Liputan6.com, Ramallah - Kunjungan delegasi Amerika Serikat (AS) ke kawasan Tepi Barat Palestina pada Kamis, 22 Februari 2018, disambut oleh protes warga setempat.
Aksi protes yang disertai insiden pelemparan telur tersebut, konon disebabkan oleh kemarahan warga terhadap pengakuan pemerintahan Presiden Donald Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel, demikian dilaporkan oleh kantor berita AFP.
Dikutip dari News24.com pada Jumat (23/2/2018), rombongan delegasi tersebut mayoritas berasal dari Dewan Kota New York. Mereka datang ke Ramallah, kota utama di kawasan Tepi Barat, untuk membicarakan mengenai usulan tentang upaya perdamaian melalui pendekatan budaya sosial.
Advertisement
Baca Juga
Setelah selesai bertemu dengan sebuah lembaga survei setempat, rombongan delegasi AS diadang aksi protes oleh sekumpulan massa dari warga Palestina.
Kelompok massa yang marah itu meneriakkan hujatan ke seluruh anggota delegasi yang dikawal ketat oleh pihak keamanan setempat.
Tidak lama kemudian, aksi protes terkait diwarnai dengan insiden pelemparan telur secara membabi buta, bahkan terus terjadi hingga rombongan delegasi AS memasuki kabin bus.
Seluruh papan protes yang dibawa oleh pengunjuk rasa berisi ungkapan kemarahan terhadap AS dan Presiden Donald Trump. Salah satu papan protes tertangkap kamera bertuliskan: "AS adalah bagian dari masalah, bukan solusi".
Sementara itu, di Washington DC, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengecam keras aksi protes tersebut.
"Amerika Serikat menentang keras aksi kekerasan dan intimidasi dalam penyampaian pandangan politik," tulis pernyataan resmi dari Departemen Luar Negeri AS.
"Aksi seperti itu sangatlah kontraproduktif dengan upaya perdamaian di Palestina. Hal ini juga sama saja menghalangi AS dalam mendengar dan memahami secara langsung pandangan politik Palestina."
Simak video tentang pandangan tokoh Yahudi internasional terhadap konflik Palestina berikut:
Kebijakan AS Melukai Rakyat Palestina
Salah seorang demonstran, Salah al-Khawaja, mengatakan bahwa keikutsertaannya dalam aksi protes terkait adalah untuk menunjukkan kepada Presiden Donald Trump bahwa pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel tidak hanya menyakiti rakyat Palestina, tapi juga banyak kepentingan lainnya di Timur Tengah.
Menurut Palestina, bagian timur Yerusalem yang dicanangkan sebagai ibu kota Israel di masa depan, dan didukung oleh AS, telah menyalahi konsensus internasional yang menyatakan penentuan nasib Yerusalem harus dilakukan melalui perundingan dua negara, Israel dan Palestina.
“Saat ini bermunculan reaksi yang sangat nyata dan vokal dari para rakyat Palestina, tentang penyampaian pendapat tidak terhormat dari AS dan Israel,” ujar Khawaja.
Bulan lalu, terjadi pula aksi demonstrasi besar-besaran terhadap sebuah pertemuan antara diplomat AS dan kamar dagang setempat di Kota Bethlehem, Palestina.
Advertisement