Lapan: Stasiun Angkasa Luar Tiangong-1 Berpotensi Jatuh di Indonesia, tapi...

Tiangong-1 yang merupakan Stasiun Luar Angkasa pertama China, diperkirakan akan jatuh ke Bumi dalam waktu dekat. Indonesia diperkirakan menjadi lokasi jatuhnya stasiun berbobot 8,5 ton.

oleh Citra Dewi diperbarui 16 Mar 2018, 10:32 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2018, 10:32 WIB
Ilustrasi Tiangong-1 di angkasa luar
Ilustrasi Tiangong-1 di angkasa luar. (CMSE)

Liputan6.com, Jakarta - Tiangong-1 yang merupakan Stasiun Luar Angkasa pertama China, diperkirakan akan jatuh ke Bumi dalam waktu dekat.

Aerospace Corporation memperkirakan Tiangong-1 akan jatuh pada pekan pertama April. Sementara itu, European Space Agency (ESA) memprediksi bahwa stasiun tersebut jatuh sekitar 24 Maret hingga 19 April.

Lalu, di mana Tiangong-1 akan jatuh?

"Semua wilayah pada rentang 43 derajat LU (Lintang Utara) - 43 derajat LS (Lintang Selatan), termasuk Indonesia, berpotensi kejatuhan. Tetapi lokasi pastinya belum bisa ditentukan," demikian pernyataan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (16/3/2018).

Meski demikian, dalam akun Facebook-nya, Thomas mengimbau agar masyarakat tak perlu cemas. Namun, ia juga mewanti-wanti agar masyarakat tetap waspada jika melihat benda itu jatuh.

"Stasiun Antariksa milik RRT sebentar lagi akan jatuh. Bobotnya 8,5 ton. Berbahaya, tetapi masyarakat tidak perlu cemas. Potensi jatuh di permukiman sangat-sangat kecil," tulis Thomas.

"Namun, warga yang melihatnya jatuh harus waspada. Jangan menyentuhnya. Segera laporkan kepada aparat setempat untuk diteruskan ke Lapan," imbuh dia.

Tiangong secara harfiah memiliki arti 'istana surgawi'. Stasiun Angkasa Luar itu, diluncurkan pada 2011.

Tiangong-1 adalah stasiun angkasa luar pertama China yang mengorbit pada 30 September 2011. Selama itu, ada dua misi berawak yang dikirim ke stasiun tersebut.

Pada 2016, China mengakui bahwa pihaknya kehilangan kendali Tiangong-1 dan tak dapat mengontrol masuknya kembali stasiun itu ke Bumi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kemungkinan Masih Membawa Zat Berbahaya

Tiangong
Ilustrasi wahana angkasa Tiangong-1 milik China. (Sumber (Adrian Mann/Bisbos.com)

Pernyataan yang dirilis Aeorospace menyebut, ada kemungkinan serpihan kecil Tiangong-1 yang tak terbakar habis di atmosfer jatuh ke Bumi. Perusahaan asal AS itu memperingatkan, stasiun tersebut bisa saja masih membawa bahan bakar yang beracun dan korosif, bernama hydrazine.

Namun, Aerospace bersikeras bahwa kemungkinan serpihan Tiangong-1 jatuh dan membahayakan manusia sangat kecil.

"Dalam sejarah penerbangan angkasa luar tidak ada orang yang pernah terluka dengan jatuhnya puing-puing angkasa luar. Hanya satu orang yang pernah tercatat tertabrak puing-puing angkasa luar dan untungnya, dia tidak terluka," demikian laporan Aerospace.

Seorang astrofisikawan dari Harvard University dan penggemar industri antariksa, Jonathan McDowell, memberikan peringatan. Ia mengatakan, puing-puing dari roket berukuran sama pernah masuk atmosfer Bumi dan mendarat di Peru pada Januari 2018.

"Setiap beberapa tahun sekali hal seperti ini terjadi, namun Tiangong-1 besar dan padat sehingga kita tetap harus wasapada," ujar McDowell.

Namun, ia menebak hanya akan ada beberapa puing yang dapat menembus Bumi.


Bukan Kali Pertama

Puing tangki oksigen dari Skylab
Puing tangki oksigen dari Skylab (Wikimedia Commons)

Pada 1979, stasiun angkasa luar pertama di Amerika Serikat, Skylab, jatuh ke Bumi. Sementara beberapa orang di dunia mengkhawatirkan bahwa stasiun berbobot 77 ton itu akan jatuh di tempatnya, rakyat di AS justru merayakan "pesta Skylab".

Sementara itu pada 11 Juli 1979, sejumlah potongan besar dan kecil --termasuk bagian tangki udara -- mendarat di pedalaman Australia.

Pada 2001, stasiun antariksa Mir milik Rusia yang berbobot 120 ton, masuk kembali ke Samudra Pasifik secara terkendali. Saat itu, sejumlah potongan roket terlihat terbakar di atmosfer.

Pada November 2017, sebuah bola api meluncur melintasi Saskatchewan dan Alberta. Komando Strategis AS memastikan bahwa itu adalah bagian dari roket Antares yang kembali ke Bumi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya