Dulu Diinvasi, Kini Kuwait Bantu Irak US$ 2 Miliar

Tiga dekade lalu Saddam Hussein menginvasi Kuwait, tapi kini negara kecil kaya minyak itu justru menawarkan bantuan ke Irak yang tengah bangkit dari kehancuran ISIS.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Feb 2018, 08:42 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2018, 08:42 WIB
Ilustrasi uang (iStock)
Ilustrasi uang (iStock)

Liputan6.com, Kuwait - Emir yang berkuasa di Kuwait mengatakan bahwa negaranya akan memberi pinjaman sebesar satu miliar dolar. Tak hanya itu, tapi juga investasi langsung senilai satu miliar dolar untuk membantu membangun kembali Irak.

Upaya itu dianggap sebuah langkah mengejutkan, mengingat hampir tiga dekade lalu Saddam Hussein menginvasi negara kecil kaya minyak itu.

Tawaran Sheikh Sabah Al Ahmad Al Sabah itu menunjukkan kepentingan negaranya untuk memastikan Irak menjadi negara stabil, setelah Irak berperang melawan ISIS dan kekacauan yang terjadi menyusul invasi pimpinan AS pada 2003 ke Baghdad.

"Tawaran Kuwait untuk Irak ini belakangan diikuti janji Uni Eropa untuk memberi sumbangan sebesar hampir 494 juta dolar bagi Irak," ujar Kepala Kebijakan Luar Negeri Kuwait, Federica Mogherini seperti dikutip dari VOA News, Selasa (14/2/2018).

Meski demikian, apa yang dibutuhkan [Irak](http://www.liputan6.com/tag/irak "") jauh lebih besar dari yang dijanjikan para donornya. Secara keseluruhan, Irak memerlukan bantuan sebesar 88,2 miliar dolar atau sekitar Rp 1.203 triliun untuk memulihkan diri.

Di antara kawasan-kawasan yang paling membutuhkan bantuan adalah Mosul, yang berhasil direbut pasukan Irak dengan bantuan koalisi pimpinan AS dari tangan ISIS pada 2017.

Seruan Membangun Kembali Irak

Lonceng Gereja Kota Bartella di Irak Berdentang, Bebas dari ISIS
Lonceng Gereja Kota Bartella di Irak Berdentang, Bebas dari ISIS (Sam Tarling/Independent)

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson juga menyerukan negara-negara koalisi yang berperang terhadap ISIS untuk membangun kembali Irak.

"Jika masyarakat di Irak dan Suriah tak dapat kembali menjalani kehidupan normal, kita mengambil risiko kemungkinan ISIS untuk menguasai wilayah yang lebih luas," ujar Tillerson.

Ia pun mengumumkan tambahan dana sebesar US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,72 triliun.

Tujuh wilayah di utara dan timur Irak mengalami kerugian US$ 46 miliar. Selain itu, Irak juga membutuhkan dana untuk keamanan sebesar US$ 14 miliar dan sektor perbankan yang kehilangan US$ 10 miliar asetnya.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya