AS dan Turki Sepakat Hindari Potensi Perang di Suriah Utara

Amerika Serikat dan Turki sepakat untuk bekerja sama guna menghindari kemungkinan konfrontasi militer di Suriah.

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Feb 2018, 07:21 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2018, 07:21 WIB
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, saat berbicara dalam Atlantic Council-Korea Foundation Forum (12/12) (AP Photo/Susan Walsh)

Liputan6.com, Ankara - Amerika Serikat dan Turki sepakat untuk bekerja sama guna menghindari kemungkinan konfrontasi militer di Suriah dan ambruknya hubungan antara kedua negara sekutu NATO itu. Hal itu disampaikan pejabat tinggi kedua negara pada pekan lalu di Turki.

Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson, pada Jumat, 16 Februari, telah menyelesaikan lawatannya selama enam hari ke Timur Tengah, termasuk ke Turki -- di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah itu terkait pertempuran di Suriah utara.

Di Turki, Menlu AS bertemu dengan mitranya Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu.

Usai pertemuan itu, Tillerson berkata, "Kami tidak akan bertindak sendiri-sendiri lagi, AS melakukan satu hal dan Turki melakukan yang lainnya. Mulai sekarang dan seterusnya, kami akan bertindak bersama, bersatu, bekerja sama untuk mengatasi isu-isu yang menyulitkan kami," demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (20/2/2018).

Menlu Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan, "Kami punya opsi memperbaiki hal ini dan melanjutkan hubungan kami, atau kami bisa masuk ke dalam posisi yang jauh lebih buruk. Tetapi setelah yang kami umumkan kemarin, kami telah mengambil langkah penting dalam rangka menormalisasi hubungan kami. Kami mencapai sebuah kesepakatan dan pemahaman."

Kedua menlu mengatakan kelompok-kelompok kerja akan dibentuk untuk menyelesaikan rinciannya, termasuk di mana pasukan akan ditempatkan untuk menghindari konfrontasi di Suriah.

Serangan militer Turki terhadap daerah kantong Afrin yang dikuasai Kurdi, serta keterlibatan AS membantu milisi YPG Kurdi di wilayah tersebut telah memicu krisis yang membahayakan hubungan Washington - Ankara.

Amerika Serikat Minta Turki Menahan Diri di Suriah

Turki Serang Markas Militan Kurdi di Suriah
Seorang pejuang Suriah berdiri di daerah Tal Malid, sebelah utara Aleppo, saat dia melihat asap mengepul dari posisi Unit Pertahanan Rakyat Kurdi (YPG) di wilayah Afrin, Suriah, Sabtu (20/1). (AFP FOTO/Nazeer al-Khatib)

Amerika Serikat mengungkapkan keprihatinannya atas serangan Turki di Suriah utara dan menyerukan agar Istanbul menahan diri karena khawatir konflik bisa menyebar.

Dalam sebuah taklimat di Gedung Putih, pada Senin, 22 Januari 2018, Juru Bicara Kepresidenan Amerika Serikat, Sarah Huckabee Sanders, mengatakan bahwa Negeri Paman Sam memahami keprihatinan Turki. Mereka bahkan bertekad untuk bekerja sama dengan Ankara sebagai sekutu NATO.

"Peningkatan kekerasan di Afrin mengganggu wilayah Suriah yang relatif stabil," kata Sanders seperti dikutip dari VOA News, pada 24 Januari 2018.

"Kejadian itu mengalihkan perhatian dari upaya internasional untuk menjamin kekalahan ISIS, kejadian itu dapat dimanfaatkan oleh ISIS dan Al Qaeda untuk mencari tempat berlindung dan menyusun kekuatan kembali. Ini berisiko memperburuk krisis kemanusiaan," ia menambahkan.

Sanders juga mendesak Turki untuk menahan diri dalam tindakan militer dan retorikanya, memastikan bahwa operasinya terbatas, baik dari lingkup maupun waktu, memastikan bantuan kemanusiaan berlanjut, dan menghindari korban sipil.

"Kami ingin memastikan bahwa rezim brutal Assad tidak dapat kembali ke Afrin. Kami juga akan terus mengusahakan lewat saluran diplomasi pengakhiran perang saudara Suriah," kata dia lagi.

Washington ingin mempertahankan hubungan dengan Turki, tapi Amerika Serikat juga menjalin hubungan dengan pasukan Kurdi dan pasukan lainnya yang dimusuhi Turki.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya