan waktu yang tidak pasti di dalam kabin seluas 200 meter persegi, guna menguji kekuatan fisik dan mental mereka sebelum benar-benar hidup di planet merah.
Bans menjelaskan bahwa kondisi permukaan Mars yang kering akan menimbulkan masalah serius pada isu pasokan air. Mereka yang memutuskan hidup di Mars akan mengalami jatah pasokan air yang ketat.
"Hingga saat ini, tidak ada jalan keluar untuk mengatasi kemungkinan isu langkanya pasokan air bersih, kecuali membatasi penggunaannya," ujar Bans.
Advertisement
Tidak Sepenuhnya Bisa Dihuni oleh Manusia
Namun demikian, banyak hal yang tidak memungkinkan untuk Venus menjadi planet yang bisa dikunjungi. Sebab sebelumnya, sebuah space probe atau wahana antariksa telah dikirim untuk melakukan pelacakan permukaan planet. Sayangnya, hanya bertahan dalam dua jam.
Tekanan atmosfer yang mencapai 29 kali lebih besar dari Bumi serta suhu yang mencapai 462 derajat Celsius menjadi penyebab space probe itu tidak bisa bertahan.
Suhu tersebut diperkirakan setara dengan suhu aktivitas gunung berapi yang sangat ekstrem di Bumi, yang terdiri dari sebagian besar karbon dioksida dan sejumlah kecil nitrogen, dan lapisan awan yang terdiri dari asam sulfat.
Melalui beberapa analisis dan prediksi yang kuat, NASA tetap mengklaim bahwa Venus adalah kandidat planet yang bisa dibangun untuk sebuah peradaban baru manusia. Hanya, pembangunan kota tersebut harus dibuat mengapung di atas permukaan planet, seperti ide yang dicetuskan oleh Bans.