Tiangong-1, 'Istana Surgawi' China Bakal Jatuh Akhir Maret 2018

Stasiun Luar Angkasa pertama China, Tiangong-1, diperkirakan akan jatuh ke Bumi dalam beberapa pekan ke depan. Apakah hal tersebut berbahaya bagi penduduk Bumi?

oleh Citra Dewi diperbarui 06 Mar 2018, 17:33 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2018, 17:33 WIB
Ilustrasi Tiangong-1 di angkasa luar
Ilustrasi Tiangong-1 di angkasa luar. (CMSE)

Liputan6.com, Beijing - Stasiun Luar Angkasa pertama China, Tiangong-1, diperkirakan akan jatuh ke Bumi dalam beberapa pekan ke depan. Namun, para ilmuwan tidak dapat memperkirakan dengan pasti kapan benda tersebut jatuh.

Aerospace Corporation memperkirakan Tiangong-1 akan jatuh pada pekan pertama April. Sementara itu European Space Agency (ESA) memprediksi bahwa stasiun tersebut jatuh sekitar 24 Maret hingga 19 April.

Pada 2016, China mengakui bahwa pihaknya kehilangan kendali Tiangong-1 dan tak dapat mengontrol masuknya kembali stasiun itu ke Bumi.

Sebuah laporan yang memuat sebuah peta kemungkinan jatuhnya Tiangong-1 menyebut bahwa stasiun tersebut akan jatuh di 43 derajat lintang utara dan 43 lintang selatan.

Dikutip dari The Guardian, Selasa (6/3/2018), China utara, Timur Tengah, Italia tengah, Spanyol utara, Amerika Serikat utara, Selandia Baru, Tasmania, sebagian Amerika Selatan dan Afrika selatan, diperkirakan menjadi wilayah jatuhnya Tiangong-1.

Tiangong secara harfiah memiliki arti Istana Surgawi. Stasiun Angkasa Luar itu, diluncurkan pada 2011.

Tiangong-1 adalah stasiun angkasa luar pertama China yang mengorbit pada 30 September 2011. Selama itu, ada dua misi berawak yang dikirim ke stasiun berbobot delapan ton tersebut.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kemungkinan Masih Membawa Zat Berbahaya

Tiangong
Ilustrasi wahana angkasa Tiangong-1 milik China. (Sumber (Adrian Mann/Bisbos.com)

Pernyataan yang dirilis Aeorospace menyebut, ada kemungkinan serpihan kecil Tiangong-1 yang tak terbakar habis atmosfer dan jatuh ke Bumi. Perusahaan asal AS itu memperingatkan, stasiun tersebut bisa saja masih membawa bahan bakar yang beracun dan korosif, bernama hydrazine.

Namun, Aerospace bersikeras bahwa kemungkinan serpihan Tiangong-1 jatuh dan membahayakan manusia sangat kecil.

"Dalam sejarah penerbangan angkasa luar tidak ada orang yang pernah terluka dengan jatuhnya puing-puing angkasa luar. Hanya satu orang yang pernah tercatat tertabrak puing-puing angkasa luar dan untungnya, dia tidak terluka," demikian laporan Aerospace.

Seorang astrofisikawan dari Harvard University dan penggemar industri antariksa, Jonathan McDowell, memberikan peringatan. Ia mengatakan, puing-puing dari roket berukuran sama pernah masuk atmosfer Bumi dan mendarat di Peru pada Januari 2018.

"Setiap beberapa tahun sekali hal seperti ini terjadi, namun Tiangong-1 besar dan padat sehingga kita tetap harus wasapada," ujar McDowell.

Namun, ia menebak hanya akan ada beberapa puing yang dapat menembus Bumi.

Bukan Kali Pertama

Puing tangki oksigen dari Skylab
Puing tangki oksigen dari Skylab (Wikimedia Commons)

Pada 1979, stasiun angkasa luar pertama di Amerika Serikat, Skylab, jatuh ke Bumi. Sementara beberapa orang di dunia mengkhawatirkan bahwa stasiun berbobot 77 ton itu akan jatuh di tempatnya, rakyat di AS justru merayakan "pesta Skylab".

Sementara itu pada 11 Juli 1979, sejumlah potongan besar dan kecil --termasuk bagian tangki udara -- mendarat di pedalaman Australia.

Pada 2001, stasiun antariksa Mir milik Rusia yang berbobot 120 ton, masuk kembali ke Samudera Pasifik secara terkendali. Saat itu, sejumlah potongan roket terlihat terbakar di atmosfer.

November lalu sebuah bola api meluncur melintasi Saskatchewan dan Alberta. Komando Strategis AS memastikan bahwa itu adalah bagian dari roket Antares yang kembali ke Bumi.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya