Waspada, Suara Bising Perkotaan Berisiko Sebabkan Tuli dan Pikun

Sebuah penelitian ilmiah terbaru menyebut suara bising perkotaan berisiko sebabkan tuli dan pikun, kenapa?

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 03 Feb 2018, 08:24 WIB
Diterbitkan 03 Feb 2018, 08:24 WIB
Ilustrasi kemacetan di New York (Foto:AutoGuide)
Ilustrasi kemacetan di New York (Foto:AutoGuide)

Liputan6.com, Seoul - Risiko besar membayangi  generasi headphone, yakni terancam tuli di usia 60. Kita hidup di kota besar, dikelilingi ingar bingar beragam suara, dan parahnya kita juga terbiasa menyumpal telinga dengan headset bervolume nyaring.

Mungkin Anda memang menemukan ketenangan di tengah keramaian, tapi hal tersebut faktanya tidak baik untuk kesehatan.

Dilansir dari laman Guardian.com pada Jumat (2/2/2018), sebuah studi terbaru yang dilakukan kepada masyarakat Jerman berusia 40 tahun ke atas, menemukan fakta kecil, tapi menakutkan.

Diketahui sebanyak 9 persen responden yang tinggal di pinggir jalan, rel kereta, atau yang biasa terpapar ingar bingar lalu lintas, berisiko lebih dini terkena serangan jantung dan penurunan daya kerja otak.

Dijelaskan bahwa normalnya besaran suara yang diterima telinga manusia berkisar 60-70 desibel, seperti suara percakapan, televisi, dan radio. Sementara itu, hiruk pikuk lalu lintas di kota besar, sebagai contoh Berlin sebagai kota terpadat di Jerman, memiliki besaran suara antara 80-90 desibel.

Angka di atas sebenarnya cukup jauh di bawah besaran suara mayoritas kota-kota besar Asia yang diperkirakan berada di kisaran 90-an desibel.

Studi lain yang mendukung fakta ini, dipublikasikan jurnal Nautilus, menyebutkan bahwa orang yang secara berkelanjutan tinggal di kota besar, dan kerap terpapar hiruk-pikuk metropolitan, cenderung memproduksi hormon stres lebih tinggi dari orang kebanyakan.

Ditambah dengan paparan polusi yang kian meningkat di banyak kota besar, membuat otak tersendat perkembangannya. Tentu Anda tahu akibat buruk dari hal tersebut, bukan?

Itulah mengapa Millenium Development Goals memasukkan perhatian cukup banyak mendesak para pemimpin kota dunia untuk menyediakan lebih banyak ruang hijau.

Berbagai manfaat yang diharapkan dari kehadiran ruang hijau di belantara kota besar adalah sebagai paru-paru kota, peredam suara hingar-bingar, hingga sarana bersosialisasi antarwarga.

Jika kebutuhan ruang hijau tercukupi, tentu Anda tidak lagi bergantung pada headset untuk menghindari suara bising di tengah keramaian kota.

 

Saksikan video menarik tentang suara-suara lucu dari helwan peliharaan:

 

Suara Bising Ancam Kesuburan Pria

Suplemen Kesuburan untuk Pria
Suplemen Kesuburan untuk Pria

Suara bising juga disebut dapat memengaruhi kualitas sperma pada pria, terutama jika berkaitan dengan kondisi kesuburan.

Mengutip laporan yang dimuat di laman Metro.co.uk, hal itu tekuak dalam sebuah hasil studi ilmiah para peneliti Seoul National University, Korea Selatan, yang dimuat di jurnal Environmental Pollution.

Kebisingan yang terpapar lebih dari 55 desibel pada malam hari -- setara dengan jumlah suara bising yang Anda dengar di jalan pinggiran kota -- dapat memengaruhi kesuburan pria.

Hasil temuan lebih dari 200 ribu pria berusia 20-59 tahun menunjukkan, ketidaksuburan lebih sering terjadi pada pria yang terpapar kebisingan yang berlebihan pada malam hari.

Efek kebisingan itu bisa mengganggu tidur, yang mungkin hal itu menjadi penyebab ketidaksuburan pada pria.

Meskipun begitu, paparan kebisingan juga dapat dikaitkan dengan masalah kesehatan lain, seperti penyakit jantung. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya