Ilmuwan: Bumi Mengalami Percepatan Laju Kenaikan Permukaan Air Laut

Sekelompok ilmuwan menyebut bumi mengalami percepatan laju kenaikan permukaan air laut yang semakin mengkhawatirkan.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Feb 2018, 06:40 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2018, 06:40 WIB
Inikah Dampak `Mematikan` Pemanasan Global?
Apakah kenaikan air laut di sebagian besar wilayah Bumi merupakan dampak berbahaya dari pemanasan global?

Liputan6.com, Jakarta - Dari sebuah analisis terhadap data satelit pertama dalam kurun waktu 25 tahun, didapati kesimpulan bahwa tingkat kenaikan permukaan air laut global mengalami percepatan seiring dengan mencairnya lapisan es di Antartika dan Greenland.

Dilansir dari laman Australia Plus pada Rabu (14/2/2018), dari penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan Amerika Serika (AS) itu telah menghitung tingkat kenaikan permukaan laut global rata-rata sebesar 3 mm per tahun. Namun juga telah mengalami tambahan kenakan setinggi 0,08 mm per tahun, yang terjadi setiap tahun sejak 1993.

 

Jika tingkat perubahan ini terus berlanjut, kenaikan permukaan air laut global rata-rata akan meningkat 61 sentimeter antara sekarang hingga tahun 2100. Temuan ini dilaporkan dalam jurnal Prosiding National Academy of Sciences yang terbit Selasa, 13 Februari 2018.

"Data itu pada dasarnya melipatgandakan jumlah yang akan Anda dapatkan, jika Anda hanya memiliki kenaikan permukaan laut setinggi 3 mm setahun tanpa adanya percepatan atau akselerasi," kata penulis utama penelitian ini, Steven Nerem dari University of Colorado.

Tapi angka itu, yang secara luas sejalan dengan pemodelan iklim, kemungkinan merupakan perkiraan konservatif terhadap kenaikan permukaan laut global di masa depan, kata Profesor Nerem.

Tim Profesor Nerem juga melihat data dari satelit Gravity Recovery and Climate Experiment (GRACE), yang memantau perubahan medan gravitasi bumi, untuk menentukan dari mana asalnya.

Mereka menemukan sebagian besar percepatan disebabkan oleh pencairan lapisan es Greenland dan Antartika, yang menyumbang 0,02 mm dan 0,03 mm per tahun, ke tingkat percepatan keseluruhan.

Profesor Church mengatakan bahwa Antartika berkontribusi lebih pada percepatan daripada perkiraan sebelumnya.

"Saya pikir itu adalah kekhawatiran yang nyata, lapisan es berkontribusi secara signifikan terhadap percepatan ini," katanya.

Profesor Nerem mengatakan langkah selanjutnya adalah terus mencari data satelit untuk mendapatkan gambaran tentang risiko kenaikan permukaan air laut dalam jangka panjang.

 

Simak video tentang enam negara di dunia yang diprediksi akan tenggelam di masa depan berikut:

Dua Hal Pemicu Kenaikan Permukaan Air Laut

20160613-Cuaca Panas yang Ekstrem, Gunung Es di Greenland Mencair
Anak-anak bermain disamping bongkahan es berukuran raksasa di Nuuk, Greenland, 5 Juni 2016. Cuaca ekstrem membuat sebagaian gunung es mencair yang membuat naiknya air laut. (REUTERS / Alister Doyle)

Pemanasan global mendorong permukaan laut naik dalam dua sebab, yakni melaluinya cairnya lapisan es berbasis lahan, dan kenaikan suhu air laut yang turut menyebabkan mencairnya lapisan es di kutub.

Tingkat  permukaan air laut telah tercatat oleh serangkaian dari empat satelit, dimulai dengan peluncuran satelit TOPEX / Poseidon pada tahun 1992, selain data jangka panjang yang diambil oleh alat pengukur pasang surut.

Profesor Nerem mengatakan analisis catatan pasang surut dan perubahan dekaden dalam data satelit di masa lalu telah mengindikasikan terjadinya kenaikan permukaan laut global yang meningkat, namun sulit untuk menentukan angkanya.

"Kami selalu merasa ada percepatan, tapi sangat kecil dan sulit untuk dideteksi," katanya.

Untuk bisa sampai pada kesimpulan angka percepatan yang mereka dapatkan dalam penelitian ini, Profesor Nerem dan rekannya menyesuaikan data satelit berdasarkan faktor jangka pendek seperti pola iklim El Niño / La Niña, serta letusan Gunung Pinatubo pada tahun 1991, yang menyebabkan permukaan laut turun hanya beberapa saat sebelum satelit TOPEX diluncurkan.

Para peneliti ini juga mengukur data pasang surut silang dan data satelit untuk mengoreksi anomali dalam catatan satelit TOPEX yang diajukan dalam penelitian terdahulu yang ditulis bersama oleh John Church of the Climate Change Research Center di University of New South Wales (UNSW).

"Ini adalah estimasi akselerasi berbasis satelit pertama," kata Profesor Nerem.

"Jumlah ini berguna karena Anda dapat mengukur laju perubahan permukaan laut dan akselerasi, dan memperkirakannya di masa depan dan melihat bagaimana hal itu sesuai dengan model iklim."

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya