AS Tuding Rusia Terlibat dalam Serangan Kimia di Suriah

Pejabat tinggi Amerika Serikat menyalahkan Rusia soal serangan kimia di Suriah yang terjadi pada beberapa waktu belakangan.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 24 Jan 2018, 18:49 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2018, 18:49 WIB
Rusia dan Tiongkok Halangi Upaya Penyidikan Terhadap Suriah
Sidang Dewan Keamanan PBB (Dokumen Liputan6.com)

Liputan6.com, New York - Pejabat tinggi Amerika Serikat menuding Rusia terlibat dalam serangan kimia di Suriah yang terjadi pada beberapa waktu belakangan.

Hal itu diutarakan oleh AS dalam Sidang Majelis Umum Dewan Keamanan PBB pada Selasa, 24 Januari 2018. Sidang itu digelar guna membahas perluasan fungsi Mekanisme Investigasi Bersama, yang dibentuk untuk mencari individu dan entitas yang terlibat dalam penggunaan senjata kimia di Suriah. Demikian seperti dikutip Newsweek (24/1/2018).

"Kami tahu bahwa selama bertahun-tahun, Rusia telah berpaling ketika sekutu mereka di Suriah menggunakan senjata perang yang hina itu," kata Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley dalam pemungutan suara di sidang majelis umum DK PBB.

"Akankah mereka menahan (Presiden Suriah) Bashar Al Assad? Tentu saja tidak. Mereka tidak pernah melakukannya," tambah Haley.

Sebagai tanggapan, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengeluarkan veto terkait rumusan perluasan fungsi Mekanisme Investigasi Bersama itu. 

Nebenzia juga mengatakan bahwa AS telah berulang kali menuduh Suriah menggunakan senjata kimia dan kini "berusaha menyeret Rusia" lewat tuduhan yang sama. 

Sementara itu, merespons komentar Rusia, Haley mengatakan, "Ketika para penyelidik menemukan bahwa rezim Assad menggunakan senjata kimia, Rusia selalu berusaha mencari alasan untuk menegasikan temuan tersebut."

Menyusul Serangan Senjata Kimia di Douma, Suriah

Ilustrasi serangan senjata kimia
Ilustrasi serangan senjata kimia (AP/United Media Office of Arbeen)

Sidang Majelis Umum DK PBB itu muncul di tengah laporan tentang serangan senjata kimia gas klorin di Kota Douma, Ghouta Timur yang dikepung pemberontak pada 22 Januari 2018.

Menurut laporan Syrian American Medical Society, serangan itu menyebabkan 21 orang mati lemas, termasuk di antaranya 6 perempuan dan anak-anak. Penyebab kematian disebut 'sesuai dengan penggunaan gas klorin'.

Suriah telah menolak keras menggunakan senjata kimia, meskipun penyelidikan PBB mengungkapkan bahwa Damaskus menggunakannya terhadap warga sipil di wilayah yang dikepung oposisi.

Pada tahun 2013, Rusia dan AS mencapai kesepakatan bahwa "berkewajiban secara hukum" Suriah untuk menyerahkan persediaan kimianya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia -- sekutu dekat Damaskus dan satu dari lima anggota tetap DK PBB -- telah memberikan 11 veto dalam sejumlah rumusan resolusi terkait Suriah.

China, yang secara tradisional mengikuti jejak Rusia, juga telah memberikan veto terhadap sejumlah rumusan resolusi untuk isu serupa.

"Kegagalan Rusia untuk menyelesaikan masalah senjata kimia di Suriah mempertanyakan relevansinya dengan resolusi terhadap keseluruhan krisis," kata Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson di Paris beberapa waktu lalu.

"Paling tidak, Rusia harus berhenti memveto dan paling tidak mendukung suara mayoritas Dewan Keamanan di masa depan mengenai masalah Suriah," lanjutnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya