Liputan6.com, Washington, DC - Angkatan Laut Amerika Serikat telah membeli dua senjata laser yang mampu 'menggoreng' alat tempur musuh.
Senjata laser berenergi tinggi buatan Lockheed Martin itu akan segera dipasang di beberapa kapal tempur Amerika Serikat. Demikian seperti dikutip dari News.com.au (9/2/2018).
Dengan daya sekitar 150 - 300 kilo Watt, meriam laser itu mampu 'menggoreng' -- membakar dan menghancurkan kapal, drone, serta rudal kecil milik musuh yang mengancam alutsista kemaritiman AS.
Advertisement
Baca Juga
Sepasang meriam tersebut menelan biaya sekitar US$ 192 juta -- biaya yang kecil jika dibandingkan dengan kapabilitasnya yang mumpuni.
Satu senjata laser akan dipasang pada kapal tempur AL-AS kelas penghancur Arleigh-Burke pada 2020. Sedangkan sepasang lainnya akan tetap berada di darat untuk kepentingan uji coba.
"Lockheed Martin Aculight Corp (divisi sensor dan laser Lockheed) akan terus mengembangkan, memproduksi, dan mengirim dua tes unit pada tahun anggaran 2020," kata pernyataan resmi dari Kementerian Pertahanan Amerika Serikat.
Angkatan Laut AS berencana untuk mengembangkan lebih jauh unit laser -- yang belum diketahui nama resminya -- itu hingga mencapai total US$ 900 juta.
"Kontrak mencakup opsi yang, jika terlaksana, akan mencapai total akumulatif US$ 942 juta," lanjut Kemhan AS.
Berbicara pada 2016 lalu, Wakil Kepala Operasi Angkatan Laut AS Laksamana William Moran mengatakan bahwa senjata laser 'harus menjadi bagian dari masa depan kita. Jika kita terus mengandalkan proyektil, kita akan kehabisan kemampuan untuk membela diri'.
Menyusul Rail Gun China
Kabar itu muncul setelah militer China diduga tengah mengembangkan meriam Rail Gun yang akan dipasang pada kapal perangnya.
Para ahli mengatakan bahwa meriam Rail Gun itu terpasang di Kapal Perang China Hayang Shan.
Rail Gun adalah sejenis senjata yang menggunakan mekanisme elektromagnetik kuat untuk memberikan dampak percepatan proyektil hingga mampu mencapai kecepatan melebih proyektil konvensional berbasis mesiu.
Berdasarkan kalkulasi umum, mekanisme elektromagnetik memungkinkan sebuah proyektil melintas dengan kecepatan 3 km/detik -- sekitar 1 km/detik lebih cepat ketimbang proyektil konvensional.
Karena tidak menggunakan mesiu, maka, operator tak perlu membawa selongsong mesiu untuk proyektil -- meningkatkan efisiensi biaya operasi serta mengurangi risiko bahaya sampingan yang disebabkan oleh reaksi mesiu.
Rincian senapan rel China telah bocor secara online oleh seorang analis bernama Dafeng Cao, pengamat Angkatan Laut China.
Cao mengumpulkan sejumlah gambar kapal perang tipe 072III PLAN Hayang Shan dari situs media sosial China Weibo, yang tampaknya menunjukkan senjata rail gun itu di atas kapal tersebut.
Jika China berhasil, hal itu akan menjadi rail gun pertama yang dipasang di kapal militer di seluruh dunia -- sebuah capaian yang bahkan belum mampu diraih oleh AS. Demikian seperti dikutip News.com.au.
Advertisement
Mirip Sistem Laser di USS Ponce?
Sebelumnya, pada Juli 2017 lalu, Angkatan Laut Amerika Serikat juga telah mengujicoba sebuah sistem persenjataan laser yang terpasang di USS Ponce.
Berlayar senyap di perairan Teluk Persia, yang sejak dulu hingga kini menjadi salah satu kawasan maritim rentan konflik, USS Ponce melakukan uji coba sistem laser penghancur bernama LaWS (Laser Weapon System) yang dimanufaktur oleh AL Amerika Serikat dan Kratos Defense & Security Solutions.
Bukan fiksi maupun isapan jempol, eksistensi LaWS benar-benar nyata dan telah siap beroperasi (battle ready) di kapal logistik amfibi USS Ponce. Demikian seperti dikutip dari CNN pada Selasa 18 Juli 2017.
"Senjata itu lebih presisi jika dibandingkan dengan proyektil biasa. Tak seperti senjata konvensional lain, LaWS dapat beroperasi dan ditembakkan ke seluruh target di darat, air, maupun udara," jelas Komandan USS Ponce, Kapten AL Christopher Wells.
Kapten Wells juga mengklaim bahwa, LaWS mampu mencapai target 50.000 kali lebih cepat jika dibandingkan dengan kecepatan Intercontinental Ballistic Missile System (ICBM).
"Memiliki kecepatan cahaya, laser itu juga menembakkan partikel foton bermuatan besar ke sasaran," jelas Letnan AL Cale Hughes, kepala pengoperasian LaWS di USS Ponce.
Foton merupakan partikel elementer dalam fenomena elektromagnetik yang membawa residu radiasi, seperti pada gelombang radio atau sinar-X. Foton berbeda dengan partikel elementer lain, seperti elektron dan quark, karena ia tidak bermassa. Dan, dalam ruang vakum, foton selalu bergerak dengan kecepatan cahaya.
Hingga kini, belum diketahui apakah meriam laser yang diproduksi oleh Lockheed Martin serupa dengan LaWS yang terpasang pada USS Ponce.
Begini Cara Kerja Sistem Laser LaWS USS Ponce
Dalam sebuah demonstrasi, jurnalis CNN menyaksikan mekanisme cara kerja dan pengoperasian LaWS dari USS Ponce.
Pertama, sebuah pesawat nirawak dummy atau bohong-bohongan diterbangkan oleh seorang petugas. Pesawat itu berperan sebagai sasaran tembak.
Di saat yang bersamaan, operator LaWS --yang berjumlah tiga orang-- mempersiapkan senjata laser tersebut. Sebagian kru memastikan kondisi fisik LaWS di anjungan kapal, sementara yang lain mengoperasikan komputer di ruang kontrol, yang merupakan pusat sistem kendali senjata laser tersebut.
Sekejap setelah itu, sayap pesawat nirawak dummy yang menjadi target, terbakar, kemudian jatuh ke lautan. Secara senyap, senjata LaWS diklaim berhasil menghancurkan target tersebut.
"Senjata itu, menyasar target menggunakan penginderaan suhu panas serta menembakkan partikel foton elektromagnetik tak kasat mata, sehingga residu tembakkan tidak nampak dan tanpa suara. Senyap, tepat sasaran, dan efektif," kata Letnan Hughes.
Angkatan Laut AS juga mengklaim bahwa LaWS mampu meminimalisasi dampak kerusakan sampingan --yang biasanya dihasilkan oleh senjata konvensional-- dalam sebuah peperangan.
"Kami tidak perlu khawatir tentang proyektil yang melenceng dari sasaran," ujar Kapten Wells.
Sistem persenjataan senilai US$ 40 juta per-unit itu, diklaim oleh AS, dapat beroperasi dengan biaya minim. Karena, senjata itu tidak memerlukan amunisi maupun proyektil.
"Hanya satu dollar setiap satu kali tembak," klaim Hughes.
Sejatinya, menurut sang kapten, LaWS ditujukan untuk melumpuhkan pesawat atau kapal kecil serta melakukan serangan balasan dari ancaman misil udara
"Selama ini, senjata itu beroperasi efektif," tambahnya.
Saat ini, militer AS mengaku tengah berupaya untuk meningkatkan kapabilitas LaWS agar mampu menghancurkan misil kelas kakap. Dan Hughes mengatakan, "mungkin nanti bisa."
Advertisement