Liputan6.com, London - Bukan hanya di Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS), Rusia juga turut dituding campur tangan secara diam-diam dalam proses referendum keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa, atau dikenal dengan istilah Brexit.
Dugaan keterlibatan tersebut telah muncul sejak awal 2016, yakni berupa tuduhan memengaruhi opini publik melalui media sosial.
Dilansir dari VOA Indonesia pada Minggu (4/3/2018), Facebook Inc telah menyampaikan kepada komite parlemen Inggris, bahwa investigasi lebih lanjut tidak menemukan bukti baru tentang upaya Rusia menggunakan media sosial untuk mencampuri referendum bulan Juni 2016, di mana Inggris memilih untuk meninggalkan Uni Eropa.
Advertisement
Baca Juga
Direktur kebijakan Facebook Inggris, Simon Milner, dalam sebuah pernyataan resmi pada Rabu, 28 Februari 2018, mengatakan pada Komite Majelis Rendah yang membidangi Media Digital, Budaya, dan Olahraga, bahwa gugus aktivitas yang dikoordinasi Rusia seputar referendum Brexit tidak benar terbukti.
Dengan menggunakan metodologi yang digunakan Facebook untuk mengidentifikasi aktivitas media sosial terkait Pemilu AS , ia mengatakan: “Tidak menemukan adanya akun lain yang dikoordinir Rusia, atau halaman-halaman yang memuat iklan di Inggris terkait Referendum Uni Eropa dalam periode bersangkutan, diluar aktivitas minimal yang sebelumnya telah diungkap.”
Pada sebuah sidang yang diselenggarakan oleh komite parlemen di Washington awal Februari, Milner telah menjanjikan panel akan mengungkapkan lebih banyak hasil penyelidikan terakhir terhadap keterlibatan Rusia di referendum Brexit.
Pada sidang dengar pendapat yang sama, Juniper Downs, kepala kebijakan publik global YouTube mengatakan perusahaannya telah “melakukan investigasi seksama seputar referendum Brexit dan tidak menemukan adanya campur tangan pihak Rusia.”
Simak video mengenai cerainya Inggris dari Uni Eropa berikut:
Terdapat Perbedaan Campur Tangan yang Kontras
Sementara itu, dalam suratnya kepada komite, Milner mengakui hasil minimal kajian perusahaan tersebut terhadap campur tangan Rusia seputar Brexit sangat kontras dengan hasil penyelidikan Facebook terkait dugaan campur tangan Rusia dalam politik AS.
Hasil penyelidikan perusahaan di AS, ujar Milner, "sepakat dengan dakwaan baru-baru ini” yang dinyatakan oleh penuntut khusus Departemen Kehakiman, Robert Mueller, terkait individu dan badan-badan Rusia.
Sebagai kelanjutan dari sidang dengar pendapat di Washington, ketua komite, Damian Collins mengatakan komite yang diketuainya berharap untuk menyelesaikan laporan berkenaan dengan penggunaan Media Sosial dan Berita Palsu pada akhir Maret nanti.
Laporan tersebut mungkin akan menyertakan rekomendasi untuk undang-undang Inggris yang baru atau peraturan mengenai konten media sosial.
Undang-undang ini termasuk di antaranya untuk mengklarifikasi kewajiban legal perusahaan untuk materi yang mereka distribusikan, dan kewajiban mereka untuk mengangkat masalah-masalah sosial yang dapat ditimbulkan oleh konten yang didistribusikan perusahaan.
Advertisement