Liputan6.com, Kaliningrad - Hubungan antara Amerika Serikat, Rusia, Korea Utara, dan China tengah diwarnai tensi tinggi. Seorang mantan penasihat keamanan yang melayani dua presiden AS mengemukakan bagaimana dan di mana kelak Perang Dunia III bakal pecah.
Dr Paul Miller, yang pernah bertugas di Dewan Keamanan Nasional AS (NSC) di bawah mantan Presiden George W Bush dan Barack Obama, percaya jika Perang Dunia III yang akan terjadi, akan terjadi di negara-negara Baltik.
Menurut mantan staf Gedung Putih, dia pernah memperkirakan invasi Rusia ke Krimea pada tahun 2014 dua tahun sebelum hal itu terjadi, dan dia sekarang memperingatkan bahwa Vladimir Putin berencana untuk mengklaim lebih banyak wilayah di Eropa timur.
Advertisement
Dr Miller pertama kali mengumumkan ramalannya untuk Baltik pada tahun 2016 dan meskipun ada provokasi baru-baru ini dari Korea Utara, dia masih percaya bahwa Eropa timur lebih berisiko pecahnya Perang Dunia III.
'Ramalan' Miller rupanya, terwujud. Baru-baru ini, Rusia dilaporkan telah menempatkan fasilitas peluncur rudal balistik bertenaga nuklir di pangkalan militer Kaliningrad di pesisir Laut Baltik. Otoritas Rusia mengatakan kebijakan itu diikuti oleh pemantauan udara yang lebih intensif oleh NATO.
Dilansir dari laman Express.co.uk pada Selasa (6/2/2/2018), Kaliningrad merupakan teritori khusus yang dianeksasi oleh Uni Soviet dari Jerman pada Perang Dunia II. Teritori khusus ini berlokasi di pesisir Laut Baltik, dan kerap disebut sebagai kawasan palingan berbahaya di Eropa.
Pemerintah Rusia mengatakan, telah menempatkan misil Iskander di Kaliningrad – teritori khusus yang terletak di antara Polandia dan Lithuania – sebagai tanggapan sementara atas pembangunan fasilitas militer Amerika Serikat (AS) di laut Baltik.
Baca Juga
Namun pihak Gedung Putih berkali-kali mengatakan bahwa penempatan misil Rusia di Laut Baltik, merupakan bentuk destabilisasi kawasan yang dikenal paling rawan konflik di Eropa itu. Dikhawatirkan, kelak di situlah Perang Dunia III pecah.
Pemerintah AS juga telah memperingatkan bahwa penempatan misil tersebut cenderung sebagai peningkatan permanen kekuatan militer Rusia.
Kepala Komite Pertahanan pada parlemen Rusia, Vladimir Shamanov, membenarkan bahwa sistem misil bertenaga nuklir Iskander telah dikirim ke Kaliningrad pada Senin, 5 Februari 2018.
"Penyebaran lokasi fasilitas militer di Laut Baltik tentu menjadi perthatian kami, apalagi jika hal itu dilakukan oleh negara di luar kawasan Eropa," jelasnya.
Meskipun begitu, pemerintah Rusia tidak menyebut pasti berapa jumlah misil nuklir yang dikirimkan ke Kaliningrand.
Sementara itu, NATO belum berkomentar terkait penempatan misil nuklir Rusia di Laut Baltik. Ini memperkuat argumetasi Dr Miller bahwa strategi besar Putin adalah memporakporandakan NATO sebelum akhirnya pecahlah Perang Dunia III.
Ancaman Misil Nuklir Rusia
Iskander merupakan sebuah sistem misil nuklir – yang diberi kode nama SS-26 oleh NATO – yang menggantikan sistem misil sebelumnya, Soviet Scud.
Sistem misil ganda ini disebut mampu menjangkau target hingga jarak 300 mil – sekitar 500 kilometer – dan dapat membawa hulu ledak nuklir.
Kabar tentang penempatan sistem misil Iskander membuat NATO khawatir, sehingga langsung mengirimkan beberapa jet tempur dari gabungan koalisi AS, Jerman, dan Denmark ke Laut Baltik, dan diyakini akan memicu naiknya risiko konflik di kawasan tersebut.
Pesawat Poseidon P-8A milik AS, dan dijuluki sebagai 'pembunuh kapal selam', dikirim dari pangkalan militer Mildenhall di kota Suffolk, menuju Laut Baltik.
Begitu pula Jerman, mengirimkan dua unit P-3C Orion dari pangkalan Angkatan Laut Nordholz di pesisir kota Saxony. Hal serupa juga dilakukan oleh Denmark yang mengirimkan pesawat militer CL-600 Challenger pada Senin malam.
Pesawat-pesawat tersebut diyakini telah dikirim ke 'area tugas' di lepas pantai utara Polandia, tidak jauh dari Kaliningrad.
Advertisement
Swedia Siaga Perang
Sebelum meningkatnya tensi di kawasan Laut Baltik, Swedia telah siaga perang.
Pemerintah Swedia dikabarkan tengah menyusun selebaran peringatan bahaya perang yang akan disebar ke 4,7 juta penduduknya pada musim semi mendatang.
Dilansir dari laman CNN Januari 2018, selebaran tersebut berisi imbauan agar rakyat Swedia mempersiapkan diri terhadap kemungkinan datangnya krisis dana bencana pada masa damai. Selain itu, rakyat setempat juga diminta terus waspada terhadap ancaman serangan yang menyasar warga sipil dan pemerintah Swedia.
Kebijakan pertahanan baru tersebut merupakan tanggapan pemerintah Swedia terhadap kian besarnya ancaman agresi yang dilakukan Rusia di kawasan Laut Baltik.
Juru bicara Badan Keamanan Sipil setempat mengatakan bahwa selebaran terkait bertujuan mengedukasi warga Swedia tentang cara menyiapkan pertahanan terhadap kemungkinan serangan bencana, krisis, dan serangan militer.
Melalui selebaran itu pula, pemerintah Swedia mengimbau para dewan kota untuk merenovasi dan mengaktifkan kembali fungsi bungker pada era Perang Dingin. Hal tersebut dimaksudkan sebagai bagian dari rencana evakuasi terhadap kemungkinan buruk yang mengancam keamanan warga sipil.
Lebih dari itu, selebaran terkait juga memuat literatur beragam tips menyiapkan cadangan makanan penting, pasokan air, dan selimut secara mandiri di rumah.
Pemerintah Swedia diketahui telah menginvestasikan dana cukup besar pada rancangan sistem pertahanannya, terutama untuk menjaga Pulau Gotland yang menjadi salah satu isu kontroversial di Eropa.