Liputan6.com, Washington, DC - Pemerintah Donald Trump berencana memindahkan Kedutaan Besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem pada Mei tahun ini, bertepatan dengan 70 tahun hari jadi Israel. Hal tersebut diumumkan oleh Departemen Luar Negeri AS pada Jumat, 23 Februari 2018.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan, pemindahan tersebut membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Dalam sebuah pernyataan, Juru Bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert, mengatakan bahwa kedubes itu akan bertempat di sebuah fasiltas milik AS di Yerusalem Barat yang akan berisi ruang kantor untuk Duta Besar dan sejumlah staf.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari CNN, Sabtu (24/2/2018), fasilitas di Yerusalem tersebut akan berfungsi sebagai kedutaan resmi sementara lokasi permanen sedang dibangun.
"Pada akhir tahun depan, kami berniat untuk membuka Kedutaan Besar di Yerusalem di kompleks Arona," ujar Nauert.
"Secara bersamaan, kami telah mencari lahan untuk dibangun Kedutaan Besar AS permanan di Israel, perencanaan dan konstruksi yang akan menjadi usaha jangka panjang," imbuh dia.
Respons Perdana Menteri Israel
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji pengumuman tersebut melalui sebuah pernyataan. "Hal itu mengubah Hari Kemerdekaan Israel ke-70 menjadi sebuah perayaan nasional yang lebih besar lagi," ujar dia.
Namun, langkah tersebut dicemooh oleh Saeb Erekat yang merupakan Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina. Ia mengatakan, hal tersebut menunjukkan tekad pemerintahan Trump untuk menghancurkan solusi dua negara.
Dalam sebuah pidato pada Jumat lalu, Trump tetap mempertahankan keputusannya, yang merupakan salah satu janji kampanyenya.
"Kami secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel," ujar Trump yang disambut tepuk tangan oleh penonton di Conservative Politival Action Conference di Washington, DC.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement