Liputan6.com, Washington, DC - Para ahli, kini tengah dibuat ketar-ketir dengan tensi yang meninggi antara Amerika Serikat, Rusia, Korea Utara, dan China. Seorang mantan penasihat keamanan yang melayani dua presiden AS mengemukakan bagaimana dan di mana kelak Perang Dunia III bakal pecah.
Dr Paul Miller, yang pernah bertugas di Dewan Keamanan Nasional AS (NSC) di bawah mantan presiden George W Bush dan Barack Obama, percaya jika ada Perang Dunia III yang akan terjadi, akan terjadi di negara-negara Baltik.
Menurut mantan staf Gedung Putih, dia pernah memperkirakan invasi Rusia ke Krimea pada tahun 2014 dua tahun sebelum hal itu terjadi dan dia sekarang memperingatkan bahwa Vladimir Putin berencana untuk mengklaim lebih banyak wilayah di Eropa timur.
Advertisement
Dr Miller pertama kali mengumumkan ramalannya untuk Baltik pada tahun 2016 dan meskipun ada provokasi baru-baru ini dari Korea Utara, dia masih percaya bahwa Eropa timur lebih berisiko pecahnya Perang Dunia III.
"Saya berada di Latvia untuk Konferensi Riga di bulan Oktober. Dari interaksi saya dengan pembuat kebijakan dan ilmuwan Eropa, ketakutan saya banyak dibagikan dalam berbagai tingkat intensitas," kata Miller seperti dikutip dari Express.co.uk pada Minggu (4/2/2018).
Baca Juga
"Sebuah perang dengan Korea Utara kemungkinan akan menjadi perang regional, bukan perang dunia. Bahkan seandainya China turun tangan, saya berpikir hanya akan berpengaruh di wilayah itu," lanjutnya.
Dalam sebuah artikel berjudul Bagaimana Perang Dunia III bisa dimulai di Latvia, Dr Miller merinci kapan dan di mana konflik akan meningkat terlebih dahulu.
Menulis untuk Foreign Policy, dia berkata: "Empat tahun yang lalu, saya memperkirakan invasi Rusia ke Ukraina. Inilah prediksi saya selanjutnya, yang sekarang akan mengejutkan banyak orang: Baltik berikutnya, dan akan mengajukan salah satu tes pertama dan teruji Presiden Donald Trump."
"Putin akan menghasut sebuah krisis militer yang ambigu dengan menggunakan proxy yang dapat diandalkan, mungkin dalam dua tahun ke depan.
"Mungkin orang Latvia berbahasa Rusia atau Estonia - seperempat orang Latvia dan Estonia secara etnis adalah Rusia - akan mulai melakukan kerusuhan, memprotes hak-hak mereka, yang mengaku dianiaya, meminta 'perlindungan internasional'," beber Miller.
"Kelompok ‘Popular Front for the Liberation of the Russian Baltics’ yang dipersenjatai dengan baik dan terlatih dengan baik akan muncul. Beberapa pembunuhan profil tinggi dan pemboman obligasi membawa Baltik ke tepi perang sipil. Pemberontakan kelas rendah mungkin akan muncul. "
Dr Miller menambahkan bahwa Putin dan orang-orang Rusia lainnya yang melihat dunia melalui kacamata nasionalisme agama Rusia percaya bahwa Barat pada dasarnya merupakan ancaman karena "degenerasi dan globalismenya".
Miller lalu melanjutkan bahwa strategi besar Putin adalah memporakporandakan NATO sebelum akhirnya pecahlah Perang Dunia III.
Menambah peringatan sebelumnya dan mengungkapkan ramalannya untuk tahun 2018, Dr Miller mengatakan kepada Express.co.uk, "Perang Dingin hanyalah kelanjutan persaingan kekuasaan dan kecurigaan yang besar di bawah kondisi unik bipolaritas dan persaingan ideologis yang nyata.
"Hari ini ada kekuatan yang lebih besar, jadi kita memiliki kompetisi multipolar dan bukannya bipolar. Persaingan ideologis telah bergeser dari komunisme melawan kapitalisme ke sebuah kontes baru antara kapitalisme otoriter melawan kapitalisme demokratis liberal."
"Ada lebih banyak perdagangan antara dan di antara kekuatan besar daripada yang ada selama Perang Dingin, membuat semua kekuatan lebih ragu untuk mengambil risiko konflik bencana ekonomi. Tapi itu juga berarti kita kurang bisa saling mengabaikan atau mengisolasi diri kita satu sama lain.
"Sebuah perang atau serangan militer terbatas di Semenanjung Korea lebih mungkin terjadi daripada tidak. Perang dengan Rusia tidak mungkin dalam terjadi jangka pendek. "
Pada 9 Mei 2017 lalu, tiga kapal perang Rusia melakukan manuver pendekatan ke wilayah perairan Latvia. Melalui akun Twitter, militer Latvia melaporkan bahwa tiga kapal Rusia yang diidentifikasi dengan nama Liven 551, Serpukhov 603, dan Morshank 824, terlihat sekitar 6,4 km dari batas teritorial perairan Rusia-Latvia.
Tiga kapal itu terpaut jarak sekitar 22,2 km dari garis pantai negara dengan ibu kota Riga tersebut.
Kantor berita Rusia --Fontaka-- melaporkan bahwa Morshank, dkk, disiagakan di Laut Baltik setelah berangkat dari Pelabuhan Kronshtadt, St. Petersburg, Rusia, usai kehadiran kapal tempur Amerika Serikat di wilayah perairan Baltik, dekat dengan Rusia dan Latvia.
Namun, sejumlah pengamat mengatakan, manuver Rusia itu mampu mencetuskan Perang Dunia III.
Swedia Sebarkan Peringatan Perang
Awal tahun 2018, pemerintah Swedia mempersiapkan selebaran berisi kemungkinan perang bisa terjadi kapan saja di musim semi mendatang.
Selebaran tersebut berisi imbauan agar rakyat Swedia mempersiapkan diri terhadap kemungkinan datangnya krisis dana bencana pada masa damai. Selain itu, rakyat setempat juga diminta terus waspada terhadap ancaman serangan yang menyasar warga sipil dan pemerintah Swedia.
Kebijakan pertahanan baru tersebut merupakan tanggapan pemerintah Swedia terhadap kian besarnya ancaman agresi yang dilakukan Rusia di kawasan Laut Baltik.
Juru bicara Badan Keamanan Sipil setempat mengatakan bahwa selebaran terkait bertujuan mengedukasi warga Swedia tentang cara menyiapkan pertahanan terhadap kemungkinan serangan bencana, krisis, dan serangan militer.
Melalui selebaran itu pula, pemerintah Swedia mengimbau para dewan kota untuk merenovasi dan mengaktifkan kembali fungsi bungker pada era Perang Dingin. Hal tersebut dimaksudkan sebagai bagian dari rencana evakuasi terhadap kemungkinan buruk yang mengancam keamanan warga sipil.
Lebih dari itu, selebaran terkait juga memuat literatur beragam tips menyiapkan cadangan makanan penting, pasokan air, dan selimut secara mandiri di rumah.
Pemerintah Swedia diketahui telah menginvestasikan dana cukup besar pada rancangan sistem pertahanannya, terutama untuk menjaga Pulau Gotland yang menjadi salah satu isu kontroversial di Eropa.
Advertisement