Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari 100.000 orangutan mati di Borneo atau Kalimantan sejak 1999, demikian menurut sebuah penelitian. Para ilmuwan yang mengadakan survei selama 16 tahun itu mengatakan, angka yang mereka temukan sangat mengejutkan.
Deforestasi yang didorong oleh penebangan pohon, industri sawit, pertambangan, dan perusahaan kertas terus disebut menjadi penyebab utamanya.
Namun penelitian yang yang dipublikasikan di jurnal Current Biology itu, juga mengungkapkan bahwa orangutan "menghilang" dari daerah yang masih rimbun.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari BBC, Jumat (16/2/2018), menurut Maria Voigt dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Jerman, jumlah 100.000 itu hanya dari orangutan yang ditemukan dibunuh.
Voigt dan rekan-rekannya mengatakan, orangutanmenjadi target pemburu dan dibunuh karena telah memakan tanaman para petani -- ancaman yang sebelumnya diremehkan.
Ancaman Perburan
Sementara itu Profesor Serge Wich dari Liverpool John Moores University, Inggris, mengatakan bahwa studi tersebut juga mengonfirmasi masih besarnya ancaman perburuan terhadap orangutan.
"Kami tidak memperkirakan kehilangannya begitu besar di hutan yang masih berdiri, jadi studi ini mengonfirmasi bahwa perburuan adalah masalah besar," ujar Wich.
"Ketika binatang-binatang ini bertengkar dengan warga di tepi perkebunan, mereka selalu kalah. Manusia akan membunuh mereka."
"Baru minggu lalu, kami mendapat laporan bahwa terdapat 130 pelet di tubuh orangutan yang ditembak di Borneo. Itu sangat mengejutkan," imbuh dia.
Hal itu kian menambah kekhawatiran. Pasalnya deforestasi saja bisa membunuh lebih dari 45.000 orang utan selama 35 tahun ke depan.
Advertisement
Membangun Jembatan
Selain mempublikasikan angka penurunan populasi orangutan, para peneliti juga menyoroti harapan akan perbaikan habitat mereka.
Sebuah tim dari Chester Zoo di Inggris merilis gambar yang memperlihatkan orangutan menggunakan jembatan kanopi hutan buatan yang dibangun dari tali kargo.
Pengelola konservasi Chester Zoo, Catherine Barton, menjelaskan bahwa kebun binatang itu telah membangun jembatan untuk menghubungkan habitat yang terfragmentasi.
"Untuk melihat hewan mulai menggunakan jembatan dan menyambung kembali habitat yang terfragmentasi merupakan hal yang benar-benar positif. Tapi ini solusi jangka pendek," ujar Barton.
Dalam jangka panjang, tujuan kembali program tersebut adalah menanam kembali hutan dan memberi tempat bagi orangutan.