Demi Hidup Abadi, Miliarder Ini Ingin Pindahkan Isi Otaknya ke Komputer

Seorang miliarder Silicon Valley berniat memindahkan isi otaknya ke komputer. Niat hidup abadi dengan risiko bunuh diri.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 16 Mar 2018, 09:36 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2018, 09:36 WIB
Ilustrasi Otak
Ilustrasi Otak (iStockPhoto)

Liputan6.com, Silicon Valley - Demi hidup abadi, seorang miliarder di Silicon Valley, California, Amerika Serikat menyiapkan US$ 10.000 atau setara Rp 137 juta untuk sebuah rencana gila terhadap otak miliknya.

Uang itu akan ia bayarkan kepada sebuah perusahaan untuk mengawetkan otaknya, dan pada suatu hari mengunggah memori serta kesadarannya (consciousness) ke komputer.

Tujuannya, agar ia bisa "hidup selamanya" sebagai sebuah entitas digital. Demikian seperti dikutip dari Daily Mirror (15/3/2018).

Sam Altman (32), wirausahawan teknologi informasi dan komunikasi, telah membayar uang muka untuk menjadi calon pelanggan Nectome, sebuah firma start-up yang menjanjikan program pengawetan otak dan pengunggahan memori serta kesadaran ke komputer.

Sebelum mendaftar, Nectome telah mengimbau Altman dan 24 calon pelanggan lainnya bahwa program tersebut "100 persen berbahaya".

Meski begitu, Altman tetap optimistis.

Pria yang menciptakan program Y Combinator dan pendiri berbagai start-up mengatakan, "Saya tetap yakin, otak saya bisa diunggah ke cloud -- basis penyimpanan data (seperti pada mekanisme penyimpanan e-mail atau data di media sosial)."

Seperti apa proses pengawetan dan pengunggahan otak itu?

Pengawetan Otak Dilakukan Saat Masih Hidup

Ilustrasi Otak
Ilustrasi Otak (iStockPhoto)

Robert McInyre dan Michael McCanna, pendiri Nectome, menjelaskan bahwa program itu cenderung cukup berbahaya.

Pertama-tama, Nectome akan membalsam otak dari individu yang masih hidup menggunakan bahan kimia.

Tujuannya, agar memori dan kesadaran di dalam otak individu itu masih tetap lestari ketika proses ekstraksi dan pengunggahan ke komputer dilakukan.

Namun, karena proses pengawetan membutuhkan "otak segar", maka pembalsaman itu dilakukan pada individu yang masih hidup. Cara itu justru efektif membunuh orang tersebut.

"Apa yang dirasakan oleh orang tersebut sama seperti bunuh diri," kata McIntyre yang merupakan pakar komputer.

Solusi kimia yang digunakan dalam pembalsaman itu diklaim ampuh oleh Nectome, karena bisa mengawetkan organ tubuh selama ratusan hingga ribuan tahun lamanya.

Ketika ilmuwan Nectome di masa depan sudah menemukan teknologi pengunggahan otak, individu yang diawetkan dapat "terlahir kembali" sebagai sebuah "entitas digital".

 

Teknologinya Tengah Dibuat

Ilustrasi Otak
Ilustrasi Otak (iStockPhoto)

Teknologi yang dijanjikan Nectome memang belum ada, termasuk alat yang mampu mengekstraksi memori dan kesadaran otak dan mengunggah memori dan kesadaran otak ke komputer.

Namun, Nectome yakin akan bisa menyelesaikan teknologi itu dalam waktu dekat. Mereka juga mengklaim telah menerima dana besar untuk program tersebut.

Nectome juga tengah berkolaborasi dengan Edward Boyden, pakar neurosains dari Massachussetts Institute of Technology (MIT).

Firma itu juga telah sukses melakukan prates pengawetan terhadap sebuah otak babi dalam sebuah kompetisi ilmiah -- yang berhasil memenangi hadiah US$ 80.000 atau Rp 1,1 miliar.

Dari sisi hukum juga tak masalah. Itu karena lima negara bagian di AS mengizinkan "bunuh diri" untuk alasan medis-- dan itu mencakup platform program Nectome.

Perusahaan itu juga mengaku, utamanya, program mereka memang ditujukan kepada indvidu dengan penyakit parah yang tak bisa disembuhkan, tapi tetap ingin melanjutkan "hidup".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya