Liputan6.com, Moskow - Sebuah video menunjukkan penerbangan pertama pesawat bomber supersonik Tupolev TU-160 yang berjuluk 'Angsa Putih' milik Rusia.
Penerbangan uji coba pesawat tersebut berlangsung pada Jumat 26 Januari 2018 di kota Kazan, 815 kilometer di timur Moskow. Demikian seperti dikutip dari RBTH Indonesia (30/1/2018).
Advertisement
Baca Juga
Sebuah delegasi yang dipimpin oleh Presiden Rusia Vladimir Putin turut hadir dan mengamati proses uji coba tersebut sebelum mengatakan bahwa bomber baru tersebut akan memperkuat triad nuklir Rusia.
Menurut kepala United Aircraft Corporation Yuri Slyusar pesawat yang telah dimodernisasi itu 60 persen lebih efisien dari pendahulunya.
Pesawat itu pertama kali diungkap ke publik pada November 2017. Setelah menyelesaikan serangkaian uji coba, pesawat bertenaga nuklir itu akan bergabung dengan 16 pesawat Tupolev-160 lainnya.
Berikut video uji coba TU-160 milik Rusia:
Menguatkan Kapabilitas Nuklir Rusia
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa negaranya telah membeli 10 pesawat bomber nuklir supersonik. Hal itu diutarakannya pada Kamis, 25 Januari 2018.
Pesawat itu adalah Tupolev TU-160 M Strategic Bombers yang didesain Uni Soviet -- disebut dengan nama sandi Blackjack oleh NATO -- yang diremajakan dan dimutakhirkan.
Putin mengatakan, pembelian 10 pesawat supercanggih itu akan menguatkan kapabilitas nuklir Rusia. Demikian seperti dikutip dari Independent 26 Januari 2018.
"Pesawat itu adalah sebuah langkah serius untuk pemutakhiran dan memperkuat negara kita untuk mempertahankan diri," tambah Putin usai menyaksikan TU-160 beraksi dalam sebuah misi terbang simulasi pada Kamis kemarin.
Rusia telah membeli 10 pesawat itu dari firma industri militer Kazan Aircraft seharga 15 miliar rubel, setara Rp 3,5 triliun.
Produk itu akan dikirim secara bertahap, mulai dari 2018 hingga 2027.
Putin juga dikabarkan telah melakukan inspeksi di pabrik Kazan Aircraft di Tatarstan, untuk mengecek proses pembuatan pesawat. Serta, pembangunan sejumlah infrastruktur baru yang didirikan untuk mempermudah pengoperasian TU-160, meliputi; landasan pacu, hangar, dan bengkel mutakhir.
Pesawat raksasa itu, yang mampu menekuk sayapnya ke belakang untuk memberikan efek kecepatan ekstra, merupakan rancangan Uni Soviet yang -- pada masanya -- akan digunakan untuk perang nuklir.
Versi mutakhir TU-160M mampu membawa 12 rudal jelajah atau 12 rudal jarak dekat. Pesawat itu juga bisa terbang 12.000 km tanpa henti, tanpa perlu mengisi bahan bakar di tengah perjalanan.
Varian teranyar, yang akan mengalami peremajaan signifikan terhadap persenjataan, navigasi, dan avioniknya, akan 60 persen lebih efektif daripada versi yang lama.
"TU-160 ... adalah senjata penggentar-jeraan dan sangat bagus bahwa Rusia dapat mulai membuatnya lagi," kata Rinat Khamatov, kepala Kazan Aircraft.
Rusia juga bertujuan untuk memproduksi versi modern dari pesawat tanker Il-78 -- bernama sandi Midas oleh NATO -- yang dapat membantu pengisian bahan bakar TU-160 di udara.
Telah Beroperasi di Suriah
Versi terkini -- non-mutakhir -- dari TU-160 telah terbang dari Rusia ke Suriah untuk melaksanakan operasi pengeboman, membantu rezim Presiden Suriah Bashar Al Assad guna melawan pasukan oposisi pemerintah.
Di bawah Putin, yang telah mendominasi lanskap politik Rusia selama 18 tahun terakhir, Negeri Beruang Merah telah meningkatkan pengeluaran pertahanan dan menggunakan kekuatan militer secara signifikan di Georgia, Ukraina dan Suriah.
Â
Advertisement